Untuk Kekasih

Bismillah...

Sejak 2016 atau 2017
Yang tepatnya aku lupa.

Aku ingin kembali mengingat bagaimana dunia maya bisa mempertemukan kita. Yang entah ini masuk akal atau tidak, nyatanya kita bisa bersama sampai saat ini. Aku tahu, jika semua orang tahu tentang kita pasti tidak akan "percaya", bahkan tentu banyak yang "meremehkan", dan akan banyak yang menyuruhku untuk "pergi saja darimu".

Pertama yang ku ingat tentang dirimu.
Adalah seorang mahasiswa muda yang tak segera meluluskan studinya. Yang sudah cukup agak tua (eh maap). Pemuda kelahiran Malang. Kota yang tidak asing lagi untukku, banyak sanak keluargaku tinggal di Kota itu, aku sering berkunjung ke sana. Pemuda dari Malang, yang sering dia bilang, "Aku dari Malang, Kota itu seringkali sama seperti nasib hidupku".

Telah lama kamu tinggalkan kota kelahiranmu. Dan kamu dan keluargamu memilih Kalimantan sebagai tempat persinggahan, tempat untuk berjuang, dan mencari penghidupan. Kamu pun mengukir banyak kenangan di setiap sudut Kalimantan. Kita begitu jauh dan tak pernah terpikirkan olehku untuk menjadi sefrekuensi dengan seseorang yang berada di pulau yang paling sering menjadi tujuan untuk merantau itu. Sama sekali aku tak pernah memikirkannya.

Saat itu, pagi hari, di hari libur.
Aku masih ingat betul ketika media sosialku, Line, mendapat notifikasi. Tapi ku abaikan sebab aku tak mengenalmu sama sekali, sapaan, "Hay" darimu. Aku ingat betul, aku sempat malas untuk membalasnya. Aku yang sedang malas-malasnya untuk menanggapi sapaan siapapun saat itu, sebab hati yang sedang benar-benar patah dan membenci makhluk yang bernama "laki-laki". Aku pernah mengalami fase itu, membenci "laki-laki". Semuanya, kecuali tiga orang laki-laki yang tinggal satu atap denganku. Aku sempat tidak ingin untuk mengenal siapapun lagi. Terlampau lelah aku untuk menjadi perempuan yang tangguh saat itu.

Aku jadi mengingat beberapa hal.
Bagaimana perjalanan hidupku di masa lalu mengenal makhluk yang bernama "laki-laki". Ku pikir semuanya sama saja, sama-sama pernah menjadi "brengsek". Pun perempuan juga sama, pernah menjadi "bodoh" pada waktunya. Aku menyesal, tapi juga cukup mempelajarinya dengan baik. Tapi ternyata sampai saat ini, luka-luka yang pernah ku rasakan belum cukup sembuh. Dan aku sulit untuk memaafkan diriku sendiri. Semua itu, selalu menjadi hantu yang selalu membayang-bayangiku setiap waktu.

Aku mengenal laki-laki mulai dari yang benar-benar lelaki dengan pikiran kotornya, atau yang berduit-royal-dan ada maunya, yang tak berduit-pemalas-dan selalu menghubungi setiap detik - yang membuatku illfil juga setiap saat, yang sederhana-penuh perjuangan-banyak janji tapi akhirnya dia memilih perempuan lagi juga, yang masih muda tapi sudah jadi duda-dan ingin sehidup semati denganku tapi aku tak mau (haha), yang mengajariku hobi baru yang sesuai dengan ketomboy-an-ku dan selalu rela berkorban untukku tapi fisiknya lemah sehingga aku tidak bisa menerimanya, yang rela mendatangiku dan ku suguh sate basi saat sampai di Kota ku dan akhirnya dia menyerah juga, sampai yang bekerja mapan-duit banyak-tapi bukan lelaki tulen dan akhirnya dia memilih pergi dengan laki-laki lain (HAHAHA). Rasanya pengembaraanku sudah cukup banyak. Meski tak banyak yang tahu, mungkin setelah kamu baca ini akan punya sudut pandang lain tentangku.

Aku hanya ingin mengingat semuanya...

Sampai aku mengenalmu. Yang aku belum bisa mendeskripsikanmu dengan singkat. Yang ku tahu, kamu selalu memberikan sudut pandang baru di otakku, kamu selama ini bertahan denganku, kamu baik sekali mau bersabar dengan sikapku yang seringkali gak jelas, kamu yang mengatakan semuanya padaku sejak awal kita akan memutuskan untuk dekat, kamu yang selalu terbuka dan memberiku pilihan, yang tak pernah memaksaku, yang berusaha untuk menghubungiku (meski aku tahu kadang kamu malas), d.ll (hehehe...)

