Adaptasi pada Situasi?

Bismillah...

Welcome to Ramadhan Mubarak~
Semoga dalam situasi dan kondisi yang cukup pelik bagi yang menganggap keadaan ini pelik; tidak mempengaruhi kualitas kita dalam melaksanakan ibadah puasa. Kita tetap bisa bersyukur dan mampu untuk bersabar meski kenyataan di depan kita memaksa untuk mengeluh bahkan mengutuki. Meski mengeluh, marah, dan kesal itu wajar sebab kita hanyalah manusia biasa; alangkah lebih baik kita memilih berpasrah bahwa ini semua tidak bisa kita ubah dengan tangan kita sendiri, ya, tampaknya kita harus banyak-banyak untuk menerima keadaan.


Bicara soal penerimaan untuk suatu keadaan.
Kita harus pandai-pandai untuk melihat dan membaca apa yang sebenarnya terjadi di sekeliling kita. Kemudian menyadari bahwa suatu keadaan tersebut; hanya bisa disikapi dengan pasif atau aktif, meskipun keduanya berada di dalam ruang penerimaan di dalam diri kita. Karena memang kita sama sekali bukan pengendali masa depan, maka yang bisa kita lakukan hanyalah, DO NOW, ANYTHING!


Kenapa?

Memilih pasif, hanya membuat banyak sekali waktu terbuang, melumpuhkan tanpa menghasilkan apa-apa; artinya energi kita terbuang hanya untuk berpikir, berpikir, dan berpikir (overthinking) tanpa melakukan satu hal apapun dari pikiran-pikiran tersebut. Lama-lama gerak kita semakin terbatas, semua energi terkuras hanya untuk pikiran. Kenyataannya, tidak ada apa-apa yang terjadi, selain, kalau ngga' insecure ya... (isi sendiri). Semakin merasa terpuruk, semakin merasa tidak bisa apa-apa, merasa tidak berguna, bingung, ngelamun, pokoknya gak penting semua yang dilakukan jika energi full hanya untuk berpikir. Memilih aktif, membuat setiap detik waktu adalah hal yang sangat berharga. Tidak bisa hanya diam dan berpikir tetapi juga harus melakukan sesuatu, apapun itu. Membebaskan raga ini mau bergerak kemana saja, mengendalikan pikiran yang terkadang terpengaruh oleh penglihatan yang seringkali membatasi ruang gerak kita. Kenyataannya, apapun hal yang dilakukan sudah dapat dijadikan sebuah pengalaman. And tadaaaa!!! Kita semua tahu pengalaman sekecil apapun adalah guru terbaik dalam kehidupan. Semakin banyak pengalaman-pengalaman sekecil apapun itu, semakin memperkaya wawasan kita, memperluas jangkauan pemikiran kita, dan semakin lapang ruang gerak kita. Ya, satu-satunya cara adalah coba saja. Sering coba-coba itu tidak buruk kan? Kalau tujuannya untuk kebaikan. Soal benar/salah, kita resapi sendiri-sendiri ya!


Kita semua memang perlu menyadari bahwa langkah setiap dari kita itu berbeda-beda. Ada yang cepat, sedang, atau lambat. Dan boleh jadi, kita berada di jalan yang berbeda. Apakah tujuan kita juga beda? Rasanya memang beda juga. Tapi, kita tidak memungkiri bahwa kita semua sedang berada di jalan perjuangan. Selama kita masih hidup, kata 'juang' tidak akan pernah lepas dari rumus kehidupan. Rasanya berjuang itu memang akan terus menjadi lingkaran dalam kehidupan kita, yang membuat kita terus berputar seperti roda; "hidup kita itu kadang di atas, kadang juga di bawah", begitu kata banyak orang. Namun, perjuangan tersebut juga perlu disadari; apakah sikap kita sudah tepat untuk dapat disebut berjuang? Atau justru, kita mengaku berjuang tetapi sikap kita tidak menunjukkan effort-nya sama sekali. Perlu dicatat, pengakuan, pertunjukkan, dan penghargaan dalam berjuang hanya bisa disadari oleh diri sendiri. Hanya kamu yang bisa melihatnya.


