Arah

Entah kenapa. Rasanya aku seperti kehilangan sesuatu. Tapi tidak benar-benar hilang. Ada sesuatu yang mengganjal, yang ingin kutemukan apa itu. Tapi gak ada, atau emang belum ada. Aku selalu mencari-cari apa yang membuat sesak di dalam diriku. Jangan pikir. Ada jin yang menempel dalam diriku. Bukan sesuatu yang seperti itu. Aku merasa ada yang harus aku ambil dan ada yang harus kulepaskan. Dan belum kutemukan apa sebenarnya itu. Terus, berputar gitu terus. Aku sampai bingung sendiri. Tanpa bantuan orang lain. Aku mencoba mencarinya. Kemudian, sampai saat ini aku belum menemukannya juga. 

Adakah aku sedang kehilangan arah?
Rasanya memang iya. Tapi ke mana sebetulnya arah tujuanku? Ada timur, tenggara, selatan, barat daya, barat laut, utara, timur laut. Haruskah aku menujunya satu persatu? Rasanya memang iya. Aku harus menjalar ke segala penjuru. Tapi saat aku berpikir demikian. Ada hal yang menghentikanku kembali, aku dimintanya untuk berpikir. Seperti sekarang ini. Aku sedang berpikir. Selaras seorang musafir. Dalam perjalanannya tentu juga pernah kehilangan arah. Sesaat berada di suatu tempat yang sangat asing, tidak tahu nama tempat itu, tidak paham dengan lingkungan sekitar tempat, tidak tahu orang-orang mana yang akan dipercayainya. Musafir yang sendirian. Lalu? Lalu ia berhenti. Kemudian berpikir sejenak. Serius ya? Gak tau kenapa. Emang gitu yang lagi kupikirkan. H.

Kebingungan ini sumbernya dari hati yang mengkhawatirkan esok hari. Kekhawatiran itu muncul karena kepercayaan yang mulai menipis. Tepatnya kepercayaan kepada diri sendiri. Atau kalau nggak emang iman-ku lagi bobrok. Kayaknya emang lebih real pilihan yang terakhir.

Kadang aku ngerasa kayak orang yang paling aneh. Aku sebenarnya tahu apa yang harus dilakukan di saat berada pada suatu titik di mana aku sedang seperti ini/itu. Tapi kenapa gak aku lakuin ya? Emang setan ini sih. Asli. Mereka emang seneng banget dah kalau aku kayak gini. Aku juga ngerasain sih. Kalau aku malas. Aku gak gercep. Aku gak ngelakuin apa yang harus aku lakuin biasanya (yang baik-baik), pasti para penghuni neraka itu bakal super seneng banget. Begini nih aku sadar. Muhasabah dulu. Aku sadar. Saat realisasinya? Aku yang sekarang nih entah ke mana. Ngilang gitu tiba-tiba. Pernah gak sih kalian kayak gitu?

Pernah mikir juga gak sih kalau sebenarnya sebaik-baiknya kita bikin peta perencanaan yang konkrit. Yang benar-benar jelas. Sejujurnya itu masih aja gak jelas. Masih ngawang gitu. Masih blur aja kayak kamera yang gak bisa fokus pada objek. Berkali-kali di fokuskan tapi pernah kesulitan juga kan? Jadi pengen pindahin arah. Tapi bingung mau pindah arah ke mana. Kelihatan banget ya aku kayak orang yang bingung. Ya begini. Kita hanyalah manusia. Se-sok kuat-kuatnya kita, kita gak akan pernah bisa bohong kalau kita itu sebenarnya lemah. Kita terbatas. Kita buta. Dan kita gak punya apa-apa. Maksudnya?

Kita memiliki banyak keterbatasan. Sekuat apapun kita melawan sesuatu yang emang gak di takdirin buat kita, yang emang bukan untuk porsinya kita. Kita gak akan bisa. Urusannya udah mentok nih coy. Urusannya sudah sama Allah Swt! Dia Dzat yang Maha, yang memberi keterbatasan pada kita. Sebab Dia-lah satu-satunya yang tidak terbatas. Tanpa batas. Kalau unlimited. Dia udah paling super-super dah. Subhanallah wa bi hamdi, subhanallahil 'adzim.
Kita buta. Kita ini emang buta mau lihat ke depan gak bisa, mau nengok ke belakang baliknya lagi ke keterbatasan. Gak bisa kan lihat ke masa depan? Buta kita nih. Mau nengok ke belakang juga terbatas, ingatan kita gak akan bisa full mengingat semua yang telah terjadi. 
Kita gak punya apa-apa. Jelas. Masih mau sombong? Masih mau mendongakkan kepala? A elah, punya apa sih lu? Apa yang kamu banggakan? Apa? Ketenaran? Kekayaan? Udah itu aja? And suddenly, Allah said: you're game over! Udah geplak lu ke tanah. Selesai kan?

Ini sebenarnya buat muhasabah juga. Aku sedang berkaca aja. Sebelum melihat ke berbagai arah. Kufokuskan pada diriku sendiri dulu. Ya tiba-tiba aja. Memoriku ambrol semua. Kayak ada file yang terbuka. Dan otakku memintaku untuk menghadap kaca. Tiap mau tidur dan sebelum tidur aku selalu ngaca aja. Ternyata kalau kusadari. Aku jarang banget ngaca. Ngaca dong!!! Begitu nyolotnya mulut di batinku. Aku harus melihat diriku dulu. Mengenalinya, benar-benar memahaminya, mengertinya, dan mencoba untuk mencari mana kesalahan juga hal-hal yang mengganjal tadi.

Dan seseorang pernah berkata padaku, "Kalau kamu ingin mencari jalan keluar, solusi, keputusan, apapunlah. Diamlah dulu. Tenangkan dirimu dulu." -FARF-

Arah itu misteri
Menjamah cakrawala pikir
Terasa tak bertepi
Menuju suatu akhir

Bicara arah jangan khawatir
Firmannya telah tertulis nyata
Pada huruf arab yang berisi takdir
Memedomani seluruh hamba

Selamat malam~
Ponorogo, 7 Februari 2018
11.05 p.m

Komentar

Postingan Populer