Saat pertama kita mengenal pun, kita tidak langsung dekat.
Kamu saat itu yang ku tahu adalah seorang yang aktif berkegiatan di kampusnya (begitu yang ku tangkap dari cerita-ceritamu padaku). Dan aku sangat kagum dengan seorang yang aktif berkegiatan, aku suka melihat seseorang yang sibuk, meskipun aku sendiri sejujurnya adalah termasuk kategori manusia mager. Tapi tetap saat itu aku tidak ada niatan untuk membalasmu terus. Kalau tidak salah tahun 2016. Grup menulis membuat akun kita bertemu, hahaha!~ Aku jadi berpikir, apa mungkin aku saja yang kamu sapa saat itu? Kayaknya, nga' deh -__-
Sekali, dua kali, kita berkomunikasi. Sampai di instagram kamu aktif juga kasih like di setiap postinganku. Begitu terus. Dan aku tak pernah peduli dengan namamu saat itu.

Tahun 2017.
Masih sama saja. Namamu selalu muncul selepas aku memposting foto di instagram. Gak kerasa ya, nge-like nge-like gitu. Kamu kurang kerjaan, fotoku bagus, captionku bagus, atau emang ada maksud terselubung? Aku mengenalmu sebagai seorang dengan hobi yang sama denganku, menulis dan membaca. Hanya itu, saat itu.
 
Kemudian sampailah di bulan Agustus 2017.
Aku yang terlebih dulu menyapamu. Karena tak sengaja melihat instastory-mu; di suatu tempat seperti taman, banyak buku-buku berjajar, dan orang-orang yang membaca. Aku sangat tertarik dan ingin tahu. Sudah terlanjur ku lihat, tapi aku malu untuk berkomentar. Ku urungkan niatku beberapa jam. Tapi sesaat kemudian aku melihatnya lagi, semakin ingin berkomentar. Ya sudah, di balas gak di balas aku beranikan diri untuk berkomentar (hahaha). Aku harus berpikir beberapa jam untuk mengomentari postingan seseorang. Sungguh "sok jaga image".

Setelah itu aku dan kamu berbincang di Direct Message, Instagram.
Berbincang banyak dan gak penting banget menurutku. Basa-basi bikin illfil kalau ku lihat lagi pesannya (haha). Dan aku bertanya apa id line-mu tetap sama seperti yang dulu, ngapain juga aku tanya gitu (haha). Akhirnya kamu yang menyapaku lebih dulu di Line saat itu. 7 Agustus. Berbincanglah kita, jurus modus kamu kerahkan semua, kalau aku ingat kembali sekarang aku illfil poooolll (haha). Kamu juga sempat meminta ucapan Selamat Ulang Tahun dariku. Sumpah, aku illfil (hahaha). Kamu genap berumur 24 tahun saat itu. Dengan keadaan puyeng mikir skripsi. Tidak terasa kita berdua asik berbincang sampai larut malam saat itu. Yang bikin ngakak, saat saling berpamitan untuk pergi tidur kamu kirim stiker "love". Dasar!

Besoknya, pagi hari.
Ada notifikasi line, darimu.
Ku pikir itu masih biasa. Tapi kamu terus mengajakku untuk berbincang. Dan selalu ada hal baru yang muncul di otakku ketika kamu menanyakan sesuatu atau menanggapiku tentang sesuatu. Itulah kenapa, tidak ada rasa bosan ketika aku harus mengetik banyak kata di layar hp. Selalu ada ide yang di otakku dan kamu tidak pernah lelah untuk menanggapinya. Begitu terus, berjalan...

Sampai pada saat, kamu tiba-tiba menelponku. Mendengar suaramu yang juga khas. Dan jurusmu selanjutnya adalah membacakan puisi untukku. Yang mau tak mau memang harus ku dengarkan karena lewat telepon dan langsung ke telingaku. Puisi apapun kamu bacakan untukku (gak jelas banget kamutu). Meskipun aku tidak tahu bagaimana mimik wajahmu saat membacakannya. Tapi suaramu membuatku tiba-tiba semakin nyaman. Puisi yang paling ku ingat adalah tentang Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Yang pertama membuatku menangis karena seorang kamu.

Semua berjalan dengan baik dan tidak baik. Kita melakukan segalanya melalui layar hp. Kita membicarakan banyak sekali hal lewat kalimat yang kita ketik di layar hp. Dan aku selalu menemanimu di setiap prosesmu. Mulai dari kamu memulai skripsi, kamu mengikuti lomba, kamu harus pulang pagi dan bangun pagi juga, kamu harus sedikit jarang untuk menghubungiku sampai aku berpikir bahwa kamu akan sama dengan laki-laki lain yang akan pergi meninggalkanku dan memilih perempuan yang lebih dekat denganmu.

