Cerita Tentang Hidup di 5 Bulan Terakhir

Udah 5 bulan aja di 2021 gak pernah nulis-nulis lagi di sini.
Sejak bulan Maret 2021, banyak banget hal yang aku alami. Mulai dari stress ke tambah stress lagi :D

But, mari kita bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan.
Nikmat-Nya itu, tidak akan pernah habis kalau mau dihitung. Sungguh, hari ini bisa menyempatkan nulis lagi aja udah benar-benar hal yang sangat patut untuk disyukuri.

Ok. Alhamdulillah...
Hidup ini ternyata ya memang begini, suuusah, bikin kesal, sering mengecewakan, dsb - yang gak enak-enak kalau dirasakan. Tapi, itu buat yang masih bingung sama dirinya sendiri. Terlalu banyak sekali harapan-harapan yang diharapkan kepada faktor eksternal. Padahal, justru, sesuatu/seseorang yang perlu kita harapkan ya diri kita sendiri. Respon apapun yang kita keluarkan yang ujung-ujungnya nanti ke diri sendiri. Maka, sebelum itu pahami dulu kemampuan diri, apa sih potensi dia supaya setidaknya sedebu aja bisa ada gunanya bagi dunia ini - biar tidak dihantui negative vibes.
 
Aku agak lupa kejadian apa saja selama 5 bulan terakhir. Mungkin hanya beberapa saja yang akan aku ambil hikmahnya di setiap bulan. Semoga bisa menjadi pelajaran juga untukku, yang masih terus berusaha dalam kehidupan di dunia yang - tampaknya makin aneh saja ini...


-Bulan April 2021-
Wisuda bersama Seseorang yang Namanya ada di Kata Pengantar Skripsi.

Pandemi masih saja menjadi alasan untuk menggagalkan beberapa acara penting. Wisuda ku harus dilaksanakan secara online. Rasanya aneh dan menjadi biasa saja. Dulu, saat melihat foto-foto Ibuk saat wisuda dan sudah dibersamai oleh Bapak, aku selalu berdo'a dalam hati agar bisa seperti Ibuk. Tapi, ya sudah, Alhamdulillah, meski foto-foto itu berlokasi di rumah, ternyata aku juga sudah dibersamai oleh seseorang yang selalu ku semogakan menjadi Teman Hidup.

Perjuangan skripsi itu kuncinya cuma satu, DIKERJAKAN. Gak ada kunci lain, kecuali kamu PUNYA UANG BANYAK buat beli jasa. Namun menggunakan upaya orang lain untuk kepentingan pribadi itu bukan hal yang keren. Tetap menginspirasi lewat pengalaman yang sudah kita lalui sendiri adalah hal yang patut untuk diapresiasi.


-Bulan Mei 2021-
Freshgraduate yang Kebingungan Mencari Pekerjaan yang Terlihat Pekerjaannya.

Setelah selesai dengan beberapa drama skripsi sampai wisuda. Saatnya menuju ke akun-akun lowongan pekerjaan dan banyak-banyak searching tentang lowongan pekerjaan. Semua-muanya seputar lowongan pekerjaan. Di bulan kelahiranku ini, di saat umurku menginjak 23 tahun, aku sangat bersemangat untuk mulai masuk ke dunia 'melu uwong gek dibayar'. Kenapa aku menyebutnya begitu? Karena, nyatanya begitu kan? Mencari-cari tempat yang membutuhkan karyawan, adalah jalan ninjaku selama bulan ini.

Dan hasilnya?
ZONK.

Ada sekitar >5 tempat yang aku kirimkan lamaran pekerjaan. Semuanya berhenti memanggilku setelah melaksanakan interview. Lawannya ada gak? Ada banyak. Ternyata bukan hanya aku sendiri yang butuh pekerjaan, bukan hanya seorang yang berumur 23 tahun saja yang membutuhkan pekerjaan. Banyak sekali yang sudah memiliki pengalaman pekerjaan, umurnya di atasku, dan butuh pekerjaan lain atau butuh pekerjaan ((lagi)).

Bulan Mei ini, aku cukup tertekan oleh pikiranku sendiri.
Berpikir keras, ingin sekali memaksa keadaan untuk selalu berpihak kepadaku. Tapi nyatanya, belum juga. Aku terus berpikir keras, memeras otak dan menempa hati untuk tidak menyerah. Aku ingin terus memaksakan diri. Tapi lupa muhasabah, mereset ulang, dan re-strategy langkahku.

Aku terus keras kepala untuk mendapatkan pekerjaan. Bahkan bersiap dengan pekerjaan apapun. Tapi, sudah begitu pasrahnya, belum ada yang nyantol. Apakah ini tidak adil bagiku? Tentu, bukan begitu..., syukurnya aku masih merasa semua ini justru keadilan. Hanya, pasti aku belum menemukan di sisi mana, hal yang perlu aku benahi dan perlu aku syukuri. Berusaha untuk tidak stress, meski nyatanya pasti aku sedang stress.

