Pembahasan Penting tentang Pembicaraan Tidak Penting

Bismillah...


Beberapa waktu belakangan ini. Ada hal yang sangat amat membuatku aware. Meskipun sebelumnya belum pernah tahu dan sadar mengenai hal tersebut, bahkan aku juga gak peduli dengan hal tersebut tapi sekarang sepertinya aku harus membiasakan untuk melakukannya. //melakukan apa sih?

Before I'm writing about it. I will give a 'Disclaimer' :
Aku bukan termasuk manusia yang sangat menjunjung tinggi feminisme atau apalah itu "emboh". Hanya dari paham-paham barat yang mulai ku cicipi namun tidak berniat untuk ku telan semuanya itu, aku hanya mengambil beberapa yang emang, "o iya ini bener juga, begini, kan, begini..." -apasih?- Apa lagi tentang kesetaraan gender, bodoamat-lah ya. Semua itu ada awalnya kok. Kenapa paham-paham tersebut bisa ada. Di mana kaum perempuan pengennya dijunjung tinggi. Hashh ora mashook pokokmen!

Alright, bicara tentang fisik.
Aku akan mengawalinya dari sebuah kejadian di masa TK yang ya sebenarnya tidak perlu ku ungkit kembali. Jadi, dulu waktu masih bocah ingusan banget aku memang punya kulit yang gelap, sering juga ingusan, dan gak termasuk dalam golongan "bocah ayu", but aku tetap imut kok (ireng kumut-kumut). Sebenarnya it's okay. Dulu aku tidak peduli-peduli amat sama face. Iyalah masih kecil. Ok. Tapi tidak semua seperti itu. Ada beberapa anak kecil yang sudah bisa kok, ngolok temannya yang lain. Dulu, aku jadi bahan olokan. Sering. Sesering itu? Sering banget. Teman-temanku bilang, "kamu jelek, hitam", dsb. Aku juga gak paham kenapa mereka seperti itu. Padahal Ibuku selalu membuatku terlihat rapi dan cantik. Kenapa juga mereka kok sudah bisa ngolok aku? Karena orang tuanya sering bikin contoh, kalau kamu gak nurut nanti jadi apalah, yang hitam, yang wajahnya jelek, atau yang lainnya. Boleh jadi, mindset mereka terarah bahwa yang punya kulit hitam, hidung pesek, mata sipit, pipi jemblem adalah BAD/BURUK. Yang salah siapa?

Sejak saat aku diolok temanku saat TK dan itu sering sampai aku SD masih diolok, tidak ada pengaruh yang signifikan yang ku rasakan. Tapi justru, aku jadi anak yang pemberani. Tidak lantas, diolok kemudian aku tidak mau sekolah. Paling-paling ya nangis. Pernah sampai nangis? Etdah, lu kata hati ini bagai baja membara. Sakit juga sih, diolok. Ini juga memang menunjukkan bahwa dalam jiwa dan raga ini sudah tertanam benih-benih baper. -Kasihan-

Ok/ Masalah kulit hitam masih berlanjut dan tersamarkan. Berubah lagi, ke tubuh yang tydaq qurus. Katanya aku masuk ke kategori gendut. Ini di masa SD. Mau lu pade apa sih sebenernyeee?
Dan aku ya tetap cuek bebek. Karena ya bingung, emang adanya aku seperti ini. Mau di gimanain lagi? Terlebih aku memang tipikal cewe yang gak mau ribet amat sama penampilan, ya meskipun masih kadang begitu. Tapi untuk fisik memang ku syukuri apa adanya, asalkan aku sehat wal afiat tanpa suatu halangan apapun, sholawat serta salam semoga tetap terlimpah... (kok jadi pidato)
Baiklah. Sudhaa~ Sudhaaa~
SD sudah berlalu.


Masuklah ke dalam ranah SMP. Biasa saja. Tidak ada bully-an, body shaming seperti yang ku alami di masa kecil. Justru yang seringkali terjadi di sini adalah sexual harrasment. KOK BISA?

