The life is short live

Baru saja aku melihat story-story para manusia di dunia maya i mean social media. Bukan aku sedang kurang kerjaan, kepo, atau mungkin apalah. Aku hanya sedang survey beberapa hal. Dan yang kudapat adalah sudut pandang lagi. Story yang kebanyakan curhatan tentang masalah kehidupan pribadi. Lagi-lagi. Kenapa ya kita suka banget menunjukkan sesuatu ke orang lain? Apa lagi suatu masalah, bahkan aib pun juga tak jarang di posting sendiri. Kenapa ya? Ya, kenapa?

Banyak sekali cara orang dalam menghadapi problemnya. Ada yang dengan cara mengeluh dulu, setelah itu mencari solusi. Atau tanpa mengeluh, segera memahami, mencari solusi. Ada juga yang mengeluh dan tidak tahu caranya mencari solusi, butuh orang lain untuk membantu dirinya. Ada juga yang diam saja, ah sudahlah, pasrah! Berbagai persepsi yang bisa kita semua lihat, ada lengkap di dunia ini. Aku percaya bumi itu bulat. So, aku juga percaya sudut dari bumi ini banyak. Tidak terbatas. Maka asumsiku perspektif dari makhluk yang bernama manusia di dalamnya juga tentu saja tak terbatas. Aku ngomong apa sih?

Yang jelas, cakrawala pikir kita sangat luas jika kita mau membukanya. Bagaimana cara membukanya? Aku rasa dengan membaca dan berinteraksi. Memahami dan mengerti setiap apa yang sudah kita lakoni. Dari situ kita tahu, mana hal yang masih kita batasi? Dan mana hal yang tidak perlu kita batasi? Kita memang harus berpikir. Tapi kita tidak boleh lupa bahwa kita harus berjalan juga. Idealisme memang kerap muncul karena pemikiran-pemikiran yang dibantu oleh pengetahuan dan wawasan, kemudian tersaring, jadilah. Di sisi lain, kita juga harus realistis dengan keadaan. Bahwa keadaan membawa kita harus tetap berjalan di jalur yang ada. Meski kita bisa memilih kita ingin berbelok kemana. Tapi kita juga harus tahu. Setiap pilihan itu selalu ada resikonya.

Berpikir... berpikir... berpikir... suatu hari membawaku pada ketidaknyamanan. Kemudian aku teringat pesan dari masa laluku, istilahnya quotes dari aku yang dulu heuheeu~ Aku pernah bersuara, kita harus keluar dari zona nyaman. Harus! Keluar! Begitu kurang lebih. Aku pernah dan cukup tidak banyak melakukan hal yang di luar dari zona nyamanku. Hanya saja tiap aku merenungkan sesuatu, jiwa dan mentalku meminta untuk melakukan sesuatu yang tidak aku sukai. Sesuatu yang dalam bayanganku adalah hal yang tidak nyaman. Dan aku selalu memaksa diri untuk tetap dan harus melakukannya. Tidak peduli apapun yang terjadi. Pokoknya aku harus melakukannya. Akhirnya, lama-lama otakku terasa ringan. Meski aku melakukan hal yang tidak nyaman untukku. Tapi pikiranku terasa, rileks setelah melakukannya. Jadi intinya, kita hanya harus bergerak. Entah itu jogging, loncat-loncat, cuci piring, cuci motor, balap motor, serah! Yang penting kita gerak dalam zona yang tidak nyaman. Sekali-kali diri ini memang perlu di tantang. Agar semua yang Allah karuniakan, akal, hati, semua, bisa bekerja dengan baik. Agar kita itu benar-benar manusia. Bukan robot atau patung.

Nah, fokusku ngomong jadi ke mana-mana kan. Intinya kalau dari perspektif-ku, tidak perlulah kita berbagi masalah ke "banyak orang" sejagat raya. Kecuali lu artis coy. Tapi... ah sudahlah meski kita tahu kita bisa saja banyak yang bantu setelah koar-koar. Masalah di sini ya dipahami sendirilah, maksudku masalah yang kayak gimana. Bukan masalah kena tilang, ban bocor, atau nyungsep di trotoar. Tapi kalau aku ya. Aku selalu memikirkan dulu sekuat tenagaku untuk mengatasi diriku sendiri. Memang orang beda-beda sih. Tapi kalau aku gitu. Alasanku, ya yang tahu diri kita itu diri kita sendiri gitu lho. Kita aja gak kenal diri sendiri, hlaaa... apa lagi orang lain ? Iya gak sih. Coba di pikirkan. Inilah yang menjadi problematika insan wkwkwk, gak mengenali diri sendiri. Bahkan ini juga problem negara kita. Indonesia Raya. Ah mari kita namakan ini, krisis kepribadian. Bukan masalah identitas. Tapi kepribadian. Kita terlalu abai dengan kepribadian kita. Siapa kita? Indonesia. Siapa Indonesia? Kita. Gitu? Wkwkwk. Yah jadi ke sini bahasnya. Pokoknya, kenali, siapa dirimu?

Selanjutnya... setelah benar-benar mengenali diri sendiri. Kita harus sadar, sesadar-sadarnya bahwa apa yang kita khawatirkan, apa yang kita pusingkan, dan apa yang kita pikir dalam-dalam hanyalah sementara. Kita hanya perlu melewati saja setiap momen. Sungguh singkat. Coba di sadari, semua ini sungguh singkat. Pernahkah? Tiba-tiba gak sadar sudah jam segini, gak kerasa sudah waktunya ini, dsb. Itulah bukti, semua hanyalah sementara. Dunia ini sungguh permainan saja. Wa maalhayatuddunyaa illa ma taa'ulghurur. Jadi hidupmu itu sungguh pendek sekali. Yang panjang itu, nanti, di akhirat. Panjang masanya di sana gaes~ hiks. Lalu sudah berapa banyak bekal kita? Apa yang sudah kita cari di dunia ini, sudahkah cukup untuk di jadikan tiket masuk surga? Itulah poinnya.

Jadi, jangan terlalu maniak dengan dunia ini. Sadar...sadar... yang kamu pusingkan itu adakah faedahnya? Adakah itu bisa sebagai bekal di akhirat?

Sudah ya. Selamat malam~
Semoga bermanfaat.
Syukron.

Komentar

Postingan Populer