Setiap langkah kita dalam hidup ini adalah realitas dari kemampuan yang kita miliki. Apabila banyaknya kesempatan belum bisa kita dapatkan, pasti ada kemampuan yang belum siap di sana. Atau kemungkinan lain, invisble hand tidak menginginkan kita untuk mendapatkan yang biasa-biasa saja. Kita harus yakin, bahwa kita pasti punya potensi sangat baik yang lain untuk dikembangkan pada aspek tertentu. Di situ kita perlu meningkatkan kemampuan. Caranya? Investasi leher atas a.k.a Belajar.

Apakah aku sempat menyerah? Tentu saja.


-Bulan Juni 2021-
Sakit, ke Dokter, dan Minum Obat Keras.

Sebelum menyerah, aku mencoba lagi. Ugal-ugalan aku melangkah, sebelum akhirnya jatuh sakit. Ya, sakit. Ragaku benar-benar menyerah pada caraku berpikir. FINALLY, DOWN!

Ku pikir, awal Juni ini menjadi semangat baruku. Tapi ragaku ternyata tidak lebih kuat dari semangatku. Tiba-tiba demam, menggigil, dan panas tinggi. Apa gejala kopit? Ku rasa tidak. Saat itu, aku bisa makan, minum, merasakan makanan dan minuman serta bernapas dengan sangat baik. Hanya ada yang aneh dengan tubuhku yang agak nyeri.

2-3 hari belum juga reda rasa lemasku. Ditambah mual dan sedikit pusing. Sudah ku paksa raga ini untuk menerima asupan, tapi bandel, dia tetap gak mau. Sudah ku telan sampai mingkem-mingkem, tapi beberapa menitnya lagi, muntah. Sial! Kamu kenapa sih? Begitu, kekesalanku pada ragaku sendiri yang bagiku saat itu, manja banget sih!

Sejak kecil, Alhamdulillah, aku bukan anak yang gampang sakit-sakitan. Entah karena memang imun ku kuat atau karena mata dan pikiranku ini terjaga, aku tidak pernah mengetahui masalah yang dihadapi orang tua ataupun masalah lain. Aku hidup sangat amat sangat amat sangat sangat sangat enak, selama ini. Sekalinya sakit, aku merasa marah. Karena aku merasa aku selalu sehat, aku selalu baik-baik saja. Kenapa aku sakit seperti ini? Bahkan untuk duduk saja aku lemas.

Sama sekali.
Aku tidak terpikirkan bahwa sakit adalah penggugur dosa. Aku lupa, kalau aku punya dosa :((
Kemudian aku mencoba menenangkan diriku sendiri. Tapi tetap saja tidak tahan dengan rasa tidak nyamannya sakit yang ku rasakan. Lemas. Tidak berdaya. Dsb.

Akhirnya harus ke Dokter. Aku benci sekali dengan Dokter. Trauma? Gak sih. Tapi aku benci berurusan dengan Dokter. Mungkin karena aku tidak suka dengan sakit. Sebenarnya, bukan tidak tahan dengan rasa sakit. Tapi aku selalu tersugesti bahwa aku itu sehat. Kalau aku sakit, maka aku tidak terima wkwkwk aku tidak terima jika aku tiba-tiba saja tidak berdaya. Agak lucu, tapi ya begitulah, aku tidak suka sakit.

Apa lagi aku memberikan obat kimia pada tubuhku, hal yang paling tidak ku suka yang paling akhir. Minum obat itu bukan pahitnya yang tidak bisa ku tahan atau repotnya menelan kapsul, itu biasa. Tapi aku tidak terima jika tubuhku harus berkenalan dengan obat kimia. Aku memilih jamu godong telo daripada harus minum obat kimia. Taukah kamu apa reaksi tubuhku setelah minum obat dari Dokter? Yash! Ada reaksi aneh, tiba-tiba jantungku seperti berdebar saat tidur malam hari. Aku merasa seperti mau meninggal. Malam-malam harus memahami kenapa tubuhku ini, ku pikir ini pasti karena obat. Tubuhku bereaksi sangat aneh dan membuatku makin marah. Malam-malam aku marah sambil memukul kasur dan lantai sambil menangis. Wkwkwk kayak orang frustasi atau depresi aja ya?! Semua barang sampai tembok ku pukul. Untung gak ada yang bangun. Setelah marah begitu, aku bisa tidur lagi. Kalau ada yang tau, kenapa aku bisa bereaksi seperti itu, komen di bawah :D

Mengendalikan diri adalah hal yang tidak mudah, tetapi tidak berarti susah atau tidak mungkin. Semua hal yang kita lakukan harus balance porsinya. Jika ada yang berlebihan, maka sudah bisa dipastikan akan terjadi error. Meski pada dasarnya, dengan trial error kita sedang belajar untuk antisipasi dan mengukur sesuatu agar sesuai. Termasuk pada jiwa, raga, dan pikiran.