Tenang, tenang. Mari kita kupas tuntas semua problema ini.
Pertama, dulu saat SMP aku memang merasa sudah mulai menjadi remaja yang cukup anggun, kadang merasa paling cantik, dan merasa paling manis. Narsistik level dewa. Dan di masa-masa itu memang semua hal yang ada ditubuhku mulai berubah. Aku terlihat seperti gadis remaja yang segar, bugar, dan sehat. Kulitku juga mulai berubah menjadi kuning langsat. Semuanya terlihat indah tanpa perlindungan khusus.

Nah!
Saat itu, aku memang sekolah menggunakan kerudung. Tapi... kalau di luar sekolah masih jarang. Kegiatanku yang paling mendominasi awal SMP adalah beladiri. Wah, waw, wih, beladiri apa nich? Dulu aku masuk ke "Ju-Jitsu". Tempatnya di lingkup SMK. Ya SMK yang isinya banyak cowo-cowonya. Bapakku yang mendaftarkan. Semua ini aku sendiri yang menginginkannya, jadi bukan semata-mata karena manut sama Bapak. Terlebih meskipun berusaha anggun, tetap saja aku ini kategori (ceboy: cewe tomboy).
Next, selama latihan aku tentu aku juga tidak memakai kerudung, baju juga minim, rambut pernah juga semiran. Aku selalu latihan rutin; mulai dari sikap dasar, tendangan, pukulan, tangkisan, terusss...bantingan, sampai pada self-defence woman. Ini yang agak bikin risih tapi aku tetap polos. Sebelum diajarkan self-defence oleh pelatihku. Aku mempelajari yang namanya kuncian. Di saat-saat belajar kuncian ini, ada beberapa waktu dimana aku harus bersentuhan dengan laki-laki. Ini parah sih. Tapi namanya aku belum paham dan sadar.
Seniorku memintaku untuk mewakili para cewe untuk tahu bagaimana kuncian tersebut. So! Aku harus tidur terlentang di rumput kemudian ya! Dia di atasku. Dipraktikkanlah kuncian itu. Tidak masuk. Hah apanya?! Kunciannya lah! Bego! Aku tidak tahu bagaimana perasaan dia, dan aku juga polos dengan perasaanku. Yang jelas itu hal yang paling aku sesali. Kenapa gak menolak? Yang diajuin cuma aku, karena saat itu aku yang senior :((
Tidak hanya itu. Setiap kali pemanasan kadang aku juga harus berpasangan dengan laki-laki. Mereka harus menyentuhku, berdekatan badannya denganku, karena pemanasannya bukan hanya geleng kepala kanan-kanan-kiri-kiri, loncat-loncat. Belum lagi mereka senyum-senyum jijay, terus kerlingin mata, terus lagi colek dagu, colek lengan. JIJAY! Aku juga harus menerima cat calling, dsb. 


Kenyataannya, aku sendiri mengalami.
Selama aku tidak memakai kerudung, aku selalu mendapat godaan dari para lelaki. Ya begitulah; style-ku pakai hot pans, kaos ketat, rambut kuncir belakang, alaaah... mengundang syetan semua. Aku menyadari betul hal itu. Ternyata begitu; laki-laki.

Pasti ada yang tidak setuju dengan kalimat di atas. Tak apa, kenyataannya pengalamanku begitu. Dan aku tidak bisa lantas menyalahkan laki-laki. Kadang aku introspeksi apa yang salah ya dari aku, sampai mereka harus menggoda? Apa yang membuat mereka sampai begitu memperhatikan diriku? Apa aku juga menggodanya? Hey, tidak semua laki-laki seperti itu! Baiklah. Tapi ini fitrah. Dan fitrahnya laki-laki memang seperti itu, dan perempuan harus seperti ini. Kalau ada yang protes tentang hal ini, ya mau kita sebut apa lagi, selain mereka hanya mencari kebebasan se-enak udelnya sendiri.