Aku tahu untuk menyelesaikan kuliahmu juga termasuk hal yang berat. Perjuanganmu untuk bangun pagi, kamu harus berangkat pagi mencari dosenmu, berlelah-lelah menunggu dosenmu, pusing merangkai kalimat, pusing mengisi data, mengerjakan tugas akhir (dan aku juga kamu suruh ikut mengerjakan) hahaha, dan banyak lagi. Aku mengingatnya lagi sekarang.

Setelah hampir sebulan/dua bulan ada saat dimana kamu bosan dan jenuh, semua tak kunjung usai. Aku benar-benar tahu bagaimana kamu harus memaksa dirimu. Dan bagaimana aku juga tak bosan-bosannya untuk menyemangatimu selalu. Semua itu ternyata hanya sekedipan mata. Dulu terasa lama sekali. Sekarang rasanya semua begitu cepat berlalu. Kamu bisa menghadapi fase-fase itu, kamu sudah dengan baik menyelesaikan prosesnya, dan aku ternyata masih tetap bertahan "di hatimu". Kan?

Dan banyak lainnya lagi yang sepertinya tidak perlu ku tuliskan di sini.

Wisudamu...
Hal yang membuatku cukup bersedih. Tak bisa ada di sana.
Meski kamu bisa menerima keadaan dan bahkan menenangkanku agar tak perlu khawatir sebab aku tak bisa hadir. Dan aku berharap di saat wisudaku nanti, kamu ada. Datang dan berdiri di depanku meski hanya membawa senyuman dan ucapan selamat. Semoga :")

Perjuangan baru.
Resah dan gundahmu beberapa bulan setelah studimu selesai sampai pada saat ini memang belum kunjung usai. Aku yang terkadang tak memahamimu dan hanya memikirkan perasaanku sendiri mungkin menjadi tambahan beban saja. Maafkan aku.

Kita mungkin pernah merasa bosan, tapi enggan untuk meninggalkan. Aku hanya seringkali berpikir bahwa kamu "berbohong". Tapi seringkali kamu memang sedang tidak ingin membahas hal-hal yang selalu ku tanyakan padamu. Kamu semestinya tahu, bahwa perempuan tidak akan pernah percaya jika belum ada buktinya. Aku masih saja berpikir bahwa kamu masih menyimpan sisa-sisa masa lalumu dan sesekali mengenangnya. Sesaat aku berpikir seperti itu rasanya aku ingin enyah darimu. Aku ingin menghapusmu saja. Dan aku ingin sendiri. Baiklah akan ku jelaskan dan ku buat pengakuan, aku adalah seorang perempuan yang memiliki tingkat kecemburuan yang cukup tinggi. Aku selalu ingin menjadi satu-satunya ketika aku ingin benar-benar hanya aku yang di perhatikan. Meski untuk mengelabui sikap itu, aku berusaha untuk diam dan mengalihkannya ke pembahasan lain. Tapi singkatnya, aku selalu ingin menjadi satu-satunya. Entah kamu sudah menyadari hal itu atau belum.

Aku sangat membenci seseorang yang berbohong. Aku pernah berbohong dan aku pernah dibohongi. Dari situ, aku menjadi benci sekali dengan kebohongan. Aku bahkan berani membenci diriku sendiri untuk beberapa saat ketika aku harus berbohong tentang sesuatu hal. Dan aku bisa membenci seseorang ketika ia berbohong padaku. Bisa saja, kamu. Tapi kenyataannya, aku tidak pernah bisa membuktikan bahwa kamu bohong. Aku hanya sering kali tidak sabar dan emosional, dan kamu sangat lamban dan santai sekali. Kita sering salah paham tentang hal ini. Bubar, jika salah satu di antara kita tidak mengalah atau tidak menyadari. Tapi sampai saat ini, kita terus berusaha mengerti dan memahami.

Seringkali aku beranggapan bahwa kamu masih mengingat seseorang yang mungkin meninggalkanmu. Dan aku seringkali merasa benci karena mengingat seseorang yang meninggalkanku dan berbohong padaku sehingga aku harus meninggalkannya. Aku tidak suka jika harus mengingat hal-hal seperti ini. Dan aku enggan untuk bercerita padamu. Meskipun aku tahu, masa lalu memang akan selalu ada ketika kita menengok ke belakang kembali. 

Maafkan dan maklumi aku yang selalu berprasangka buruk padamu.
Adalah bentuk kekhawatiranku jika kamu ternyata berbohong dan aku harus pergi meninggalkanmu tanpa kamu minta.
Adalah bentuk ketakutanku jika aku harus merelakanmu karena kamu merasa tak mampu lagi untuk menghalau jarak ini, yang artinya ucapanmu tak bisa ku pegang lagi.
Adalah bentuk kekecewaanku jika ternyata kamu harus memilih seseorang yang lebih dekat denganmu.

