Ghazwul Fikri
GHAZWUL FIKRI
Jadi yang kita
bahas pada kesempatan ini adalah mengenai Ghazwul Fikri. Sudahkah kalian
mendengar istilah itu? Sudah? Belum? Tahu dikit? Baiklah. Yang pertama saya
akan bicarakan mengenai tampilan atau themes anak muda. Anak muda? Iya.
Kita, anak muda #kita? Iya. Yang kita lihat sekarang ini, kita begitu lekat
dengan tampilan-tampilan mode baru. Maksudnya gimana? Kita tahu betul bagaimana
gaya hidup anak zaman sekarang. Kita ambil contoh yang gampang aja. Seorang
wanita wajib pakai kerudung ‘kan? Udah gak usah ditanya, mau diapain tetep ya,
seorang wanita WAJIB pakai kerudung. Tapi masih banyak yang belum mau pakai.
Oke. Udah pakai, tapi masih pendek. Belum menutup dada, masih di atas siku
tangan. Kalau suruh manjangin dikit katanya, “Lu pikir gue ustajah!”
#WhatTheMeaningofUstajah? *ngakak*
Tidak sampai
situ aja. Pakaian. Sebaik-baiknya pakaian adalah pakaian taqwa, begitulah kata
Umar bin Khattab r.a. Tuhkan pakaian yang taqwa. Pakaian-Taqwa. Taqwa kalau
dijelaskan sesingkat mungkin, intinya mentaati perintah dan menjauhi larangan
Allah ya, Sahabat. Jadi pilihlah pakaian yang tidak melanggar perintah Allah.
Tentu yang wanita harus pakai jilbab, pakaian panjang. Rok itu lo rok,
maksudnya. Gamis. Atau apalah ya. Yang penting celana kalau bisa dimasukin aja.
Celana kok dipakai di luar (yang masih pakai jeans kalau keluar rumah)
#IngetSupermanAne Intinya yang akhwat pakai rok, biasakan ya! Kalau yang
berkerudung tapi masih berpakaian ala-ala OOTD (outfit
of the day) SEGERA! Perbaiki ya yang kayak gitu. Sebelum kamu dicurigai
terkena Ghazwul Fikri. Yang belum tau OOTD bisa browsing. Tapi saya sarankan
gak usah browsing ya. Gak penting juga soalnya. Be the real muslimah ya
yang Akhwat. Jangan kena tipu mode zaman sekarang. Kita lebih modis di mata
Allah dengan pakaian taqwa. Right? Itu semua sedikit contoh. Coba
direnungkan!
So. Sebenarnya
Ghazwul Fikri itu…
Ghazul
Fikri secara bahasa, berasal dari kata Ghazwah: perang dan Fikri: pemikiran.
Perang pemikiran dimana umat Islam sebagai sasaran utama dalam Ghazwul Fikri.
Pemaksaan pemikiran, berbagai upaya dilakukan oleh orang kafir untuk menjauhkan
umat Islam dari ajarannya. Ada beberapa contoh lagi, seperti; Jika dalam
berbusana, masih ada yang belum bisa membedakan mana pakaian Islam dan mana
pakaian yang bukan Islam, seperti yang saya jelaskan di atas. Memakai kerudung
panjang tapi di sangka teroris, berpakaian ala-ala barat justru menjadi trend
fashion yang bertoleransi terhadap keadaan zaman. Tidak bisa membaca Al-Qur’an
seolah-olah masa depan masih cerah, tidak kuliah sekolah seolah-olah masa depan
suram. Masih kurang puas ‘kan mengenai Ghazwul Fikri? Oke, next…
Ada beberapa
tujuan adanya Ghazwul Fikri, seperti:
1.
Menghambat
kemajuan umat islam agar menjadi pengekor barat. Berbagai macam pendapat
nyeleneh ditebarkan para orientalis lewat media cetak dan elektronik berhasil
menyita perhatian umat islam dan mengetuk sebagian besar potensinya, baik untuk
melakukan kajian, bantahan dan pelurusan.
2.
