Bukan Tulisan Tentang "Ibu Kita KARTINI"

Bismillah...

Rupanya semua hal yang kita prediksi tidak pernah bisa diyakini ke-valid-an-nya. Tuhan selalu punya rencana yang lebih baik, meski di mata kita semua; rasanya semua keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan itu tidak enak, bahkan tak jarang kita menyebutnya sebuah keadaan yang menyiksa. Tak heran, kita ini disebut makhluk yang banyak sekali mengeluhnya. Belum apa-apa sudah keburu ngomel-ngomel. Mengutuki semuanya, lupa bahwa dia bisa bernafas hari ini saja merupakan sebuah kenikmatan yang tiada duanya. Bahkan dia bisa mengeluh dan mengomel itu saja juga karena nikmat hidup yang masih diberikan Tuhan padanya. Coba kalau mati, masih bisakah?

April 2020
Adalah kurang lebih bulan kedua semenjak COVID-19 semakin mewabah di beberapa penjuru negeri ini. Dan banyak sekali yang terjadi; baik dan buruk, bersama-sama beriringan. Meski tidak ada satupun orang yang tidak merasa bahwa situasi dan kondisi ini benar-benar buruk, tapi kebaikan-kebaikan selalu muncul diantaranya. Justru tidak dipungkiri bahwa si-kon yang buruk ini menumbuhkan tunas-tunas kebaikan, dan banyaklah buah kebaikan yang berjatuhan. Itulah kenapa, kita jangan terburu-buru menyerah dan mengutuki. Cobalah melihat dari banyak sudut, temukan hal yang sekiranya patut untuk dilakukan.

Aku di April 2020
Yang pertama ku lakukan di bulan ini adalah aku harus segera melaksanakan amanah yang masih ku emban dan harus ku selesaikan tahun ini juga. SKRIPSI. Seperti tulisan sebelumnya, bahwa kondisi ini cukup memudahkan meski juga ada susahnya. Tapi yang pasti aku harus segera berproses untuk menyelesaikan amanah kuliah dari Bapak dan Ibuk dengan tepat waktu, InsyaaAllah...

Tapi di sisi lain, di dalam kondisi seperti ini aku juga berpikir bagaimana agar mendapatkan penghasilan sendiri? Apapun sebenarnya mau aku lakukan, tapi memang segala hal harus ada effort yang maksimal. Aku sih mau, tapi pikiranku gak bisa jika semua dalam satu waktu. Lain dengan hatiku yang ingin melakukan semua hal sesegera mungkin. Sungguh sebuah keadaan yang membutuhkan pengendalian dengan membijaksanai diri sendiri.

Di bulan ini aku memaksa diriku untuk ikut berbisnis dalam suatu perusahan raksasa yang memiliki produk dengan branding yang sudah bukan main-main. Sejenis MLM, tapi ya lumayan lah cara mainnya. Aku paham bagaimana cara mendapatkan keuntungan di sana. Tapi rupanya, ada sudut dimana aku melihat dari sana begitu berlebihan. Atau mungkin aku terlambat mengetahuinya. Ya... memang sebagai sales membutuhkan kekuatan ekstra untuk membujuk calon pembelinya. Dan lagi-lagi pemikiran aneh ku berkata; di saat seperti ini masa iya harus maksa-maksa beli kalau memang di calon pembeli ga ada duit. Rupanya aku berjualan menggunakan hati nurani. Dan dalam bisnis ini sepertinya member diajarkan untuk menjadi begitu haus (kasarnya; rakus).

Begini,
Aku punya idealisme sendiri memandang hal ini, tapi untuk saat ini atau kelak aku akan begitu, aku belum bisa memprediksinya. Pada dasarnya semua punya keinginan, semua orang memiliki hasratnya masing-masing, dan semua orang juga butuh untuk memberikan kebutuhan pada dirinya sendiri. Rasanya jika keterlaluan dalam mengejar seseorang supaya menjadi ingin atas sesuatu yang tidak dibutuhkan itu sama sekali tidak baik. Memang kita semua butuh uang. Tapi jika kehausan kita atas uang justru menciptakan lingkaran manusia yang hanya mementingkan keinginan daripada menghitung dengan baik kebutuhan yang diperlukan, tentu aku sama sekali bukan golongan orang yang semacam ini. Berbisnis itu baik, berdagang itu baik; semua itu adalah ikhtiar kita untuk menjemput rezeki. Tapi jika ada celah yang ditemukan semacam itu (buat saya) mesti dan harus dihindari. Kita boleh tetap menjalankan bisnis, tapi untuk cara yang merusak itu perlu dihindari, kita cari cara yang sewajarnya. Bukan ukuran mereka, kita pakai ukuran sendiri (selama masih bisa dilakukan).

