Hujan Hari Ini

Bismillah...
Alhamdulillah.

Selamat malam Minggu kelabu dengan sentuhan petir yang lap-lap membuat hati ini bergidik. Semoga kita tidak lantas galau, karena mengingat hari malam ini adalah malam yang penuh dengan polemik. Padahal menurutku, B ae. Baiklah cukup untuk membahas ini hari apa.

Sore tadi aku bersemangat meski ku lihat mendung begitu tebal di arah mata angin manapun. Alhamdulillah. Hal ini tidak lantas membuatku mlengkruk, mager, suntuk, njingkrung, ataupun bahasa lain yang mengartikan bahwa sedang malas untuk beraktifitas. Aku memaksa diriku untuk tetap menghadiri kajian Al-Qur'an hari ini. Setidaknya waktu yang kugunakan kurang lebih 2 jam. Ya, untuk menuntut ilmu agama. Ku sempat-sempatkan dan ku paksa-paksakan.

Dengan menyebut nama Allah, berangkat.

Sampai di sana seperti biasa, bertemu Ustadzah yang mengajarku mengaji Al-Qur'an menggunakan Metode Wafa'. Namanya Fauziah kalau gak salah. Kenapa kalau gak salah? Suaranya saat perkenalan sangat lirih sehingga aku tidak terlalu mendengarnya saat itu. Yang ku dengar hanya saat dia minta di panggil "Zia". Nah meskipun dia Ustadzah, siapapun memanggilnya begitu. Tidak lantas membuatku memanggilnya Ustadzah juga. Aneh gak aku? Tidak semudah dan tidak secepat itu aku bisa memanggilnya Ustadzah. Aku belum bisa move on dari Ustadzahku yang dulu. Sayangnya dia belum pernah ku tuliskan di blog ini. Dia tiba-tiba pergi begitu saja. Mencari murid lain. Hiks, sedih. Nanti mungkin, akan ku buka album kenanganku bersamanya.

Jadi aku memanggil guruku ngaji, Mbak, saja. Padahal lainnya gak ada yang panggil Mbak. Biar saja. Lidahku masih kaku untuk memanggilnya Ustadzah. Masih belum mengena di hatiku. Hanya ilmunya yang sudah mampu membuatku cukup merasa wareg kemudian lego. Kenapa bisa begitu? Ya begitu, mendapatkan ilmu itu seperti selesai makan. Menurutku.

Selama waktu belajar. Perhatianku di alihkan oleh kelompok lain. Ibu-ibu muda. Tampak mereka bersemangat mengaji. Padahal... padahal... hmmm... padahal... dia bawa anaknya yang masih bayi. YA ALLAH! Batinku, nanti aku bisa begitu juga apa tidak? Menyisihkan waktu untuk menuntut ilmu agama di sela-sela kesibukan menjadi Ibu Rumah Tangga atau mungkin nanti ada pekerjaan (jika aku diizinkan Allah untuk menjadi muslimah yang berkarir). Aku sempat ndingkluk dan melirik sedikit ke arah kanan. Ibu-ibu itu mengaji di samping anaknya, yang duduk makan jajan, main hp juga ada (biasa di kasih video youtube). Sesekali anak itu merengek, bosan, ndilalah pas ibunya lagi mengaji. Kemudian ibu-ibu itu menghentikan dulu bacaannya. Bertanya pada anak yang sepertinya memang masih bayi, 2-3 tahun lah, batita apa ya nyebutnya? Pokoknya itu.

Ditanya dengan lembut oleh Ustadzah yang mengajar, adek, mau apa? Tapi dia justru menangis, ndusel-ndusel ibunya. Tapi dengan sabar, ditunggu maunya apa si anak bayi ini. Ha nek ibu ora sabar yo wis di hewek-hewek,  

isok meneng pora se?! Jangan ya, semoga kita, soon, termasuk ibu-ibu penyabar.

Dari situ aku merenungi, betapa menjadi muslimah itu penuh dengan tantangan sekaligus kenikmatan. Alhamdulillah. Hal yang sangat perlu di syukuri. Nikmat iman, islam, dan ihsan.

