Menjadi Seorang yang Legowo

Alhamdulillah 'ala kulli hal.
Hari ini menjadi hari yang tidak sia-sia. Setidaknya untuk tiga hari ke depan aku ada jadwal yang cukup menantang mentalku. Benar-benar bikin deg-degan setengah hidup. Tapi ya sudahlah, sudah menjadi pilihanku untuk begitu. Akan ku obrak-abrik semua benteng mager-ku. Ceritanya apa sih? Apa yang sedang aku lakukan? Setelah selesai akan kuceritakan nanti.

Ada hal yang bikin grogi, ada juga yang bikin aku tentram hari ini. Yang bikin grogi adalah tantangan untuk mentalku yang di mulai hari ini. Dan yang bikin tentram adalah doi tiba-tiba telfon. Wkwk. Ada banyak hal yang kita bahas dalam kurun waktu 58 menit 6 detik.

Yang kita bahas pertama adalah permasalahan si doi tentang skripsinya. Entah skripsi itu kayak gimana, yang jelas aku benar-benar ngerasain betapa puyengnya dia dengan tumpukan kertas berisi tulisan yang didapat dari hasil memeras otak itu. Doi emang telat lulus sih. Wkwk. Sudah terlambat satu atau dua tahunan. Tapi sekarang dia sadar, sudah saatnya mengakhiri masa mahasiswa. Dia gak mungkin membusuk di kampus. Katanya, harus segera lulus! Aamiin...

Sejak mulai awal tahun, eh enggak sih, akhir tahun 2017 dia udah mulai sama skripsinya. Semangat banget. Dengan umurnya yang sekian dewasa (cie), berat banget buat doi ngerjain ini skripsi. Tapi sebagai si aku yang baik, aku selalu support dia. Heheu~ biar segera lulus, wisuda, dan anu. Apa sih? Lupakan!

Then, yang mau aku bahas sebenarnya bagaimana seperti yang aku lihat keseharian si doi ini. Dia benar-benar ekstra ngeden sampai harus meres otaknya. Yang padahal, doi ini tipikal orang yang tidak bisa di kasih batasan, aturan, dan bla bla bla... dia tipe yang gak bisa tuh, disuruh ngerjain dengan batasan ini itu. Otaknya kelewat pintar kali ye. Wkwkwk. Kemudian dia stress, mikir kenceng. Bingung. Pada suatu hari, dia sudah dapat satu acc dari dosen pembimbingnya. Udah lumayan semangat, membara sampai ubun-ubun. Tapi tiba-tiba saja, dosen memintanya untuk merubah tinjauan pustaka. Down lagi dia. Terhambat lagi untuk proses berikutnya. Menurutku ini berat sih. Tapi ndak juga sih. Gimana ya...

Intinya begini, setiap permasalahan yang datang pada kita melalui apapun. Itu sudah diatur sedemikian rupa untuk kita hadapi, untuk kita selesaikan. You know?
Laa yukallifullahu nafsan illa wus'ahaa,
Allah itu gak membebani hambaNya melebihi kemampuan yang dimiliki hamba itu sendiri. Jadi sebenarnya setiap orang, sebesar apapun masalah yang di milikinya, dia pasti bisa menyelesaikannya. Pasti. Percaya deh...sama Allah ^^

Yakin kita pasti bisa dengan kemampuan kita, usaha kita, dan kesabaran kita untuk menghadapi segala macam permasalahan. Semua itu kita jadikan satu paket yang kita namai Legowo.

Menjadi seseorang yang menerima apapun yang menjadi kehendak Yang Maha Kuasa. Entah itu berupa nikmat maupun cobaan/ujian. Istilahnya, kalau doi pernah bilang itu, Kita harus positive thinking sama Allah. Khusnudzon. Itulah menurutku menjadi seorang yang Legowo. Kalau kita bisa berkhusnudzon dengan Allah dan dengan apa yang Allah berikan, insyaallah, kesabaran itu akan tumbuh. Legowo-lah kita. Lagi-lagi kata doi, "Emang sih dosen tuh, kalau ada masalah, kita sebagai mahasiswa bimbingannya yang kena getahnya. Kita sebagai pelampiasan katanya.". Dan aku baru tahu coy yang kayak gini. Mungkin aku harus lebih meninggikan tingkat ke-legowo-an-ku mulai saat ini sampai nanti waktuku skripsi. Inilah contoh kasus, ceileh kasus. Iya. Yang menjadi akibat dari ketidak legowoan seseorang. Dia jadi punya dendam. And parahnya, ini dendamnya di bales ke orang yang tidak bersangkutan. Gila. Buruk sih menurutku. Buruk memanajemen hati dan perangainya. So, please jangan dan hindari sajalah membalas/melampiaskan/memuntahkan amarah kamu yang berupa apapun kepada orang lain. Eh ini masih di dunia! Belum nanti di akhirat, kamu harus tanggung jawab sama perbuatannu coy! Semoga para dosen... Ngapunten nggih, mboten sah ngoten niku lah, berat pak/buk.

Yang kedua, aku dan doi bahas tentang bagaimana kita bisa bertanggung jawab dengan apa yang bisa kita pahami dan apa yang sudah kita mengerti. Ini masih ada sangkut pautnya sama Legowo tadi. Ceritanya singkatnya sih, doi ngomongin tentang salah satu scene di film AAC 1 yang mana saat si Fahri di penjara, kalau gak salah sih, Fahri bilang yang intinya tu gini, 'Ya Allah aku sudah melakukan kewajiban sebagai hamba, sholat dsb. Tapi kenapa aku diberi cobaan begini, dimasukkan di penjara.' Kemudian ada salah satu napi lainnya, menjawab, yang intinya, 'Fahri kamu itu sok suci. Makanya Tuhanmu memasukkanmu ke penjara.'

Kemudian Fahri merenung. Bermuhasabah. Apa yang setelah dia lakukan sebagai hamba yang beriman itu, bukan berarti Allah membiarkan saja. Bukan berarti kamu akan enak-enak saja. Justru, Allah akan menguji keimananmu. Begitu sih yang aku olah di otak setelah memahami cerita ini. Di Al-Qur'an Allah berfirman, yang artinya ± begini, apa kamu kira Allah itu tidak akan menguji keimananmu?. Gitu. Lupa surat apa. Intinya, walaupun kamu sudah sholih/sholihah, udah melakukan ibadah selengkap apapun, serutin apapun. Tetap saja Allah akan menguji, meskipun cara Allah berbeda-beda pada tiap hambaNya. Ada yang dengan kenikmatan, ada juga yang dengan kesengsaraan. Makanya balik lagi, kita harus tetap berkhusnudzon pada ketetapan Allah. Biar bisa legowo. Enak sih ngomong aja. Tapi setidaknya kita sudah memahami dan mengerti dengan bisa mangap seperti itu. Selanjutnya barulah kita kembali meminta pada Allah untuk/agar diberi kekuatan menghadapi apa yang Allah berikan. Semoga juga kita tidak lalai.

Kurang lebih begitu.

Kalau ada pertanyaan, silakan komen. Ceelah..
Tulisan ini sudah dua hari yang lalu (15/2), sementara mengendap di draft. Baru siap kuposting hari ini.

Sudah ya. Aku mau mandi dulu.

Semoga Berfaedah ~

Komentar

Postingan Populer