Aku baru menyadari kalau rupanya aku sedang memasuki pintu yang di dalamnya penuh dengan circle seperti yang ku ceritakan di atas. Dan ini merupakan hal yang menarik, pengalaman yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya. Aku masih bisa mengontrol diriku sendiri; dengan menyadari dan menggunakan pemahamanku agar cara-cara berbisnis seperti itu tidak tertanam dalam diriku. Lalu bagaimana berbisnis yang baik dan benar? Kelak aku akan menuliskannya lagi ketika aku sudah mengecap sendiri rasa bisnis yang (ibaratnya) thoyyib untuk diri kita sendiri dan tentu juga untuk orang lain.

Meski saat ini aku dikejar dan diminta untuk berlari, aku hanya tetap mendengar dan menilai tiap masukan yang mereka berikan. Ya, mungkin di sisi lain mentalku juga bukan mental yang cukup berani seperti mereka. Yang penting aku sudah mencoba untuk berani menawarkan. Tapi tidak mau untuk memaksa wkwk. Aku tahu rasanya dipaksa di saat tidak punya duit. Bahkan yang maksa aku itu sering-sering setan, dan aku sering melawannya jika dia memaksaku untuk membeli sesuatu yang tidak aku butuhkan. Nah, hal-hal seperti ini yang tiba-tiba mengingatkanku ((ngakak)).

K!!
Sudah sudah. Cukup untuk membicarakan hal itu.

Intinya, April ini banyak hal yang membuatku belajar.
Apa saja?
Mulai dari kegigihanku yang harus menghapus semua rasa malas yang tentu masih ada di dalam diriku. Kegigihan itu aku gunakan dengan baik dalam mengerjakan amanah yang harus segera ku selesaikan. Alhamdulillah... aku merasa sangat bersemangat setelah selesai 30% hehe. Kedua, aku memahami bisnis yang sejak SMP selalu mengejarku dan baru bulan ini aku benar-benar mau bergabung dan ternyataaa... hahahaha seperti yang aku ceritakan di paragraf atas. Dan ketiga, adalah tentang emosiku yang gak stabil banget bulan ini. eXaCtLy, the first time, I think about suicide mySELF!!! Astaghfirullaah/// Lagi PMS dan segitunya banget. Perlu banget sebenarnya emosi apa yang diam-diam bersarang di alam bawah sadarku. Masih ku teliti apa sebenarnya? Kok se-emosi itu.

Ya... menjadi seorang perempuan itu fitrah. Karena memang Allah SWT menciptakan kita seperti itu. Tapi menjadi seorang perempuan yang lemah, tunggu dulu. Justru sebenarnya kita itu terlampau kuat kok, hehehe. Kita bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu, memikirkannya, dan berusaha menyelesaikannya. Bahkan kita bisa melawan banyak hal yang menjadi penghambatnya. Ya, kita bisa menghadapi semua itu. Kita juga masih bisa berpikir dengan jernih di samping perasaan kita yang selalu mendominasi segalanya di setiap keadaan. Tapi dengan begitu, bukan berarti kita tidak membutuhkan laki-laki. Kita tetap butuh!!! Kita tetap harus saling menghargai. Lagi pula, Allah menciptakan manusia berpasangan kan? Adam dan hawa. Manusia awal, laki-laki dan perempuan yang kemudian melahirkan banyak generasi dalam di lika-liku perjalanan peradaban yang luar biasa sampai saat ini.

Aku bersyukur menjadi perempuan yang memiliki keidealisan cukup tinggi. Buktinya? Coba baca lagi tulisan di atas :v

Udah sih gitu aja.

Sekian ya.

Komentar

Postingan Populer