Curhat Hari Ini, Akumulasi dari Cerita Sepekan

Curhat hari ini adalah akumulasi dari cerita-cerita sepekan.
Hari ini aku akan menuliskan cerita-cerita simpel yang bisa ku ambil maknanya. Memang kalau sudah diminta untuk curhat itu rasanya mudah sekali lho. Beda kalau ketika kita diminta untuk mendengarkan curhatan, tentu tidak begitu mudah kan ya? Itu berlaku kalau orangnya termasuk egois sih, menurutku. Maunya hanya didengarkan tanpa mau mendengar. Semoga kita di sini tidak termasuk ya~




Mari kita mulai...

Jadi di bulan puasa ini, aku seperti berpikir bahwa sebenarnya setelah menikah di bulan Desember 2021 itu aku maunya tidak begitu lama untuk dapat momongan atau lama aja, sih? Pertanyaan itu, membuatku sempat risau. Karena, menikah hingga memiliki keturunan itu adalah sebuah fase dengan tanggung jawab yang begitu besar. Bukan main. Aku yakini, kehidupan berumah tangga itu menjadi poros bagaimana peradaban di sebuah bangsa atau bahkan dunia ini sehingga ini seperti sebuah proyek besar yang butuh persiapan yang besar juga, terutama untuk bekal ilmu dan pengetahuan.


Ya, setelah aku merenungi itu semua. Ternyata fitrah-ku sebagai perempuan tentu ingin sekali memiliki keturunan yang harapannya insyaAllah dapat menyejukkan hati, mewarnai hari-hari, dan membuat kami punya alasan untuk belajar tiada henti. Aku pun mulai membuat strategi, untuk keinginanku kepada Yang Maha Pemberi - segera menitipkan buah hati. Mulai dari nonton petuah-petuah Ustadz yang sudah mumpuni dan terpercaya keilmuannya.


Dari banyaknya yang aku tonton, seringnya aku mendengar kisah dari Nabi Zakariyya a.s, dimana beliau a.s ingin sekali memiliki keturunan tetapi tidak segera Allah berikan sampai beliau menua/menopause dan Istri beliau dinyatakan oleh medis bahwa (ibaratnya kalau sekarang) mandul. Tapi dengan azzam/tekad yang kuat dan keyakinan pada kekuasaan Allah Subhanahu wa ta'ala, Nabi Zakariyya a.s terus meminta dengan sabar, dengan sangat lembut, dan konsisten kepada Allah. Beliau a.s, sampai menyiapkan tempat khusus (mihrab) untuk berdo'a kepada Allah. Akhirnya, atas izin Allah dan dengan ridha-Nya, keturunan itu ada dan langsung diberikan nama oleh Allah. MasyaAllah.


Lewat kisah Nabi Zakariyya a.s, aku mulai belajar dan memaknai. Bahwa Allah Subhanahu wa ta'ala tidak pernah menyia-nyiakan apa yang hambaNya kerjakan, tidak mengabaikan permintaan hambaNya, dan selalu memberi apa yang terbaik untuk hambaNya. Subhaanallah... Setelah itu memaknai semua itu, di bulan Ramadhan yang penuh dengan kemuliaan ini, aku mulai bersungguh-sungguh meminta, sebab seperti yang saya tuliskan di postingan ini, bahwa di bulan Ramadhan ini do'a-do'a mudah sekali terkabulkan, insyaAllah. Dan dengan keyakinan penuh, aku mencoba melakukan apa yang dilakukan Nabi Zakariyya a.s, berdo'a dengan penuh kelembutan kepada Yang Maha Lembut.


Beberapa hari ku lakukan, bahkan tidak sampai seminggu. Aku berada di mode serius. Akhirnya, aku baru menyadari, kok aku puasa terus sih? Hehe. Setelah melihat tanggal dimana seharusnya aku bisa untuk tidak berpuasa, sudah lewat 3 hari. Ku biarkan dulu untuk tidak terburu-buru memastikan dengan melakukan test. Setelah 5 hari, 7 hari, aku melakukan pengecekan seperti biasa pada umumnya dan alhamdulillah garis dua.


Alhamdulillah bini'matihi tatimmusshalihat...
Atas anugerah ini, di bulan yang penuh dengan kemuliaan ini, dia hadir atas izin Allah. Setelah aku teliti, beberapa hari ke belakang memang puasa ini terasa berat karena lemas yang ku rasakan begitu hebat. Sampai-sampai, setelah masak dari dapur, melakukan suatu pekerjaan, berakhir dengan rebahan bentar, rebahan bentar, bentar-bentar rebahan. MasyaAllah. Nikmatnya. Meski belum begitu lama usia kandungan-ku, tapi aku merasa bahagia karena memang sudah Allah izinkan ada di dalam rahimku sebuah makhluk yang akan segera diberikan ruh dan sebagainya.


Akhirnya, aku masuk ke dalam fase untuk berproses menjadi seorang Ibu.
Ini luar biasa bagiku. Mungkin, ibu-ibu lain juga pernah merasakannya di awal-awal. Rasa bahagia, rasa dipercaya, dan rasa-rasa lain yang tidak bisa saya jelaskan satu-persatu. InsyaAllah, Allah amanahkan titipan berupa keturunan ini pasti sepaket dengan kemampuannya. Meski begitu saya juga harus berupaya untuk lebih mengoptimalkannya, sebagai madrasah pertama bagi anak pertama saya. Memberikan yang terbaik yang saya bisa. Semoga Allah mudahkan, Allah kuatkan.


Semoga generasi penerus saya adalah generasi yang kokoh tauhidnya, bagus amalan sholihnya, kelak menjadi salah satu agen peradaban yang lebih madani, menyelamatkan orang tuanya di akhirat, menjadi pembawa wasilah kebaikan yang dapat kami berikan, karena kebaikan-kebaikannya adalah dari darah daging kami. Di rahimku telah Allah titipkan...


Do'akan ya teman-teman, semoga proses mengandung, melahirkan, mengASIhi, hingga mendidik anak pertama ini dapat berjalan sebagaimana mestinya, dan semoga itu yang terbaik, insyaAllah.


Sekian curhat hari ini.
Semoga dapat diambil yang baik-baiknya ya~

Komentar

Postingan Populer