Menghajar Ketertinggalan

Bismillah...


Tidak terasa Januari begitu cepat berjalan. Sudah sampai di akhir bulannya.
Adakah hal yang dapat disesali selain tidak memanfaatkan waktu yang terus berjalan dengan sebaik mungkin? Rasanya tidak ada. Hakikatnya, komponen inti yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan ini adalah waktu. Apa lagi? Jika waktu kita habis, kita tidak dapat berbuat apapun lagi. Memangnya bisa kita do tanpa time? Tidak 'kan? Kita sedang berjalan di detik-detik waktu yang masih berputar. Mari kita bersyukur karena masih bisa menyadari hal-hal tersebut, Alhamdulillah.

Bulan ini aku banyak menyadari hal-hal yang alpa di tahun kemarin.
Terutama tentang bagaimana nasib tugas akhirku, yang ku pikir akan berantakan. Dan entah jadinya - jadi atau tidak (?) Aku tidak sempat untuk menyerah. Tapi aku sempat memaksa diriku, yang sepertinya masih cukup kuat untuk dipaksa lebih daripada (yang kemarin) itu. Tak ku sangka, aku bisa senekad itu. Di saat orang lain berlomba-lomba untuk kecepatan. Dan aku tak membiarkan diriku ikut serta dalam perlombaan itu.

Idealisme.
Awal pengambilan judul untuk tugas akhir; aku ingin sekali menuruti kemauanku. Untuk mengambil judul yang memang ada di kepala ku saat itu. Meski masih bercabang-cabang dan tidak memiliki inti. Judul pertama, aku belum kerasa kepala, karena belum mampu menggabungkan puzzle yang ada di otakku. Aku juga belum paham betul aturan main dari tugas akhir perkuliahan ini sebenarnya gimana. Maka saat aku menghadap dosen respon ku adalah: mlongo! Apakah aku tetap nekad? Tidak. Aku menurunkan level idealis ku. Sebab aku tidak punya pegangan apa-apa. Judul yang ku buat tidak berdasarkan aturan. Kesal! Karena tidak ada jurnal yang mendukung. Tidak ada penelitian yang mendukung (?) Iyalah, aku ingin membuat hal baru. Tapi gagal.

Akhirnya dalam waktu sehari, aku bisa memutuskan untuk mengganti judul lagi. Dan judul itu berasal dari tema tugas di semester enam. Yang sejujurnya aku ragu untuk mengambil judul ini. Tapi ku paksakan untuk yakin; karena otak belum bisa berpikir dengan jernih. Dan kalau sekarang dipikir lagi, dalam keadaan tidak tenang seperti itu semestinya aku tidak mengambil keputusan begitu saja. Hasilnya pun aku juga berupa ketidak-tenangan. Dosen bilang, "Tema ini sudah jenuh!", dan terakhir dia bilang, "Meskipun sudah ACC, PR-mu cari kasus lho. Kalau sidang gak bisa kasih jawaban yo gak lulus!". Menyakitkan sekali kalimat terakhir itu. Tapi lagi-lagi idelisme ku bilang, "Ok, aku buktikan! Aku pasti bisa lepehin omongan Anda!"

Merealisasikan judul yang dipaksakan!
Awalnya, di saat teman-temanku sudah mengerjakan dengan bersemangat aku masih bisa tertawa-tawa, bersenda gurau, santai dan tanpa beban. Antara aku bingung dengan apa yang mau ku kerjakan dan aku memang tidak bersemangat dengan judul yang sudah ACC itu. Menyebalkan sekali. Sudah ku paksa otakku untuk mau bekerja lebih keras. Tapi hatiku berat untuk diajak membangkitkan raga. Hatiku bilang, "Kita gak bisa mengerjakan ini! Judul ini kamu dapat dari ketergesaan!". Tapi otakku, terus mencari cara agar aku bisa menuliskan sesuatu untuk judul ini.

