Ibuk Qiya Stories Compilation 2022 & 2023

April 2022, terakhir kali aku menulis di sini.

Seingatku, itu saat Ramadhan dan berada di fase hamil. Lagi ikut challenge menulis di Blogger Perempuan. Setelah itu menghilang, hueheuhuu~


Apa kira-kira yang terjadi padaku saat itu?

Ok! Mari kita throwback ke bulan 4 - saat ini.


Eh, tapi sebentar...

Sepertinya aku tidak begitu ingat setiap detailnya HAHA. Jadi, mungkin akan ku tulis kejadian beserta insight-nya 'yang aku ingat saja'.



Sekarang sudah penghujung 2023, sudah lama sekali aku tidak berbagi pelajaran berharga di sini. Semoga di waktu 2023 yang tersisa ini, aku masih bisa menyimpan momen berharga ku, pelajaran yang paling berarti selama setahun lebih.



• Bulan 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 di 2022

Di bulan-bulan ini merupakan bulan persiapan dan penantian. Persiapan mengemban peran baru sebagai orang tua dan penantian penuh haru akan datangnya manusia baru (titipan Allah)—yang insyaAllah akan menjadi pelengkap, insyaAllah menjadi penentram jiwa kami berdua (saya & Suami).


Mungkin agak beda dengan yang lain, atau mungkin aku tidak tahu saja bagaimana kisah orang lain. Tapi, sungguh masa-masa kehamilan itu masa dimana kondisi kami tergolong berat (bagi kami). Aku tidak bisa ceritakan detailnya. Tapiii, mari menyamakan pandangan soal 'kondisi berat' ini. Kondisi berat adalah ketika kita harus menerima takdir yang ada karena beberapa opsi; 1. Mungkin kita perlu bertanggung jawab atas kelalaian di masa lampau, 2. Mungkin kita memang perlu belajar tema 'kondisi berat' ini karena sudah waktunya naik level (menurut Allah), atau 3. Kita punya amanah yang disampaikan secara tidak langsung oleh Allah, untuk meluruskan yang 'ruwet' wkwk, alias kita perlu masuk ke 'kondisi berat' karena Allah mau kita menggunakan ilmu yang sudah kita pelajari.


Nah, saya ada dimana?

Saya berada di 3 opsi tersebut wkwk... Karena, 3 opsi itu memang hikmah yang saya dapat hehehe. Begitulah... Allah memberikan kita akal bukan untuk jadi makin bodoh karena tidak mau berpikir dan mengolah input-input data dari kejadian di hadapan kita. Allah berikan kita hati bukan untuk kita makin mengagungkan akal yang masih mungkin tersesat. Kayak, semua itu sungguh seimbang. BALANCE!


Banyak cobaan yang saya harus cobain dan memang gak bisa saya menolak untuk tidak mencoba wkwk di masa kehamilan. Tapi, saya yakin, Allah itu ngasih sesuatu tidaklah tanpa maksud. Meski banyak 'kondisi berat' tapiii janin di perut tidak pernah bermasalah. Saya sudah memaknai ini... Bukan berarti saya itu kuat, saya lebih kuat dari calon Ibu lain. Anak saya lebih kuat dari calon Anak lain. Tapiii... Saya berusaha menyadari betul bahwa tidak ada yang lepas dari ke-Maha-an Allah. Semua atas izin Allah. Allah selalu memberikan yang tepat. Jika di bagian A saya terseok-seok, maka ada bagian B yang membuat saya lebih banyak bersyukur. Again. It's, BALANCE?!


Jadi, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak bersyukur. Itu pelajaran lagi. Meski banyak air mata, duka dan nestapa #HALAH. Nggak ini lebay! Repeat! Ok... Meski ada sedih-sedihnya tapi saya belajar menerima, sungguh menerima betul-betul apa yang sudah menjadi Takdir Terbaik Allah (Nah, ini salah satu judul buku Sakeena, Seri Rukun Iman) #promosiMba?


Lanjut...

Begitu kurang lebih menjalani, kehidupan selama hamil. Hari-hari saya agak ngenes tapi saya tetap berupaya memberdayakan diri; tetap jadi pejuang literasi keluarga, tetap belajar untuk menyambut kelahiran anak, dsb. Saya berupaya banget, supaya vibes negative tidak saya ciptakan karena ketidakmauan saya sendiri untuk lebih mindfull 'mereun?'. Nah, di sini ini juga pelajaran berharga sekali untuk mengelola MINDSET.


Dan ini catatan: MINDSET akan lebih mudah dikelola ketika kita sadar dulu, lalu menerima dulu yang gak sesuai sama maunya kita. Lalu, carilah sebanyaknya referensi, pastikan sumber referensimu itu memang dari expert. Bukan dari video ticktock yang tbtb lewat di beranda wkwk. Apa lagi, dariii orang yang hanya banyak pengikutnya. Ampun deh! Ayo, cari sumber dari expert, terpercaya, dan jangan untuk tendensi mencari validasi saja, kapan progress-nyaaa atu~?


