Kuliah Kerja Nyata; Mengenalmu

Bismillah...


Awal perubahan yang cukup berpengaruh pada diriku. Ketika bertemu denganmu di suatu waktu yang tak ku sangka, waktu itu adalah awal ku merasakan pengaruh langsung dari sosok-mu yang begitu sederhana dan bijaksana. Ada semilir angin segar saat begitu kau datang dalam forum kecil yang nantinya akan menjadi keluarga kecil (?). Dengan senyuman khasmu yang ramah dan sekali lagi sangat sederhana. Begitu mendengar ucapan salam itu dan memandang ke arahmu, ada sesuatu yang menyegarkan rasanya dibenakku. Yang saat itu hatiku begitu resah dan gundah, sesak yang sedang ku tahan-tahan beberapa waktu hilang begitu kau tersenyum langsung ke arahku.

Kumpulan ke-I

Begitu banyak pelajaran yang ku dapat pada mata kuliah yang ku dapat di Semester akhir ini. Sesuai satu kata di belakang dua kata, "Nyata". Semua memang begitu nyata di sini. Dari awal, semua-semuanya harus diatasi, diurusi, dan dihadapi sendiri. Kebetulan aku berada di KKN Kelompok 44.

Semua berawal dari siang hari kala itu. Kami yang sebelumnya sudah membuat grup Whatsappp berkoordinasi, berdiskusi sedikit tentang KKN untuk kemudian merencanakan untuk berjumpa secara langsung. Di plaza kampus lantai 2 seseorang sudah menunggu kedatangan anggota-anggota yang lain dari kelompok 44. Aku yang saat itu begitu gugup, karena khawatir kalau-kalau dapat anggota kelompok yang "ah begitulah pokoknya". Aku sengaja terlambat dan memantau dari kejauhan. Bersama para dedengkotku. Aku semakin gugup ketika sudah banyak sekali yang berkumpul. O iya, di kelompok 44 ada 10 orang; 5 laki-laki dan 5 perempuan.

Saat memantau dari kejauhan, tidak sengaja aku bertemu satu perempuan yang ternyata dia adalah anggota kelompok 44 juga. Aku pernah mengenal dia sebelumnya. Rasanya sedikit lega, karena ada yang sudah dikenal sebelum KKN ini, namanya Liya. Karena waktu sudah cukup molor. Aku mengajak Liya untuk segera ikut berkumpul di plaza lantai 2. Sesampainya di plaza dengan samar-samar aku melihati satu-satu wajah anggota kelompok 44. Sepertinya baik-baik orangnya. Dan masih ada 3 orang yang belum datang. Akhirnya kami menunggu lagi beberapa menit.

Beberapa menit menunggu. Datanglah seseorang dengan paras yang terlihat dewasa, penampilannya sederhana (memakai jasket dari prodinya); Teknik Informatika. Awalnya biasa saja, semakin dekat, semakin dekat, aku memandangnya. Setelah sudah dekat aku segera sadar, ngapain sih segitu amat mandangnya?! Dan mata ini ingin memandangnya lagi ketika dia mengucapkan salam. Angin semilir waktu itu menyibak kerudungku. Pun hatiku.

Di perkumpulan awal itu, kami saling berkenalan. Dan pembentukan struktur keanggotaan. Daaan... si dia yang menyita lebih perhatianku tadi. Dia yang menjadi Ketua untuk kelompok 44. Aku? Aku sebagai sekretaris I. Sesuai dengan kesukaanku, aku memilih untuk bagian yang akan banyak mencatat dan menulis (laporan) nantinya.


Kumpulan ke-II

Kami berkumpul lagi, siang hari, di plaza kampus lantai 1. Untuk membahas beberapa program kerja (proker) dan rencana untuk survey lokasi. Kamu yang sudah sah menjadi ketua, memimpin anggota-anggotamu dengan sangat bijaksana. Kamu selalu membawa notebook kecil yang didalamnya sudah kamu tuliskan apa-apa yang akan kamu bahas bersama anggotamu. Jadi, saat membahas suatu hal tidak akan melebar ke mana-mana. Dan lucunya, aku sebagai sekretaris yang harusnya mencatat apa yang dibahas, justru melamun melihatmu berbicara. Gaya bicaramu sangat lugas, setiap kalimat yang kamu ucapkan sepertinya begitu terdengar rapi. Tiba-tiba kamu pecahkan lamunanku, Mbak Lisna sudah dicatat bahasannya?. Aku hanya mengangguk dan baru mengambil notebook dan polpen. Hehehe~ Dan diakhir diskusi, kamu memintaku untuk membacakan hasil diskusi yang sudah dibahas.

