Jurnal Penyelesaian: 1 April-31 Mei

Biduh tak habis mengejar sang waktu
Memburu asa, raga yang muda
Aku dikelilingi oleh mimpi di malam hari
Siangnya aku adalah bayangan atas sinar mentari
Kapan semua menjadi selesai?
Kalimat terus tertulis walau kutemui titik.
Aku belum melakukan apa-apa



Di mulai sejak bulan April.
Sebenarnya aku sudah lupa. Tapi kuingat kembali kejadian apa yang ada di sana. Dan hasilnya aku sekarang tetap lupa. Yang kulakukan di sana hanya menulis, membaca, dan pusing. Yang terforsir pada diriku adalah pikiranku. Yang sangat kuingat adalah makalah kemudian presentasi. Yang lainnya mungkin perasaanku padanya (?). Yang lainnya lagi adalah harapan-harapan yang belum kupenuhi. Di April ini tetap banyak menangisnya. Hidupku kali ini seperti penuh drama. Menangis dan merenung, meratapi dan menyesali, mengutuki dan menghindari, mengharapkan dan berdiam diri. Aku hanya punya satu kata, MENCARI.

Masih April.
Yang pertama berkunjung ke rumah Ustadz. Baru pulang umroh saat itu. Terpancar wajah bahagia saja sepertinya. Terbayang olehku saat itu. Ka'bah. Imajinasiku tak pernah terlambat. Betapa leganya jika bisa melihat Baitullah. Ustadz tak berhenti berbicara. Aku dan 2 temanku, diam saja. Mendengar dengan seksama apa yang dikatakan Ustadz. Seperti biasa, seperti saat kajian. Mulai A-Z diceritakan. Mulai dari bagaimana awalnya beliau bisa berangkat Umroh. Katanya dengan niat, saja. Memang semua berawal dari niat, kemudian Bismillah, kemudian diiringi do'a yang sungguh-sungguh dan mengalir terus-menerus. Itu saja. Yang lainnya urusan Allah. Nyatanya memang betul-betul nyegerin. Ya kali si Ustadz berangkat Umroh gratis. Iya gratis. Cuma pakai do'a. Mau bilang gila. Tapi inilah kenyataannya. Sekian kalinya, kebesaran Allah tak akan pernah bisa didustakan. Dia gak pernah main-main jika hambaNya memang tidak sedang bermain-main. Aku cukup keheranan. Tapi juga tak memungkiri bahwa tak ada yang tak mungkin kalau sudah urusan dengan Allah. Kemudian aku mencoba merenungi, bolehlah kubuat list mulai sekarang. Untuk kemudian kuucapkan setiap berdo'a. Ngapain ragu buat minta ke Yang Maha Pengasih.

Selanjutnya masih seputar bersama Ustadz yang baru Umroh. Cerita selanjutnya adalah bagaimana caranya Umroh. Daaan... aku lupa.
Lanjutnya ada pertanyaan yang membuatku bingung untuk menjawabnya. Lagi-lagi ditanya kegiatannya apa. Dan lagi-lagi aku bingung mau jawab apa. Rasanya pengen jawab, "Serabutan, Tadz". Hoalah~
Pertanyaan ter-anu berlalu. Kemudian sudah agak akhir. Katanya, katanya nih ya. Katanya Ustadz. Beliau bertemu sama Habib Rizieq. Aku lupa Ustadz ketemunya di mana. Yang aku ingat cuma pesan Habib. Dan pesan itu juga cukup menamparku sampai aku terpelanting dan salto kemudian masuk tong sampah. Serasa aku ini memang bodoh banget dan gak berguna setelah mendengar nasehat tersebut. Memacu adrenalin dan sangat menggugah semangat juang meski... Ya sudah kulanjut dulu.
Nasehatnya adalah, intinya... Melihat seseorang itu jangan melihat dari amal ibadahnya saja. Tapi lihatlah bagaimana perjuangan dia. Kita sering ketipu orang karena; puasa sunnahnya lebih rutin, sholat tahajjudnya kenceng, dsb. Tapi itu semua kan untuk dirinya sendiri, sedangkan berjuang kan untuk orang lain. Yang untuk orang lain itu mana? Dan Allah tidak akan memberikan keberkahan untuk orang yang berjuang untuk dirinya sendiri. Soal akhirat saja begitu apa lagi soal dunia. Yang dunianya hanya memikirkan apa yang harusnya dia dapat sendiri (ini sih persis Akuntansi Kapitalisme, kalau menurut gw). Maka carilah seseorang yang baik itu yang berjuang untuk ummat, dan orang berjuang seperti itu tidak akan tergantikan dengan puasa sunnah, sedekah. Amalan yang dapat menyamai perjuangan di jalan Allah: Kata Rasulullah: Orang yang berpuasa dan tidak berbuka, orang sholat dan tidak ada tidurnya, dan orang sedekah seluruh hartanya, baru sebanding dengan orang berjihad di jalan Allah. Intinya lagi, pikirkan orang lain karena dirimu nanti juga dipikirkan oleh Allah. Kalau dirimu dulu yang kamu pikirkan, terus Allah bisa lepas tangan, kita yang susah. Track perjuangan kita memikirkan orang lain.
Kalimat di atas sangat ngena sekali. Dan sampai kapanpun insyaAllah aku selalu mengingatnya.