Ya! Aku bisa, aku sudah berusaha menulis.
Meski tetap hatiku tidak yakin dengan tulisanku sendiri. Sialnya aku tetap nekad! Sebab rasanya memang belum terlalu maksimal. Selanjutnya, ku maksimalkan lagi dengan mencari data yang dibutuhkan untuk penelitian dari judul (yang tidak ku sukai tapi ku paksakan) ini. Aku berjuang selama beberapa minggu untuk mencari data. Bahkan aku juga sudah memintakan surat penelitian. Aku benar-benar bolak-balik, pontang-panting, kepanasan, hampir kehujanan, dan lain sebagainya, untuk judul yang tidak ku yakini dari awal bisa ku kerjakan. Apakah aku menyerah? Belum. Aku masih melanjutkan mengerjakan semua poin pada bab satu sampai tiga itu. Aku terus mencoba mengerjakan sampai awal bulan Januari kemarin. Sampai pada akhirnya, aku mulai pada stuck. Aku tidak bisa mengerjakan beberapa poin. Sudah ku coba mencari JURNAL (yang selalu di agung-agungkan umat akademik). Sampai ke lubang semut ku mencari dukungan dari jurnal. Tapi zonk!

Setelah rasanya lelah.
Memaksa diriku untuk melakukan hal yang tidak ku yakini bisa ku kerjakan (bahkan) dengan benar. Sebab sejak awal memang rasanya sudah salah. Terlalu terburu-buru membuatku lelah sendiri, tapi tidak menghasilkan apapun juga. Ada sih, tetap, ada hikmahnya. Akhirnya aku berkonsentrasi dengan tenang dan tidak terburu-buru. Aku bertekad untuk menuruti keinginanku membahasa apa dan ku cocokkan dengan tema yang sedang hangat diperbincangkan, tetapi juga ada dukungan dari riset sebelumnya. Dengan kekuatan Basmallah, dan kecepatan internet untuk browsing akhirnya aku memutuskan untuk mengganti kembali judulku. Sebelum itu, aku tidak peduli jika harus tertinggal dari teman-temanku. Tapi tekadku adalah aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Firstly, aku punya Allah Yang Maha Segalanya. Aku serahkan kemana Allah membawaku. Kemudian aku niatkan bahwa aku melakukan ini tidak lain untuk birul walidainiy. Allah sudah memberikan kelancaran rezeki orang tua ku, untuk kuliah ku. Maka dengan alur yang seperti itu aku tidak boleh diam begitu saja. Aku harus do something! Ku putuskan untuk mengambil judul yang benar-benar nyaman di hatiku dan aku yakin bisa menyelesaikannya.

Dalam waktu sehari aku sudah mengganti judulku.
Sekali jalan, aku bisa melakukan banyak hal. Sehari aku menyiapkan semuanya, untuk segera ku kerjakan tugas akhir (sialan) ini. Eh maksudku, tugas akhir yang emm.. ya gitulah pokoknya. Dan sampai rumah (10/1/2020), aku langsung menghajar ketertinggalanku. Aku mulai dari awal ketika semua sudah meneliti kembali pekerjaannya. Aku berpikir keras. Mencengkeram tekadku. Mengepalkan tanganku. Kemudian mengetik kata perkata menjadi kalimat. Tidak mengenal lelah. Berhenti hanya untuk menghamba, men-charger kekuatanku dengan bersimpuh padaNya berkali-kali. Tidak peduli kantuk yang hebat. Mata seperti panda, tak apa. Leher kering, seperti tercekik. Napas kadang terasa sesak. Akhirnya, dalam waktu seminggu, proposal skripsi ku jadi. Dan sehari kemudian, aku sudah bisa bimbingan pertama.

Dan sekarang sudah tinggal revisi-revisi dan revisi.
Tidak masalah bagiku. Revisi adalah arahan untuk menjadi benar sesuai aturan. Tidak masalah ku turuti saja apa maunya. Yang penting aku mampu memahami dan menguasai apa yang ku tulis dan apa yang sedang ku teliti.

Tidak sampai situ saja.
Memang jatah gagalku beberapa sepertinya sudah ku ambil. Tapi aku tetap waspada. Dengan hal ini aku tidak boleh berpuas diri terlebih dahulu sampai semua benar-benar sudah berada di penghujung fase ini. Aku bertekad pada diriku sendiri untuk tidak beristirahat sebelum skripsi ini benar-benar diakui. Dan aku dinyatakan lulus dari kampus yang memberiku banyak sekali pelajaran dan didikan.

Aku sempat menyesal, kenapa tidak sejak merasa bahwa ini salah dan segera ku perbaiki? Karena keras kepala dan mungkin juga faktor malas. Aku harus membuang-buang waktu. Tapi kembali posthink, bahwa jika tidak seperti itu, aku juga tidak mendapat banyak pelajaran. Besok-besok lagi gunakan waktu sebaik mungkin ya!

Ini cerita awal.
Nanti aku cerita lagi tentang skripsi.

Salam.

Komentar

Postingan Populer