Mari kita bicara tentang diri kita sendiri.
Pernah gak kalian merasa sudah berjuang, melakukan hal-hal di luar zona nyaman?
Kemudian merasa sangat capek, bosen, males, dan tantangan. Padahal berjuang keluar dari zona nyamannya itu masih satu, dua bulanan/ hahaha/ uhuk!
Sebenarnya hal tersebut udah pasti selalu ada di setiap bidang apapun yang kita kerjakan. Dan sebenarnya kita hanya butuh PERSEVERANCE. Beberapa jam yang lalu aku menemukan tulisan yang menjebol salah satu ruang yang masih sempit di otakku. Rasanya aku seperti dibenarkan oleh tulisan itu, dia berbicara tentang passion dan perseverance.


"GRIT is passion and perseverance for very long-term goals" -Angela Lee Duckworth-
 
 
Passion = Minat; Perseverance = Daya juang
In my opinion,
Mau mengutamakan passion atau perseverance itu terserah. Tapi kadang kenyataannya, ketika kita idealis dengan; I must to do something sesuai passion, justru ada banyak sekali rasa-rasa yang mengganggu seperti yang disebutkan di atas. Dan kadang alih-alih bekerja with passion, kita malah banyak amsyong. Karena tidak selalu apa yang kita inginkan adalah apa yang keadaan butuhkan. Dan keadaan yang membutuhkan kita tidak selalu bisa langsung menerima kita; masih harus berkompetisi dululah, harus melebihkan kemampuan dululah, atau yang lain-lain. Intinya, kita tidak bisa langsung accepted with our passion. Thats why, kita perlu perseverence, kita perlu memperkuat daya juang kita. Nah, kalau bagi aku pribadi, daya juanglah yang pertama harus di charger full dalam jiwa kita. Dan passion bisa mengikuti. Ini kenyataan, dan aku sendiri mengalami. Perlu diketahui bahwa daya juang itu tidak bisa muncul dalam sehari, dua hari, ia harus dilatih terus dan dijadikan HABIT. Memiliki kebiasaan untuk berkiprah dulu, bergerak dulu, salto dulu, banting tulang dulu; seiring melakukan segala perjuangan dengan jiwa yang tidak mudah menyerah maka passion bisa tiba-tiba muncul di sana. Entah bagaimana caranya, passion mendadak dibutuhkan. Karena mungkin, daya juang itulah yang membuat kita terus melakukan hal apapun untuk sesuatu yang kita yakini sebelumnya. Meskipun, kalau aku sih ya, harus menyisihkan passion dulu. Because, first, is reality. Udah, realistis ajalah!


Last.

GRIT, itu bisa dilatih. Caranya dengan punya 'Growth Mindset'

Balik lagi, kita harus aktif dulu. Biar terbiasa melewati banyak hal, pengalaman-pengalaman (sekecil apapun). Menurutku sih, itu yang bisa membuka cakrawala pikir kita. Seperti terpupuk dan tersirami, dia akan terus bertumbuh jika kita juga terus mencari, mencari itu ada tindakan, bukan mencari dalam angan-angan saja.
Di situasi kondisi yang bisa kita sebut tidak ideal ini. Kitalah yang harus mulai mengidealkan diri kita di dalam situasi dan kondisi. Artinya apa? Hayo, apa? Apa? Yak, apa??? Ya, a d a p t a s i. Mari kita sebut, THE NEW NORMAL. Anggap saja ini semua adalah sesuatu baru yang normal, karena kita berani beradaptasi dengannya. Semestinya begitu, kalau kita menganggap ini semua adalah terjadi karena sekadar kehendak alam, maka alam bersedih. Sebab hakikatnya alam sendiri dikendalikan oleh Sang Penguasa Segalanya. Maka, kita seharusnya memiliki keyakinan lebih sebagai makhluk yang sempurna dengan akal dan hati. Bahwa kita tetap bisa melakukan apapun, kita bisa meraih apapun, kita juga menerima apapun, dengan ridho kepadaNya karena Dia ridho kepada kita. Ya, Allah Subhanahu wa ta'ala.


Jadi, yuk coba berusaha ber-improvisasi untuk kehidupanmu sendiri!

Trims.

Komentar

Postingan Populer