Selesai berkumpul. Aku kembali menemui teman-temanku. Kami tertawa bersama karena tingkahku yang tiba-tiba aneh. Tidak fokus ke mana-mana, selalu memandanginya. Aku mulai suka untuk selalu bertemu dengannya. Auranya yang baik menarikku untuk ingin dekat. Meskipun maluku begitu besar. Setelah ini, jantungku selalu berdegup kencang saat bertemu dengannya. Ini tidak biasa, ku rasa.


Survey I; "Kamu mau bertanggung jawab?"

Menuju hari-H survey aku panik lagi. Dusun Semanding, Desa Tempuran, Kec. Sawoo, tidak ada yang pernah tahu tentang lokasi itu. Semuanya menggelengkan kepala saat kutanyai tentang lokasi itu. Bagaimana? Bagaimana? Bagaimana? Aku bingung. Kalau medan jalannya tidak sopan gimana ya? Kalau di sana ternyata Dusun yang sangat terbelakang gimana ya? Kalau... kalau... kalau...

Tiba-tiba Pak Ketua membahas lagi tentang survey yang waktunya semakin dekat. Aku semakin bingung. Dan tiba-tiba terbesit pikiran, pokoknya kalau nanti dibonceng laki-laki, aku cuma mau dibonceng Ketua. Pokoknya aku cuma bisa percaya sama Ketua. HAHA!

Setelah aku berpikir beberapa kali. Tiba-tiba Ketua Whatsapp. Katanya jangan lupa mencatat kembali struktur keanggotaan dan proker setiap bidang. Kok aku seneng ya bisa di chat sama doi. Uwu! Aku meng-iya-kan saja. Keesokan harinya, aku biduh, bagaimana caranya agar aku lebih sopan untuk bicara ke Ketua bahwa aku pengin nebeng doi. Wkwkwk/ Barulah ada kalimat yang asal ceplos dari temanku, dia bilang, Langsung ae, gelem tanggung jawab pora? /haiiik!? '-'

Di Whatsapp kalimatku muter-muter saja, tidak sampai-sampai maksud dan tujuanku padanya. Aku ingin dia peka sendiri. Aelah, lha emang kamu siapa-nya cuy???!!!

Tapi akhirnya dia peka. Dan aku juga gak nyangka, dia jawab, Iya aku bakal tanggung jawab, tenang saja. Gitu aja, aku langsung deg-degan lagi. Huft! Seneng juga sih :V

Tanggal 17 Juli 2019, kami berangkat survey. Inilah awal perjalanan ketua dan sekretaris juga anggota-anggota lainnya hehehe. Sudah kuduga medan jalan ke lokasi sangat tidak beraturan, jalannya terjal, masih makadam, naiiik, terus turuuun, naiiik-turuuun. Aku sampai pusing dibonceng. Tapi gapapa, yang penting aman bersama Ketua, hehehe.

Sampailah kita di posko 44, setelah bertanya sana sini, melewati hutan pinus pula. Tapi indah sih pemandangannya. Meskipun deg-degan karena medan jalannya, ditambah harus gak sengaja lagi (ehe!) pegangan jas-nya Pak Ketua. Uwu! 

Poskonya cukup nyaman. Rumah yang sepertinya masih baru selesai direnovasi. Sudah moderen bentuknya. Kamar mandi dan wc yang paling penting, sudah ada di dalam rumah hehehe. Semuanya aman. Alhamdulillah, meski lokasi paling jauh. Berada di perbatasan antara Ponorogo dan Trenggalek. Kami bersyukur setidaknya posko kami sangat nyaman. Seperti rumah sendiri. Cuma, satu sih kekurangannya. Airnya keruh.

But, it's okay. I feel so good.


Pulang Survey I; Senja.

Kami kembali ke Ponorogo melewati tugu perbatasan Trenggalek. Jalan raya yang lebih nyaman untuk dilewati. Di perjalanan, Pak Ketua memulai obrolan. Dan percakapan itu masih terasa kaku. Saling malu-malu. Kadang aku hanya diam saja, kadang dia juga hanya diam saja. Mungkinkah dia juga sedang berbincang dengan dirinya sendiri di dalam hati, sepertiku?

Setelah sampai Ponorogo. Memasuki waktu senja.
Saat itu kami melewati jalan raya yang dipinggirannya sawah. Senja terlihat jelas. Untuk memecah kesunyian di jalanan yang ramai. Aku berkata padanya, Mas deloken kirimu!. Dia menengok ke kiri, kemudian melihat spion dan tersenyum padaku. Senyum itu yang susah sekali untuk dicabut kembali dari hati. Dia tidak berkomentar apapun tentang senja kala itu. Ada sesuatu yang sedang serius dia pikirkan. Sampai pulang, dia hanya diam. Sesekali mengajakku bercanda. Tapi lebih banyak diamnya. Entah, aku pun tidak bisa mengira-ngira apa yang sedang ia pikirkan.


Bersambung...

Komentar

Postingan Populer