Bagaimana jika aku tidak bisa memilih seseorang pun lagi?

Pikiran-pikiran itu masih saja sesekali muncul/
Tapi aku berusaha untuk mengabaikannya, sebab rasanya tidak ada gunanya aku harus khawatir, takut. Jika memang jalannya tidak sesuai kemauanku, apa boleh buat.

Pun kamu, yang tahu bagaimana perjuanganmu sebenarnya hanya dirimu sendiri. Aku mungkin tak begitu tahu bagaimana langkah-langkahmu dalam berjuang. Jadi, seharusnya aku tidak boleh selalu menuduhmu yang bukan-bukan. Maafkan aku. Maklumi aku.

Yang perlu kamu tahu aku masih saja di tempat yang sama. Entah di mana tempat itu. Tempat yang tidak ada seorang pun yang tahu selain aku dan kamu, juga Tuhan. Tempat itu sangat tersembunyi bahkan kita tidak bisa melihat apapun, yang kamu lihat mungkin hanya aku, dan yang aku lihat mungkin hanya kamu, dan Tuhan melihat kita berdua. Tempat itu berada di lubuk terdalam dalam diri kita, yang hanya bisa kita rasakan tempat itu ada. Kita tak akan pernah bisa mendeskripsikannya, kita hanya bisa merasakannya, kemudian raga kita berusaha untuk saling mendekat.

Maka sebelum kita benar-benar bersatu dan berjanji atas nama Tuhan.
Aku berusaha untuk belajar dan terus belajar bagaimana menjadi seseorang pendamping yang baik, pun aku berharap kamu juga belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik. Aku tahu, mungkin saat ini kamu sedang benar-benar mempelajarinya. Dan maafkan aku terkadang masih harus berprasangka buruk lagi. Aku memang harusnya berhati-hati. Maklumilah aku, aku masih berumur 20 (haha), dan mau menginjak ke 21 tahun. Aku harus mengendalikan emosiku dengan baik. Dan harus berpikir secara rasional dengan benar juga. Maafkan aku jika membuatmu repot dengan tuduhan-tuduhan dan pembicaraanku yang tidak jelas. Bahkan aku sering menyudutkanmu, karena tak lain aku hanya ingin kamu menjelaskan sesuatu agar aku bisa tenang. Aku bisa tenang, setelah kamu berbicara dan menjelaskan sesuatu dengan jelas. Dan aku sangat kesal, jika kamu tidak segera memberiku penjelasan. Maafkan aku yang manja sekali, masih egois, harus begini-begitu, sekarang!

Begitulah diriku.
Aku mudah sekali mengatakan sesuatu yang tanpa ku pikir itu akan melukaimu tapi aku juga mudah sekali untuk meminta dan terus meminta maaf.

Katamu kita sudah berjalan sejauh ini dan hanya perlu bertahan dan mematangkan semua.
Ku pikir itu benar. Aku juga harus pelan-pelan mengendalikan diri. Tapi sekali lagi, maafkan aku, sesekali aku pasti akan kembali seperti anak kecil yang ingin minta perhatianmu dan marah-marah bahkan menangis hanya karena ingin kelembutanmu. Jadi mau bagaimana lagi, sepertinya semua wanita begitu :))

"Bertahan itu susah dan berpisah itu mudah"

Mungkin kalimat itu memang benar adanya.
Aku memahaminya bahwa untuk segala sesuatu yang indah memang tidak ada yang mudah. Kita harus tersiksa, harus menangis, dan bahkan berdarah-darah. Aku semakin menyadari bahwa ini bukan akhir kita. Tapi ini awal kita untuk melangkah ke tahap yang lebih tinggi lagi.

Semoga kekuatan jiwamu semakin bertambah sehingga semangatmu selalu berapi-api bagaimana pun musim berganti, di saat badai besar maupun kemarau yang kering. Bukankah aku seharusnya semakin kuat juga untuk selalu mendukungmu? Doa-doa kita harusnya tak pernah surut juga untuk selalu meminta dan memohon. Tidak ada jalan lain yang bisa kita tempuh selain jalan untuk kembali padaNya. Cinta dan kasih sayangNya takkan pernah habis sehingga perasaan yang ada di benak kita masing-masing akan menjadi keberkahan nantiNya karena kita dekat denganNya, karena keridhoanNya.

Semoga aku bisa semakin mengerti dan memahami semua ini...
Maafkan dan maklumilah aku, Kekasih.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer