Untuk Kekasih #3

Maaf...

Tiba-tiba sejak kemarin malam, aku merasa sangat sedih. Karena hal yang sepele. Yang lagi-lagi, terlihat kekanakan, bagimu. Kemarin aku bertanya tentang sesuatu, yang saat itu ku tanyakan karena aku sedang sangat bosan sebab aku tahu tidak ada pertanyaan lain yang kamu tanyakan selain apakah aku sudah makan, aku sedang apa, dan aku ada dimana.

Aku ingin sekali berbincang denganmu kemarin malam, sebab kamu bilang, "kangen".
Aku senang kamu merindukanku. Kamu ingin segera menghubungiku dan ingin tahu aku sedang apa dan aku berada dimana. Aku selalu tersenyum, ketika sapaan manis darimu untukku hadir di setiap waktu menjelang malam. "Cinta", "Sayang". Aku merasa, aku merasa begitu bertahta di hatimu ketika panggilan itu kamu tujukan hanya padaku.

Tapi mood-ku mendadak menjadi buruk. Tanpa ku berpikir panjang tentang keadaanmu di sana. Tanpa aku mau tahu, apakah kamu sibuk atau tidak. Yang padahal, aku ingat betul, aku pernah memintamu meluangkan waktu untukku. Dan kamu sudah berusaha, di saat sibukmu, selalu ada waktu untukku. Selalu ada. Entah berapa lama.

Kamu tahu kan, aku selalu ingin bertanya tentang pendapatmu. Dan aku selalu bisa teralihkan dengan apa yang kamu sampaikan. Aku suka ketika kamu berbicara panjang. Tapi karena mood-ku buruk dan gak tahu kamu sedang apa, kamu membalas pesanku sangat lama. Dan pesan singkat itu, "Gak tahu". Membuat mood-ku semakin berantakan. Aku jadi kesal bertubi-tubi #alay

Kemudian, aku membiarkan pikiranku berkelana ke waktu yang sudah-sudah.
Aku memendam hal yang memalukan. Yang sebenarnya aku tidak ingin sampaikan dan gak penting juga setelah aku pikir, bahkan kamu berkali-kali bilang, "apa sih!". Tapi aku selalu menuju pada pikiran itu saja. Aku selalu merasa tidak tenang sebelum mendengar jawabanmu.

Cinta...
Aku bukan bermaksud merendahkanmu dengan hal itu.
Aku tidak punya niat seperti itu. Sama sekali.
Dan aku juga tidak berpikir bahwa kamu tidak bergerak selama ini.

Kamu tahu,
Inilah kekuranganku. Aku tidak bisa mengungkapkan sesuatu dengan baik. Dan selalu di salah pahami. Dan aku tahu itu pasti menyakiti. Aku bodoh sekali.

Cinta...
Aku memang ingin sekali, sesekali, mendapat kejutan darimu.
Tapi aku juga seharusnya tahu, kamu punya cara sendiri untuk melakukannya. Tanpa aku ikut campur, mendiktemu sesuai keinginanku, dan menyudutkanmu.
Aku benar-benar menyakitimu kah?
Dengan kalimatku itu, aku benar-benar mengecewakanmu kah?

Cinta...
Aku memang sulit untuk percaya.
Tapi aku sudah terlanjur ingin selalu menyayangimu.
Kadang kepercayaan itu pudar karena kamu yang tidak menampakkan betapa kamu juga sangat menyayangiku. Seharusnya, aku sudah menyadari itu semua. Menyadari bahwa kamu memang punya cara sendiri, untukku. Tapi, aku kalah dengan egoku yang tiba-tiba tidak terkendali. Dan selalu ingin menyerangmu. Sayang, kamu rela kan kalau aku tega seperti tadi?

Aku memang kekanakan.
Tapi kamu juga pernah sangat kekanakan kan? Dan aku bersabar.
Saat aku kekanakan seperti tadi. Eh kamu juga ikut terbawa emosi.
Aku tahu. Tak apa.
Kamu merasa terhakimi karena kalimatku tadi.
Maafkan aku ya...

Cintaku...
Aku tahu betul selama ini, perjuanganmu begitu berat bukan?
Ya, kamu sendiri yang memberitahuku. Kamu selalu menghadirkan aku di setiap fasemu. Aku suka bisa ikut membantumu. Meski selemahnya adalah dengan doa.
Kamu sudah berusaha selama ini. Dan terus berusaha. Mungkin ada hal-hal yang tidak ku ketahui. Dan aku menghakimimu begitu saja. Padahal di antara kerja kerasmu, di sela-sela semua usahamu, ada aku yang juga menjadi tujuanmu. Seharusnya, aku berpikir sampai situ. Tapi, aku lemah. Aku harus mendengar kamu berbicara dengan emosi seperti tadi. Dan otakku baru bisa berpikir demikian. Maafkan aku... Aku tidak pandai untuk mengungkapkan sesuatu untukmu. Aku bingung.

Ku mohon...
Maafkan aku yang berkali-kali masih sempat tidak mempercayaimu.
Ternyata, butuh waktu yang cukup panjang.
Dan sampai saat ini pun aku masih bisa tidak percaya padamu.
Aku kah yang tidak menghargai?
Kepercayaan itu seringkali di ingkari.
Dan aku khawatir, aku takut, dengan selalu menuduhmu.
Masihkah kamu menginginkanku?