Setelah selesai mengaji.

Di luar mendung semakin tebal. Sedari tadi memang hujan sudah turun lebat. Aku segera bergegas. Menuju motorku yang berada di teras. Tapi anehnya, jalan raya diguyur hujan lebat, sangat lebat. Tapi tempatku berdiri tidak. Spontan aku langsung ndangak to ya.

"Lo, gak hujan kene", biasa aku suka ngomong sendiri. Wkwk

Kemudian aku segera memakai jas hujanku. Karena lama-lama hujannya rata. Saat aku sibuk sendiri dengan jas hujan yang gak tahu kenapa, lengket banget, aku sampai bingung di dalamnya. Mencari-cari bolongan untuk wajah dan tangan. Hehehe. Ribet sendiri. Tiba-tiba...

Di seberang sana, di jalan raya yang terguyur hujan lebat. Ada lima ukhti-ukhti yang lewat. Entah dari mana mau kemana. Mungkin mau ke pondok sekitar sini. Kajian atau mau kuliah, karena ada kampus dan pondok yang jadi satu paket di Ponorogo. Lima ukhti berkerudung lebar ini naik sepeda semua. Ada sepeda yang memang untuk perempuan, ada juga yang menaiki federal (itulo sepeda lanang pokoke). Tidak ada yang memakai jas hujan. Mereka hujan-hujanan. Aku sempat melongo melihat mereka. Ku abaikan jas hujanku. Kemudian air menetes di hidung. Aku langsung sadar, buru-buru memakainya meski masih ribet karena jas hujannya susah di lebarkan, mbuh nyapo, sambil membatin, Ya Allah, penake aku gawe jas hujan iki...

Setelah selesai dengan jas hujan yang bikin ribet. Aku langsung ngegas~

Di jalan, hujan semakin lebat. Aku sampai hampir gak bisa lihat jalan. Mataku minus sisan. Saat mau menyalip mobil. Eee... ada ukhti-ukhti tadi yang masih mancal. Yang dua depan dengan cepat dan trengginas menghalau hujan lebat, yang dua tengah standar yang penting selamat, dan yang bikin aku heran yang satu, paling belakang, suuuuuuuuuuuuantei... Seperti tidak mempedulikan ini sedang hujan atau badai. MasyaaAllah. Tapi sama, mereka basah kuyup semua je! Kerudung lebarnya yang berwarna terlihat, kembloh mbloh mbloh...

Ya ALLAH berikanlah rahmatmu kepada mereka.

Setelah mobil agak jauh, aku menyalip lima ukhti tadi. Aku merasa tidak enak hati. Betapa aku ini manja sekali kadang. Ya Allah betapa banyak nikmat yang kau berikan kepadaku. Aku tidak basah kehujanan, punya jas hujan, masih bagus, baru, tapi tadi agak bikin ribet. Aku punya motor, tinggal gas, jalan, cepet, gak capek.

Ya Allah...
Aku merintih di bawah hujan.

Ya Allah banyak sekali nikmatmu ini, sudah cukup besar nikmat yang seperti ini. Aku membuka kaca helm-ku. Ku biarkan rintik air mengenai wajahku. Aku melihat ke langit yang di penuhi mendung gelap.

Ya Allah... aku mencintaiMu. Syukron Ya Allah. Syukron. Allahumma shoyyiban naafi'an... allahumma shoyyiban naafi'an... allahumma shoyyiban naa'fian...

Aku tidak tahu apakah aku menangis. Karena hujan lebat ku biarkan mengenai wajahku. Sedikit air hangat meliuk di pipiku bercampur air hujan yang dingin dan menyegarkan. Sambil terus melaju. Aku terus mengucapkan do'a-do'a; memohon ampun, meminta belas kasihan, bersyukur, dan menyebutkan harapan-harapan. Terus begitu sampai di jalan dekat rumah, tidak hujan lagi.

Aku tersenyum sendiri.
Aku cinta kamu, Ya Allah...

Komentar

Postingan Populer