Film Jadul Pembawa Spirit hingga Saat Ini

Film jadul yang akan saya bicarakan ini, sungguh jadul karena rilis tahun 2012—yang saat itu saya mungkin masih duduk di bangku SMP atau malah SD. Tapi saya masih ingat betul, bagaimana film ini membuat hati saya bergetar dan tidak saya lupakan getaran itu hingga saat ini, saya sudah berkeluarga.




Judul film-nya diangkat dari sebuah novel karya Ahmad Fuadi. Hehe, udah bisa ketebak belum? Ya! Judul film-nya adalah Negeri 5 Menara. Jadul banget kan ya film ini? Tapi, setelah aku baca tema nulis blog hari ini—yang terpikirkan cuma film itu.


Next, sinopsis film Negeri 5 Menara;

Jadi, film ini menceritakan tentang Alif (Gazza Zubizareta) adalah seorang anak sederhana yang baru saja lulus SMP di Maninjau. Bersama sahabatnya Randai (Sakurta Ginting), Alif ingin melanjutkan SMA di Bukittinggi dan kemudian masuk ke Kampus idamannya, ITB. Namun mimpi tinggal mimpi ketika Amaknya (Lulu Tobing) menginginkan Alif untuk masuk ke Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut Ponorogo, jawa Timur. Walau pada awalnya Alif tidak mau, akhirnya Alif memenuhi pinta orang tuanya, walau dengan setengah hati.

Saat Alif tiba di Pondok Madani bersama Ayah (David Chalik), hatinya makin remuk. Tempat itu benar-benar makin ‘kampungan’ dan mirip penjara di matanya. Ditambah lagi dengan keharusan mundur setahun untuk kelas adaptasi. Alif menguatkan hati untuk mencoba menjalankan setidaknya tahun pertama di Pondok Madani ini.

Awalnya, Alif lebih sering menyendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, Alif mulai bersahabat dengan teman-teman satu kamarnya, yaitu Baso (Billy Sandy) dari Gowa, Atang (Rizky Ramdani) dari Bandung, Said (Ernest Samudera) dari Surabaya, Raja (Jiofani Lubis) dari Medan, dan Dulmajid (Aris Putra) dari Madura. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara.

Suasana kian menghangat di kelas pertama, saat Alif disentak oleh teriakan penuh semangat dari Ustad Salman (Donny Alamsyah): Man Jadda Wajada! Artinya, Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. “Mantra” ini lah yang menambah semangat dan kegigihan keenam anak itu.

Para sahibul menara selalu berpikir visioner dan bercita-cita besar. Mereka masing-masing memiliki ambisi untuk menaklukan dunia. Dari tanah Indonesia, Amerika, Eropa, Asia hingga Afrika. Dibawah menara Madani, mereka berjanji dan bertekad untuk bisa menaklukan dunia dan mencapai cita-cita; Dan menjadi orang besar yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.


(Source: Wikipedia)



Ya, begitulah kurang lebih ceritanya.
Lalu apa yang membuat saya terkesan dengan filmnya?

Tepat pada saat teriakan Ustadz Salman, mengucapkan "Man Jadda Wajada!" Sontak, saya langsung merinding lho, mendengarnya. Makna dari kata tersebut membuat saya bergairah dan bersemangat.

Meski kita tidak boleh terlalu menuhankan sebuah upaya/ikhtiar diri kita sendiri sebagai manusia biasa. Tapi sebuah ikhtiar yang sungguh-sungguh itu sebagai bukti kita kepada Allah Subhanahu wa ta'ala bahwa kita pantas.

Ya, istilahnya, sebenarnya ikhtiar yang sungguh-sungguh itu bentuk kita memantaskan diri untuk bisa memperoleh apa yang kita hajatkan. Dan Allah itu tidak mungkin menyia-nyiakan itu. Selalu ada balasan untuk sebuah ikhtiar, meski bentuknya bermacam-macam.

Apapun hasil dari ikhtiar kita, yang perlu diyakini selalu adalah, bahwa Allah itu TIDAK PERNAH tidak memberikan yang terbaik untuk hambaNya. Entah, berhasil atau gagal (di mata kita), Allah selalu punya caraNya sendiri untuk menjawab segala upaya kita mendapatkan sesuatu.


Jadi, sebenarnya proses ikhtiar yang sungguh-sungguh itu akan terwujud hasilnya dalam bentuk yang terbaik dari Allah.

Saya yakin itu!
Dan saya sendiri sudah bisa mengambil makna terbaik dari kalimat "Man Jadda Wajada!"


Man Jadda Wajada!
Man Jadda Wajada!!
Man Jadda Wajada!!!

Komentar

Postingan Populer