Agar kaum muslimin menjadi condong terhadap gaya, perilaku
dan pola pikir barat, Setelah kaum muslimin condong sedikit, tahapan
selanjutnya adalah agar kaum muslimin mengikuti gaya, perilaku dan pola pikir
mereka. “Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan
kamu dari apa yang telah kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain
secara bohong terhadap kami, dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil
kamu jadi sahabat yang setia. Dan
kalau kami tidak memperkuatkan (hati)mu, niscaya kamu hampir condong sedikit
kepada mereka. Kalau
terjadi demikian, benar–benarlah kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat
– lipat ganda didunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah
mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap kami.” Q.S. Al Israa:73-74. Jadi please, Sahabat. Kalian waspada dengan apa yang kalian
lihat.
3.
Menjauhkan
umat islam dari Al – Qur’an, As Sunnah serta ajaran – ajarannya melalui
keraguan dan penyesatan terhadap umat islam sehingga menyeret orang awam ke jurang yang
memisahkan mereka dari keislamannya. Bahkan ada yang keluar dari islam dan
berpindah ke agama lain.
4.
Mendangkalkan
Aqidah hingga pemurtadan sehingga umat Islam akan menjadi lemah dalam segi
kuantitas. “Mereka tidak henti– hentinya memerangi kamu
sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya,
lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah sia – sia amalannya di dunia
dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” Al Baqarah:217.
5.
Agar generasi kaum muslimin mengikuti syahwat dan
meninggalkan shalat. “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang
jelek) yang menyia – nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu, maka mereka
akan menemui kesesatan.”Q.S.Maryam:59
Beberapa metode yang digunakan dalam Ghazwul
Fikri, antara lain:
1.
Tasykik, yaitu menimbulkan keragu-raguan dan pendangkalan dalam jiwa
kaum muslimin terhadap agamanya. Yang menjadi sasaran utama dalam metode ini
adalah validitas sumber-sumber hukum islam, yaitu Al-quran dan Hadis. Berbagai
teori bohong diungkapkan oleh para orientalis untuk menimbulkan keragu-raguan
akan kebenaran wahyu Allah. Mereka menuduh bahwa isi Al-quran sudah tidak
rasional agar kaum muslimin tidak lagi mengkajinya.
- Tasywih, yaitu pengaburan. Adalah
upaya orang kafir untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap
islam dengan cara menggambarkan islam secara buruk. Seringkali mereka
menyematkan gelar seperti teroris, fundamentalis, ekstrimis, islam garis
keras, dan lain-lain. Tentunya julukan tersebut tidak hanya sebagaihinaan
semata bagi kaum muslimin, melainkan juga salah satu bentuk Tasywih agar
kaum muslimin mulai tidak bangga terhadap agamanya sendiri.
- Tadzwiib, yaitu pelarutan,
pencampuradukan antara pemikiran dan budaya islam dengan pemikiran dan
budaya jahiliyah. Tujuanya jelas yaitu agar tidak lagi ada jarak pemikiran
dan budaya islam dengan pemikiran dan budaya kufur, sehingga orang islam
tidak tahu lagi mana pemikiran dan budaya islam dan mana yang bukan.
- Taghrib, atau pembaratan
(westernisasi), yaitu mendorong kaum muslimin untuk menyenangi dan
menerima pemikiran, kebudayaan dan gaya hidup orang-orang barat. Taghrib
berusaha keras untuk mengeringkan nilai-nilai islam dari jiwa kaum
muslimin dan mengisinya dengan nilai-nilai barat yang menyimpang.
Yang terakhir, Sahabat. Yang perlu kita
ketahui, ada beberapa langkah dan strategi dalam
menjalankan projek Ghazwul Fikri, antara lain:
1.
Pemerintahan dan Politik, Melanggengkan
kolonialisme baru di tengah-tengah dunia islam, menjajah, merampas kekayaan
negeri-negeri muslim untuk kepentingan negara mereka. “Membeli” orang-orang
yang berpengaruh dalam negerinya untuk dijadikan antek mereka sehingga dapat
mengendalikan negeri kaum muslimin karena para penguasanya telah mereka
“kuasai”. Mereka berpendapat Agama tidak perlu dibawa-bawa pada aktivitas
keseharian khususnya dalam hal pemerintahan. Memecah belah persatuan umat islam dengan
mengelompokkan kaum muslimin kepada Islam Radikal atau Islam Fundamentalis,
Tradisionalis dan Islam moderat.
2.
Pendidikan, Pendidikan merupakan target utama ghazwul fikri karena
sangat menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Hal ini dilakukan dengan
membuat sedikitnya porsi pendidikan agama di sekolah (hanya 2 jam sepekan).
