Tersentimental #2

Kita tidak meminta untuk selalu dituruti,
kadang kala hanya berharap dengan sangat,
untuk selalu di mengerti.
Hanya dengan begitu, maka kita memaklumi.
-Perempuan-


Selamat malam semesta di akhir periode bulan ketiga.
Semoga senantiasa dalam keadaan yang tenang, meski tak dipungkiri masalah tidak pernah jarang.
Aku menikmati betul betapa cukup mengujinya kejadian-kejadian di bulan Maret. Mulai dari mengawali kuliah dengan adanya dosen angker sampai pada tugas yang tak mau kalah angkernya. Juga-- keadaan rumah yang sedang repot; bapak sakit, ibu bekerja sendirian, keuangan menipis, aku harus beli buku mata kuliah, dan adik-adikku yang hanya menengadahkan tangan setiap waktu. Dan terakhir si dia yang sedang limbung dihantam pikiran rumitnya. Aku seperti sendirian rasanya, meski ada satu sahabat yang mengerti dan dekat betul dengan kehidupan rumahku tapi aku sungkan untuk mengeluhkan semua. Tentu saja. Aku tahu dia juga memiliki masalahnya sendiri yang pastinya tidak bisa jika aku juga membicarakan permasalahanku padanya. Akhirnya aku merenung sendiri. Memikirkan berbagai hal sendiri. Apa-apa sendiri. Ah tidak! I have Allah Subhanahu wa Ta'ala. Aku tidak sendirian. Dia mendengarkanku, melihatku, membantuku, menenangkanku, menguatkanku, membuatku tegar, memberikanku ketenangan, dan setiap waktu apapun ada untukku. Allah selalu ada, Allah selalu ada, Allah selalu bersamaku. Aku tidak benar-benar sendiri. Kemudian aku bisa melewati semua kejadian di bulan Maret.


Semua permasalahan di bulan ini adalah pengingat sekaligus sebagai bahan renungan untuk berhikmah agar aku (pribadi) lebih sadar. Roda kehidupan senantiasa berputar, semua berotasi atas kehendak Yang Maha Kuasa. Dia memberi kesulitan bersama kemudahan, Dia memberi kemudahan sekaligus ujian, Dia memberi ujian sekaligus pelajaran, Dia memberi pelajaran bagi hambaNya yang beriman. Yang beriman tentu saja akan di uji dan semakin diberi banyak pelajaran olehNya, sebab itulah yang akan semakin terus terus dan terus mendekatkan kita padaNya. Itulah salah satu kecintaan Allah pada hambaNya, yang sangat jarang disadari oleh banyak insan. Itulah hikmah yang seharusnya ditemukan oleh manusia yang mengaku punya iman.

Awalnya aku begitu gundah, resah, dan marah. Entah pada siapa aku harus berbicara. Seseorang yang kupercaya, dia tidak begitu ingin ikut campur. Tentu saja. Sikapku membuatnya bingung. Tidak ada yang benar-benar bisa diajak berbicara selain Allah.

Selang waktu beberapa minggu, semua mereda. Tangisku mereda.
Kemudian aku berpikir kembali, ternyata semua hanya sebentar saja. Begitu terasa apa yang sedang Allah atur sedemikian rupa. Allah menggambarkan dengan jelas. Beberapa waktu, hampir setiap hari aku menangis padaNya. Setelah itu aku kembali tersenyum. Air mataku surut perlahan. Dan aku kembali pulih, hatiku tidak lagi bergemuruh. Subhanallah, Engkau membuat hambaMu begitu lemah, Engkau juga menguatkanNya saat ia meminta. Kembali Allah membuatku semakin merasakan betapa Dia adalah satu-satunya yang aku punya, dan satu-satunya Maha Cinta, Maha yang Segalanya. Tak dapat berhenti kusebut asmaNya, kurayuNya dengan bahasa cinta yang lirih dalam qalbuku. Dia Maha Mendengar, aku tidak perlu bersuara keras. Bisikan itu lembut kuucapkan untukNya.


Setelah itu aku bisa berpikir dengan baik untuk menjalani apa yang terjadi selanjutnya. InsyaaAllah.
Tapi seseorang yang begitu aku pedulikan. Tiba-tiba terlihat muram. Yang tadinya begitu menyemangatiku, tersenyum untukku, dan selalu menanyakan keadaanku. Meskipun menurutku, masih tetap kelihatan kecuekannya. Tapi dia menyempatkan untuk berbuat demikian dengan segala permasalahan yang dibawanya juga. Aku tidak tahu pasti apa yang sedang dirasakannya, apa yang ada dipikirannya, apa yang sedang ia hadapi. Dia begitu jauh karena jarak. Dia ada di pulau seberang. Yang menjadi pembatas untukku membantunya lebih. Terakhir mengirimku foto, wajah yang begitu sayu, lemah, marah, dan sedikit aneh pada pandangannya. Aku tidak bisa langsung menilai begini begitu. Dia suka memendam sendiri. Tidak ingin membebani orang lain. Ah terlebih aku. Aku ingin sekali memeluknya (tapi apa dayaku), aku ingin sekali memberinya semangat, tidak masalah jika semangatku untuknya, aku bisa menciptakan kembali dengan kekuatanku sendiri yang kuminta dari Allah tentunya.

Akhir-akhir ini dia semakin aneh. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Untuk menanyakan padanya, aku takut. Barangkali menggangunya. Akhirnya aku diam saja dengan penuh prasangka buruk, sedikit prasangka baik. Meski beberapa waktu kemudian aku tidak tahan. Aku hanya ingin di mengerti, maksud lain adalah diberi pengertian, maka aku akan memakluminya. Tapi masalahnya bukan pada itu, entahlah sulit dan tidak perlu juga kujelaskan di sini. Dan penutupnya, adalah dia ingin sendiri dulu. Aku pasrah. Memang kadang kala seseorang butuh waktu sendiri, entah apa yang dilakukan, hanya dia dan Allah yang tahu. Tak ingin diam saja. Aku ingin selalu hidup di dalam alam bawah sadarnya. Mantraku tak henti kuucap untuknya. Mantra itu adalah Do'a. 

Aku berharap dia segera pulih sepertiku.

Besok sudah ganti bulan dalam kalender Masehi.

Kucukupkan sampai di sini.

Untukmu yang membaca ini, aku ... padamu.
Tersenyumlah kembali.
Kumohonkan pada Allah.

Selamat Malam.

Komentar

Postingan Populer