Beberapa kasus sexual harrasment yang terjadi tidak lantas membuatku langsung menyalahkan sepihak. "Laki-laki nafsuan, bejat, pikiran kotor, bangsad kelakuannya, gak pakai akal!". Aku sempat kaget lihat yang seperti ini. Dan perempuan yang mengatakannya. Padahal kita harus tahu persis bagaimana kejadian kasus itu. Sayangnya, beberapa kasus seperti ini sering diabaikan. Kenapa? Hemm... (ada something yang tidak pernah diungkap media). Kemudian mereka para dedengkot feminisme langsung sudaaah, cerewetnya keluar.

Ok aku akan jelaskan asal usul feminisme.

!Begini teman-teman,
Feminisme adalah paham atau keyakinan bahwa perempuan benar-benar bagian dari alam manusia, bukan dari yang lain yang menuntut kesetaraan dengan laki-laki dalam setiap aspek kehidupan, tanpa melihat kodrat dan fitrahnya. Kesetaraan ini biasanya disebut juga dengan istilah kesetaraan gender (gender equality). Paham feminisme bermula dari aktivisme perempuan barat yang merasa tertindas oleh ideologi Gereja. Tidak bisa dipungkiri, ajaran Gereja pada abad ke 17 dan 18 tidak memberi tempat yang adil terhadap perempuan bahkan berlaku kejam. Budaya misogynic (merendahkan perempuan) oleh Kristen bersumber dari kitab suci Kristen. Tersebut di Bible di antaranya, "Perempuan lebih dulu berdosa, karena perempuanlah yang terbujuk oleh ular untuk makan buah terlarang" (Kitab Kejadian [3] 1-6). Dalam pandangan Gereja, perempuan direndahkan sebagai makhluk yang pertama kali membawa dosa. //source: Gadis Arivia, Pembongkaran Wacana Seksis Filsafat Menuju Filsafat Berperspektif Feminis, Disertasi (Depok: Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2002) hal.95

Term Feminis, sesungguhnya bernilai merendahkan wanita. Feminis berasal dari kata Fe dan Mina. Fe artinya fides atau faith artinya iman/kepercayaan. Sedang Mina dari kata minus artinya kekurangan. Artinya term itu menunjukkan wanita adalah makhluk yang kurang iman. // source: Philip J Adler, World Civilization, (Belmont: Wasworth, 200), hal.289 dalam Adian Husaini, Kesetaraan Gender: Konsep dan Dampaknya terhadap Islam, Jurnal Islamia Vol.III No. 5 thn 2010

Barat memang telah berabad-abad lamanya menindas wanita, sehingga era liberalisasi agama pada zaman enlightenmen pun masih belum bersih dari tradisi patriarkhi. Ini artinya, misoginisme begitu melekat lama dalam peradaban Barat. Yang terjadi dalam masyarakat Barat adalah semacam ideologi balas dendam terhadap lelaki yang telah lama membenci wanita. Lelaki adalah biang penistaan itu. Segala hal yang berbau kelaki-lakian dibenci. Ini artinya, paham feminisme atau kesetaraan gender dipicu oleh respon traumatik terhadap kondisi sosial, politik, dan budaya orang Barat terhadap wanita.

Tulisan mengenai Asal usul Feminisme di atas ku ambil dari buku Membangun Paradigma Pendidikan Islam Berbasis Adab oleh Kholili Hasib.


Cerita tadi memang berada di zaman jahiliyah-ku. Aku belum menutup aurat dengan baik. Selanjutnya, akan aku ceritakan sebagai pembanding antara aku yang dulu (bukanlah yang sekarang...) dan aku yang sekarang wkwkwk.