Aku bukan seperti yang kamu pikirkan tadi...
Aku tidak bermaksud untuk menuntutmu segera menemuiku apapun caranya. Sampai harus berhutang, tanpa membawa apapun, tanpa memiliki kerjaan atau jabatan. Kemudian kamu terlihat rendah di hadapan orang tuaku. Bukan, bukan seperti itu. Aku bahkan tidak membicarakan tentangmu, jika orang tuaku tidak bertanya. Aku tentu saja, tidak ingin melihatmu rendah di mata mereka. Sayang, sudah ku bilang, jangan merendahkan diri. Jadi, gimana bisa kamu mikir aku mau merendahkanmu di hadapan orang tuaku? Aku selalu menjaga namamu juga meskipun kita belum bertemu.

Jujur saja. Semua yang kamu ucapkan tadi.
Sudah pernah aku duga, Sayang.
Aku sangat tahu, kamu belum ingin berbicara dengan orang tuaku karena belum punya apa-apa. Kamu berpikir panjang, bukan hanya cinta yang mampu menghidupiku atau insyaAllah keluarga kita nanti saat aku mendampingimu mengarungi kehidupan. Kamu ingin menunjukkan yang terbaik dihadapan mereka nanti.

Terima kasih, sudah selalu berusaha untuk mencapai itu.
Terima kasih, sudah menjawab semua dugaanku.

Tapi caraku memang sangat buruk.
Dengan cara marah, aku bisa mengungkapkannya.
Dan hanya saat PMS aku bisa se-emosional itu. Kan? Ya kan?

Baiklah...
Aku harus katakan di sini.
Aku selalu mengingat sesuatu yang buruk yang pernah ku pendam di saat mood-ku begitu sensitif. Aku tidak tahu tepatnya hormon apa yang bekerja. Di saat mood-ku begitu buruk aku selalu ingin memangsamu. Jujur saja. Aku hanya ingin kamu. Tidak ada yang lain. Aku tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Lalu, bisakah kamu memaklumi hal ini?

Ya, aku tahu...
Sangat kekanakan bukan?
Sejujurnya setelah aku marah, mengungkapkan kekesalanku yang ku pendam berbulan-bulan itu, dan menangis sejadi-jadinya setelah kamu "marah-marahin". Aku jadi bingung sendiri, Aku tadi ngapain sih? Aku kenapa kayak gitu? Aku sendiri bingung. Sayang, kamu pasti lebih bingung kan? Ku mohon, jangan diambil hati ya...

Setelah di ceramahin kamu, aku selalu merenung beberapa menit.
Dan aku cuma bisa bertanya pada diriku sendiri, sekali lagi, aku tadi ngapain sih?
Rasanya, memang bukan karena aku benar-benar merasa tidak dihargai kamu atau merasa tidak percaya ke kamu. Tapi, karena setelah ku lihat tanggal, ini pertengahan bulan, dan pertengahan bulan itu saat-saat aku ingin menjadikanmu mangsa. Jadi, Sayang, kamu bisa pahami kan?
Kamu ikhlas tidak?

Kamu tahu, saat menulis semua tulisan ini. Hatiku lega, aku senyum, dan aku begitu sangat merindukanmu. Aku semakin ingin terus menyayangimu.

Jadi Sayang,
Aku akan belajar lagi cara menghargai dan menjaga perasaanmu dengan menyaring kalimat yang ku ucapkan. Bodoamat sama giveaway. Tapi kalau aku nemu lagi dan aku menang, nanti aku kasih ke kamu lagi deh. Ya udah, kamu gak ikutan giveaway juga gak masalah. Aku cukup tertampar setelah kamu nasehatin dengan nada yang "lelaki banget". Kamu benar-benar marah tadi. Terdengar sudah memiliki jiwa "kesuamian". Justru dengan kamu marahin dan aku sampai nangis, bikin aku mikir kok. Ah, kamu selalu spontan dan tanpa rekayasa. Aku sayang kamu.

Sayang...
Semangat terus ya. Aku marah, aku mengabaikan usahamu, aku sok-sokan gak percaya kamu kadang, dan aku lupa bahwa kamu sedang berjuang itu semua karena aku emosi yang tidak terkendali. Sebenarnya, ya, aku masih sama, tetap sayang kamu dan gak pengin kehilangan kamu.

Ya sudah.
Tapi meskipun aku bilang, aku tahu, aku sudah ngerti, dan masih tetap bertanya. Dijawab aja ya. Itu cuma meyakinkan diriku aja wkwk. Aku memang keras kepala ya kalau sudah begitu.
Ini masih jauhan, belum dekatan. Kalau jadi SAH, bayangin aja kita hidup dengan waktu yang unlimited. Setiap hari harus lihat kamu lagi, kamu lagi. Harus menghadapi aku yang begini, harus ngurusin kamu yang begitu.

Namanya proses, kita gak mungkin datar dan baik-baik terus kan?
Pasti ada pasangnya, ada surutnya. Yang penting tetap satu kapal.

Terakhir...
Besok lagi kalau aku kelihatan detik-detik menjadi predator yang pengin mangsa kamu, kamu lihat tanggal ya. Kalau pertengahan atau akhir bulan, kamu persiapkan diri. Gimana pun caramu, buat aku sadar biar gak kebawa syndrom sialan itu. Makasih.

Jangan lelah ya...
Untuk memaklumiku. 

Komentar

Postingan Populer