Ini ngomongin apa sih, Cah? 😆


Yha, pokoknya...

Itu pelajaran-pelajaran berharganya.

Pada akhirnyaaa...



28 November 2022, tiba-tiba ada sebuah kejadian... Kalau mau tau kejadian apa dan baca ceritanya, siniii... Duduk yang rapi, terus baca aja ini... (Baca cerita di sini)



• 2023 bersama di rundung pilu(?)

Awal tahun 2023 ini, bukan awal yang indah dan penuh semangat juga. Tapiii, ada beberapa case yang bikin semangat juga sieeeh~


- Februari, Maret, April, Mei, Juni

Adalah masa dimana aku benar-benar merasakan menjadi 'orang' beneran. Di bulan-bulan ini, Suami tiba-tiba mengajakku kontrak rumah.


Bentar, sebelum ini ada cerita yang pilu bagi ku... Mungkin juga Suami ku... Apa itu?...



Jadi, di bulan Februari ada sebuah kejadian sepele. Saya lupa detailnya wkwk (lupa mulu, Buk?!). Intinya, di masa-masa anak ku beranjak dewasa #padahalmasihbayi. Usia 1, 2, 3 bulan itu aku dan Suami sungguh diuji dengan ketidakmampuan kita sendiri wkwk.


Setelah hadirnya anak, cukup menantang bagi kami pada bagian komunikasi. Ada hal-hal sederhana yang tidak bisa disederhanakan dan ada hal yang tidak sederhana tapi kami lalai untuk bersama mempelajarinya.


Di bulan Februari, malam itu. Lagi-lagi, saya tidak mengingat tanggalnya. Suami saya pergi meninggalkan rumah—yang pada saat itu, kami masih tinggal di rumah ortu saya. Berarti sebelum memutuskan kontrak rumah.


Iya, Suami pergi malam-malam jalan kaki tanpa membawa handphone apa lagi harta gono-gini. Seingat saya, beliau hanya pakai kaos kerah bekas acara sebuah lembaga dan celana panjang (training).


Cerita awalnya, hanya karena kami sedang tidak berkomunikasi dengan baik. Saya ngurus bayi (3 bulan kami). Beliau masuk kamar menaruh barang dan bunyi keras (tanpa saya tau itu sengaja atau tidak, dan tanpa saya konfirmasi). Saya pikir (alias makin suudzon) beliau menunjukkan rasa marah. Lalu, saya malah ikut kesal. Kemudian, menutup dan mengunci pintu kamar. Sesaat setelah itu, beliau mau masuk tapi kamar saya kunci. Beliau ketuk tapi saya diam. Lalu, pergilah beliau entah kemana...


24 jam Suami tidak pulang tanpa kepastian dimana keberadaannya.

24 jam saya menangis tak berdaya sambil mengasuh anak bayi kami (3 bulan).

Kebayang rasanya, ngga?


Selama itu pula, semua mencari Suami. Mulai dari keluarga sampai kerabat dekat. Tapi tidak ada yang menemukan.


Saya gak akan panjang lebar cerita soal ini. Dan mari langsung mengambil insight. Apa menurutmu insightnya?! (Coba komen! Wkwk)


Kalau aku: "Coy, komunikasi itu penting. Tapi kalau gak paham cara komunikasi yang tepat itu juga bahaya. Berumah tangga itu asliii GAK MAIN-MAIN, SERIUS. Bahkan hal yang gak serius dan gak penting aja jadi SERIUS dan PENTING. Jadi, kalian audit diri dulu deh coba kalau ngomong menikah itu soal kebahagiaan aku dan kamu wkwkwk. Bukan cuma itu soalnya... Itu mah pemanis buatan. Alias, bisa kalei dibuat; mudah kalau mau bahagia makh!"



Oke!

Cerita kaburnya Suami ku entah kemana kita skip yaq. Baru di sini nih aku cerita. Ada yang mau tau kelanjutan cerita dan hikmahnya? Hubungi owner 😭😆


Lanjut, tbtbbgt Suami ajak ngontrak rumah. Di masa ngontrak rumah bertiga pun juga penuh polemik wkwk. Asli, ini rumah tangga benar-benar banyak belajar banget karena banyak salahnya HAHA!


Selama ngontrak... (ngantuk banget lagi mau lanjutin nulis, tapi udah 23.10 bentar lagi 1 Januari 2024 sedangkan aku pengin ada tulisan di tahun 2023 wkwk. Posting dulu kalei yeee~)

Komentar

Postingan Populer