Kita mulai dari zaman SMA.
Zaman SMA cukup bercahaya. Alhamdulillah, nikmat berkerudung ku rasakan. Berkerudung bukan asal kerudung. Di sini aku memahami dengan benar bagaimana kerudung yang sesuai "apa yang diperintahkan oleh Tuhanku, Allaah SWT". Allaah berfirman di QS An-nisaa bahwa menutupi kerudung sampai ke dada, artinya kerudung ini harusnya menutup dada dari sisi manapun itu berarti panjang kerudung semestinya sampai ke sikut, sehingga dada tidak akan terlihat, insyaaAllaah...

Di situ aku merasa banyak laki-laki yang lebih menghormatiku. Tidak seenaknya mereka berlaku dan tidak mudah di ganggu juga akunya. Selain itu Allaah juga pasti suka melihat seorang Muslimah yang dalam berpakaian sudah sesuai dengan apa yang di mau Allaah, bukan maunya si Muslimah itu sendiri. Dari situ selalu ada rasa-rasa nyaman dan aman. Ya, meskipun, meskipun nih masih ada beberapa laki-laki di jalan yang tiba-tiba, "Assalamu'alaikum", "Assalamu'alaikum Ukhty...". Tidak masalah. Salam adalah doa. Baiknya memang dijawab saja, lirih aja sih kalau aku. Urusan pelecahan-pelecehan ku rasa selesai.

Kembali.
Pada problema body shaming. Ini yang membuatku cukup geram dan emosi juga. Kenapa fisik ini begitu sangat amat di permasalahkan? Setelah di masa belia aku harus mendapatkan bully-an seperti itu, sekarang aku kena lagi, bahkan aku juga melihat kejadian itu di mana-mana.

Masalahnya apa?
Berat badan.
Itu-itu saja. Dan gak ada habisnya. Kenapa sih emang? Kalau kelihatan gendut itu kenapa? Merugikanmu kah? Kan yang penting kita sehat. Kita gak penyakitan. Gendutnya itu gak gendut-gendut amat lho padahal. Astaghfirullah, ampun ampun!!!1!1 Pengen ku jahit sebenarnya lama-lama mulut orang yang sering ngomong tentang berat badan. Sorry to say. Apa gunanya gitu lho. Kenapa kita gak ngobrol harga minyak goreng, cabai, pete, bawang, atau telur, atau apa lah yang lebih ada manfaatnya gitu lho beb. Biar gak ada gak enak hati di antara kita semua. Sudahilah kebiasaan cerewet tentang BB, biar enak gitu. Ya, I know, mungkin beberapa bodoamat. Ada yang bodoamat tapi lama-lama kesel juga ya dengernya. Ada yang emang bodoamat tapi di belakang sebenarnya mikir, what should I do? Padahal masih banyak hal lain yang harus dipikirkan. Kasihan khan~

Kalau memang bermaksud baik, maksud baiknya itu dimana sih? Aku belum nemu. Atau emang kita ini sudah terbiasa "latah" ya. Entahlah. Dan ok, ini masih sesama perempuan dengan perempuan. Masih bisa di maafkan, masih bisa kita bicarakan baik-baik agar berhenti untuk mengomentari body seseorang. Yang entah, "kamu gendutan ya", "kok lebar sekarang", "badanmu kok bisa gini?". WHY? I don't give a sh*t about! So, what your problem? Mata kamu risih kalau lihat orang gendut? Kalau gitu kamu merem aja kalau lihat aku. Aku sebenarnya mulai sensitif dengan mulut-mulut latah. Mau nyiram air tapi kok yang biadab aku malahan. Jadi, oke sikap yang bisa di ambil kali ini adalah, tanya "emang kenapa?", atau pura-pura gak dengar dan membicarakan hal lain, atauuu diam dan pergi. Done!

Belum selesai sih.
Sudah mulai kurus kan (ceritanya)
Di komentarin lagi, wah kurusan, mikir apa?, karena jomblo gak nikah-nikah ya. Bodoamatlaaah, Surtiii...Surti...
Jangan jadi perempuan yang banyak mulut ah.