Dengan lemahnya basis agama mereka, maka terjadilah tawuran, seks bebas pelajar
yang meningkatkan AIDS, penyalahgunaan narkoba, vandalism, dan sebagaimananya.
Ini adalah dampak jangka pendek. Sedangkan dampak jangka panjangnya yaitu
rendahnya kualitas pemahaman agama para calon pemimpin bangsa dimasa depan.
3.
Moral, Merusak moral kaum muslimin dengan cara “memperkenalkan”
pergaulan bebas, Clubbing, free sex, lagu-lagu cengeng tentang cinta, budaya
pacaran dan segudang aktifitas lainnya yang banyak dilakukan kaum muslimin
sekarang ini khususnya generasi muda.
4.
Pengaburan Sejarah, Materi tentang sejarah dunia dan ilmu pengetahuan
diselewengkan habis-habisan sehingga hampir tidak ditemui pemaparan sejarah
islam dan sumbangannya dalam perkembangan budaya dan ilmu pengetahuan. Dalam
sejarah yang dibahas hanyalah ilmuan kafir yang membuat generasi muda silau
dengan tokoh – tokoh kafir dan minder terhadap sejarahnya sendiri. Ketika
berbicara sejarah islam, di benak mereka hanyalah terbayang sejarah peperangan
dengan pedang dan darah sebagaimana yang selalu digambarkan dalam kaca mata
barat. Penamaan perguruan tinggi, gedung, perlambangan, penghargaan dan pusat
ilmu lainnya dengan bahasa Hindu Sanksekerta, sehinga semakin hilanglah mutiara
kegemilangan islam dihati para generasi muda.
5.
Ekonomi, Diajarkan bahwa ekonomi yaitu mencari keuntungan
sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil–kecilnya. Ketika motto ini ditelan
habis-habisan tanpa dilakukan filterisasi, maka tidak lagi memperhatikan halal
atau haram, yang penting adalah bagaimana supaya untung sebesar-besarnya
melalui system ekonomi kapitalisme, yaitu monopoli, riba dan pemihakan kepada
para konglomerat.
6.
Ilmu Alam dan Sosial, Dilakukannya sekularisasi antara ilmu pengetahuan dengan ilmu
agama. Bahaya lainnya adalah penisbatan teori-teori ilmu pengetahuan kepada
para ilmuan tanpa mengembalikannya kepada sang pemberi dan pemilik ilmu,
sehingga kekaguman dan pujian hanya berhenti pada diri para ilmuwan dan tidak
bermuara kepada Allah SWT. Berkembangnya berbagai teori-teori sesaat belum diterima
secara ilmiah tetapi disebarkan secara besar-besaran oleh kelompok tertentu
untuk menimbulkan keraguan pada agama. Misalnya, teori tentang asal usul
makhluk hidup dari Darwin tapi sudah “diindoktrinasikan“ kemana mana. Atau,
teori Libido seksualnya Freud, yang menyatakan bahwa jika manusia tidak
dibebaskan keinginan seksualnya akan mengakibatkan terjadinya gangguan
kejiwaan. Teori ini sudah dibantah secara ilmiah dan pencetusnya Freud yang
terus menggembar – gemborkan kebebasan seksual namun mati karena menderita
penyakit kejiwaan (psikopath).
7. Bahasa, Tidak
diajarkannya bahasa Al-Qur’an di sekolah karena menganggapnya tidak perlu
sehingga menjadi bencana bagi kaum muslimin Indonesia. Dengan tidak memahami
Al-Qur’an, mayoritas kaum muslimin menjadi tidak mengerti apa kandungan
Al-Qur’an, “Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak
mengetahui Al – Kitab (taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka
hanya menduga – duga“. Akibatnya, Al – Qur’an menjadi sekedar
bacaan tanpa arti yang dinikmati iramanya seperti layaknya lagu – lagu dan
nyayian belaka, yang akhirnya ditinggalkan. “Berkata Rasul: Ya tuhanku, sesungguhnya kaumku
menjadikan Al – Qur’an ini suatu yang tidakdiacuhkan.Dan seperti
itulah, setelah kami adakan bagi tiap – tiap nabi, musuh dari orang – orang
yang berdosa dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong”. Al
Furqaan:31.
8.