Yang kedua yang paling ku ingat adalah saat bingung hunting foto. Aku bener-bener muter cari spot dan obyek yang aku butuhkan. Banyak yang harus dihubungi meski sebenarnya malas harus menghubungi dan menyakan di mana ada penampilan Reyog dan acara-acara kebudayaan Ponorogo. Aku ingin mengunggah budaya asli Kota ku untuk lomba foto kemendikbud. Meskipun sejujurnya aku tidak terlalu minat dengan budayaku sendiri tapi namanya kita hidup di lingkungan sosial-budaya yang tidak akan pernah bisa dijauhkan dari kehidupan. Setidaknya jangan menghindari, nikmati saja keberagaman ini. Toh, kita bukan sebaik-baik orang. Berbagai macam orang kutemui. Mulai dari yang waras dan tidak waras, jadi banyak sekali hal mistik sebenarnya yang kurasakan. Tapi aku mencoba posthink aja. Kulihat banyak juga masyarakat yang antusias melihat. Yang pertama aku melihat di alun-alun Kota di mana acaranya adalah untuk kampanye parpol, Reyog kini ikut serta dalam proses berjalannya politik di Kota sepertinya, ikut nyoblos mungkin?
Kemudian yang kedua nemuin Reyog sampai ke pinggiran, Desa B..bb...bbb... Lupa dah. Kec.Jambon pokoknya. Acaranya dalam rangka festival balon udara (yang katanya juga dilarang, tapi masyarakat menolak dengan keras kepala) bagus sih, tapi membahayakan juga kalau di pikir. Gak terlalu banyak balon yang bisa diterbangkan. Gak ada malah. Akhirnya cuma dapat Reyog, dan dari situ aku sedikit mengerti dan memahami tentang budaya asli Ponorogo ini.

Sebelum Reyog aku juga main ke MI Muhammadiyah 6 Nglegok, Jenangan, Ponorogo. Sekolah terpinggir namun dengan pemikiran yang moderen bahkan masih jarang ditemukan di sekolah yang semakin kapatalism di zaman sekarang. Gila seeh, keren. MasyaAllah. Salut. Ada kalimat singkat di sekolah ini yang memang jarang disadari oleh banyak orang, Adab qabla Ilmu. Adab sebelum Ilmu. Keren gak sih? Menekankan betul-betul nilai adab, membentuk akhlaq yang Islami, kemudian baru berilmu. Jadi gak ada lagi yang namanya sok-sokan dan mentang-mentang punya ilmu. Mereka dibekali adab yang luar biasa, bagaimana seseorang agar lebih memiliki sopan santun, tata krama. Dan inilah yang dibutuhkan kids zaman now. Bener-bener patut di contoh oleh seluruh masyakarat. Selain itu juga, mereka juga ditempa dengan hafalan-hafalan Al-Qur'an. Mungkin saat gw punya anak, sekolah ini sudah segede gaban gedungnya. InsyaAllah. Aamiin...


Lanjutan...
Masuk Bulan Mei.
Awal Mei disambut dengan film yang menyampaikan tentang cinta. Bikin aku makin mencintai agamaku. The Power of Love 212. Subhanallah...
Banyak pesan di sana. Film yang benar-benar menjelaskan dengan sidiq dan amanah tentang Islam yang sebenarnya. Yang katanya menyeramkan, ekstrem, dan kolot. Semua itu salah. Islam adalah agama yang membawa damai bahkan juga bertoleransi. Jika ada yang berpikir tidak demikian. Maka marilah berkenalan baik dengan Islam, kamu akan mengerti setelahnya. Indah pokoknya. Kalau dari omongan saja memang tidak terasa apa-apa. Kamu harus tahu sendiri. Dan untuk terorisme. Come on, it's not us, it's not Islam. Jangan terburu-buru mendoktrin. Kita, umat Islam pun juga muak dengan si terorisme ini. Jadi janganlah begitu, Kawan. Ini bisa jadi adu domba di antara kita yang damai-damai saja selama ini. Sudahlah. Mari saling mencintai antar sesama manusia yang beradab :,)

Setelah film.
Bulan Mei adalah pertambahan angka dan peningkatan nilai dalam diriku. 21 Mei. Adalah reformasi Indonesia. Juga kelahiran sang tercinta kedua orang tua /ku. 20 tahun Reformasi Indonesia. Juga selama itu aku sudah bertahan hidup di negara yang gemah ripah loh jinawi, ini. Lama juga. Tapi untuk pertambahan nilai dalam diri mungkin belum ada 50%. Aku masih kurang. Semoga bisa memperbaikinya dan menambahnya untuk menjadi ke yang lebih baik. Terimakasih untuk seseorang yang telah memberi do'a pertama kali. Walau beda waktu satu jam, kau menyempatkan untuk menepatkan waktumu dengan waktuku di sini. Kau bilang aku calon Ibu. Kutanyakan dalam benakku, untuk anak-anakmu kah? :D
Dan semua yang sudah mendo'akanku aku gak tahu siapa. Semoga Allah memberikan apa yang kau harapkan padaNYA. Semua yang kau berikan dengan baik, atau suatu kebaikan yang kau beri, akan juga kembali padamu dengan/dalam wujud kebaikan untukmu.

Setelah bertambah umur.
Besoknya 'kamu' lulus, dengan gelar STP. Congrats!
Kamu adalah seseorang yang sebenarnya aku rahasiakan. Dan siapapun yang ingin tahu biarlah dia tahu dengan sendirinya. Kamu adalah sosok yang baik padaku. Itu saja. Boleh jadi, kamu juga kok. Iya, kamu.


Semua berlalu.
Sampai hari ini.
Kamu, ada masalah lagi.


Sekian.
Semoga bisa diambil manfaatnya.

Komentar

Postingan Populer