Gak apa-apa sih kita komentar. Untuk kebaikan dia saja. Contoh, kita lagi berdua sama seseorang. Bau badannya gak karuan banget. Boleh kok kita bisikin dia sekalian kasih solusi. Biar bau badannya hilang dan gak menyengat lagi. Kan itu peringatan yang baik ya, karena semua orang pasti kena korban baunya. Ini sih masih ku terima. Kalau sudah bisikin, "kamu makin gendut deh!", pengen deh berkata kasar. KASAR!!!


Baik. Sudhaaa....sudhaaa...
Mari kita maafkan perempuan yang masih suka latah dan doakan agar segera mingkem.

Lanjut.
Di sisi laki-laki. Ternyata ada juga yang komentar tapi sebenarnya gak ngaruh juga buat hidupnya.
Ada lho, yang suka memberi masukan yang kalau di pikir-pikir itu kayak, "Eh tong, lu ngapain dah?", "Kowe wi nyapo?". Kurang kerjaan apa gimana? Sini ku kasih kerjaan, nguras lauuut. Mau?

Dan lagi-lagi yang di komentarin sama beberapa cowok yang latah juga ini, misalnya, "kamu kelihatan gendut lho. jangan gendut-gendut ah, gak bagus buat perempuan. kurangin ya, olahraga kek, ngegym kek, atau sedot lemak kek". Tahu komentar kayak gitu pengen ku kasih tendangan sabit itu mulut, gaes. Laki kok cerewet banget. Laki bukan sih?
Aku masih terima sih kalau dia seumpama suamiku, atau ayahku, atau adikku (meskipun bapak dan adikku sama sekali gak pernah komentar tentang tubuh ini. paling nyuruh olahraga saja. dan kalau sudah aku gerak, mereka ya biasa-biasa saja)

Dan bukan cuma badan aja. Ada juga yang komentar selain badan. Muka lah, hidung lah, apa lah. Kalau gak suka sama bentuk-bentukan kayak ane, ente minggat aja, Bang!

Laki-laki yang sering komentarin fisikmu, dia hanya melihatmu dari fisik. Masuk ya logikanya? Kalau dia melihatmu dari fisik, kemungkinan ketika melihat perempuan lain yang lebih baik dan indah fisiknya ketimbang kamu, maka dipastikan dia hanyalah fana. Berapa waktu paling juga menghilang. Sok tahu lah, kamutu! Ok fine, kita buktikan saja.
Laki-laki kan mainnya rasio ya, maka menghadapi laki-laki kalau bisa ya pakailah rasiomu. Jangan perasaan terus. Hal ini ku pelajari sejak zaman jahiliyah-ku. Intinya, kalau kita tidak mau kalah, kenali dulu lawan. Kurang lebih seperti itu. Kok ga nyambung ta? :D

Sebaiknya jika ada laki-laki yang terus menerus komentar fisikmu. Langkah yang baik untuk menghadapinya versiku adalah mengabaikannya dan kalau bisa tidak perlu bertemu dengannya lagi. JIJAY juga btw sama laki-laki model begitu.


"Manusia di bumi Allaah sudah diciptakan sebaik-baiknya bentuk dan rupa. Tidakkah kalian menyadarinya? Jiwa dan raga ini Allaah adakan tak lain hanya untuk beribadah kepadaNya, taqwa kepadaNya. Namun jikalau tidak mau beribadah dan taqwa, maka tidaklah Allaah rugi sama sekali. Justru kitalah (manusia) yang sedang dalam keadaan merugi. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang merugi."


Mungkin itu yang bisa aku sampaikan. Meski begitu, ketika orang lain berkata hal yang tidak penting semacam mempermalukan diri/fisik kita. Kita juga baiknya introspeksi setelah itu. Yang perlu kita lakukan, perbaiki apa yang salah. Hanya itu. Jika tidak ada yang salah, pertahankan saja apa yang baik.

Semoga bisa diambil hikmah.

Stop banyak omong yang tidak penting!

Sekian.
Terima kasih :)

Komentar

Postingan Populer