Hukum, Menumbuhkan keraguan
terhadap ajaran islam dengan mengacak-acak syari’at Islam, menyebut syari’at
islam sudah tertinggal oleh jaman tidak bisa diterapkan lagi dalam kehidupan
sekarang. Mereka juga menciptakan sekulerisme (memisahkan agama dari
kehidupan). Penggunaan
acuan hukum warisan kolonial yang dipertahankan sebagai hukum yang berlaku,
reduksi, dan penghapusan hukum Allah SWT dan Rasul – Nya. Rasa takut dan alergi
terhadap segala yang berbau syariat islam merupakan keberhasilanghazwul
fikri (GF) dibidang ini. Penggambaran potong tangan bagi
pencuri dan rajam bagi penzina selalu ditonjolkan saat pembicaraan adopsi
terhadap hukum islam sebgai tidak manusiawi dan melanggar HAM.
9. Pengiriman Pelajar ke Luar Negeri, Melalui Brain drain dan Brain
Washing, para intelektual negara–negara islam beralih ke negara –
negara maju karena insentif lebih besar dan fasilitas hidup lebih mewah. Hal
ini menyebabkan lambatnya pembangunan di negara – negara Islam dan semakin
cepatnya kemajuan di negara – negara barat. SDM bergelar doctor (S3) di
Indonesia baru 60 per sejuta penduduk, sedangkan USA dan Eropa 2500 – 3000
orang per sejuta, dan di Israel 16.000/sejuta penduduk. Brain
washing (cuci otak) dialami oleh para intelektual yang
berangkat ke negara–negara barat tanpa dibekali dasar–dasar keislaman yang
cukup. Akibatnya, mereka pulang dengan membawa pola pikir dan perilaku yang
bertentangan dengan nilai islam. Bahkan mereka ikut andil dalam membantu
melanggengkan kepentingan barat dinegara mereka.
Itulah beberapa
penjelasannya. Banyak ya? Pusing? Jangan ya. Baca dengan baik. Penulisnya
berusaha untuk menyampaikan bagian terpenting. So, kalian harus pahami itu
dengan benar. Ada banyak referensi yang diambil. InsyaaAllah, semoga yang di
atas bisa memberi pemahaman kepada pembaca. Kalau capek baca yang di atas, bisa
tidur dulu atau mandi biar seger lagi kemudian baca lagi dan bisa memahami
tulisan di atas. #Hehe Ndak, bercanda ya. Jadi serem banget ya Ghazwul Fikri
itu. Kalian pasti gak terasa diam-diam sudah terkena virus yang satu ini. Bisa
jadi, penulis tulisan ini juga sudah mulai terkena. Naudzubillah. Jangan yaaa…
Memang Ghazwul Fikri sangat halus merambat dalam diri kita. Maka kita harus
sangat waspada dengan hal apapun yang ada disekitar kita.
Dari situ, kita
simpulkan bahwa Ghazul Fikri adalah sesuatu yang benar dikatakan salah, dan
sesuatu yang salah dikatakan benar. Inilah hal-hal yang akan merusak umat Islam
dengan berbagai pemaksaan kepada pemikiran. Maka umat Islam perlu membuat
pondasi iman yang kokoh dalam hati, menguatkan Akidah, dan memperjelas keimanan
sebagai bentuk dari ikatan (Akidah) yang kuat. Yakinkan hati bahwa jalan Islam
jalan yang paling benar, karena keyakinan tidak akan bercampur dengan keraguan.
Jangan melihat banyak sediktnya sesuatu, karena hal tersebut tidak menjamin
adanya Kebenaran. Ikuti Allah dan RasulNya, maka dari situlah Kebenaran yang
sesungguhnya.
Dan yang terakhir, di era informasi melakukan
tabayun atas suatu berita adalah suatu keniscayaan. Apalagi jika berita itu
disampaikan oleh media-media sekuler dan liberal yang jelas memusuhi Islam dan
umatnya. Informasi dari media-media massa itu, baik siaran televisi, radio,
koran, majalah, online, dan sejenisnya janganlah ditelan mentah-mentah.
Belakangan, bukan hanya media sekuler saja yang harus diteliti beritanya,
bahkan berita-berita dari media yang mengaku media Islam pun ternyata harus
dilakukan tabayun juga.
Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu”. (QS. Al Hujurat [49]: 6).
Komentar
Posting Komentar