 

-Bulan Juli 2021-
Masih Berpikir Keras dan Mood Terganggu = Emosional Sebulan

Bulan paling emosional ada pada bulan Juli ini. Aku ingat, di bulan ini sangat mudah tersinggung kemudian marah. Setelah marah, ada rasa insecure tinggi yang tiba-tiba muncul. Merasa diri tidak berguna dan buruk. Bulan ini adalah bulan dimana pertama kalinya aku sangat membenci diriku sendiri. Terkungkung dalam ruang hampa tak bertepi. Membully diri sendiri di dalamnya, terpuruk.

Tepat.
Itulah aku di bulan ini. Merasa gagal karena terlalu banyak merepotkan orang lain. Begitu perasaanku, memandang sisi lemah dan buruk diriku sendiri. Bahkan aku terus-terusan menyalahkan diriku sendiri hingga membuat orang di dekatku juga merasa bersalah. Aku terpuruk di bulan ini.

Apakah aku bangkit lagi? Sure!
Bagaimana caranya?

Aku berpikir ulang atas apa yang aku rasakan dan aku lakukan.
Ternyata, penyebabnya cukup simpel. Tunggu dulu, aku ceritakan prosesnya. Pertama-tama, aku melihat diriku di kaca, mengenalinya lagi siapa dia, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan kepadanya.

Kamu kenapa? Iya, kamu sedih, aku tau. Tapi kenapa harus merasa frustasi? Ini semua akan baik-baik saja, tidak seburuk yang kamu kira. Kamu tidak perlu selalu menganggap dirimu tidak pantas, buruk, dan tidak berguna, kan? Coba diteliti ulang, apakah kamu seburuk itu? Lihatlah kembali dirimu. Kamu punya banyak potensi yang baik. Bukankah, dominan otak Thinking Extrovert itu seseorang yang menggunakan rasionya dengan baik? Ayo coba, berpikirlah dengan baik Thinking. Cari tau, apa yang membuatmu begitu lemah! Otakmu pasti butuh hal-hal yang baru, untuk menghapus pikiran buruk. Meregulasinya sebagai evaluasi untuk menjadi lebih baik lagi.

Yha! Aku berhasil self-talk dengan diriku.
Setelah melakukan perbincangan panjang. Ternyata, otakku butuh asupan. Selama berpikir beberapa bulan. Otak ini terus divorsir tanpa diberikan asupan untuk menambah energi kemudian membuat strategi baru. Aku lupa, aku jarang baca. Padahal, manusia Thinking seperti-ku bahagianya, bisa berpikir jernihnya kalau dia membaca sesuatu yang fresh untuk isi kepalanya.

Akhirnya aku menemukan penyebabnya. Aku jarang belajar lagi semenjak berpikir keras untuk mencari pekerjaan. Padahal kalau dilihat lagi, aku sudah punya pekerjaan yang setidaknya menghasilkan dan cukup untuk kehidupanku saat ini.

Semua yang terasa berat, tergantung bagaimana mindset kita. Peran dari pikiran kita dan ilmu yang kita miliki. Sebuah ketidakmungkinan untuk mengendalikan keadaan, memaksa dan mengharapkan darinya. Masih ada kemungkinan, itu pun jika kita mau, untuk mengendalikan diri sebagai bentuk respon terbaik dan tepat pada apa yang ada di luar ranah kita. Jangan lupa, otak ini juga hidup, dia butuh makan. Membacalah! Yang perlu dan penting untuk bekal melangkah.

-Bulan Agustus 2021-
600 halaman Buku, Kaki Bengkak dan Keragu-raguan pada Vaksyin.

Menyenangkan!
Begitu awalnya. Karena ada beberapa rencana lama yang sudah terlaksana. Rasanya bahagia, akan ada sesuatu yang baru dalam hidupku. Memasuki fase yang sangat serius, selaras dengan karakterku yang selalu menyeriusi banyak hal.

Selain itu, bulan ini juga bulan yang fresh untuk otakku karena aku cukup banyak menghabiskan halaman per halaman buku. 600 halaman dalam satu bulan, 2 buku, dan keduanya membuatku mendapatkan wawasan baru, cara berpikir baru, dan mungkin rencana baru juga.

Tapi..., karena terlalu asyik membaca dan banyak duduk. Ada reaksi tubuh yang aneh terhadap kebiasaan di bulan ini. Tiba-tiba kakiku bengkak wkwkwk. Entahlah, kenapa bisa begitu, sempat bikin panik juga sih.  Terus, sempat ngamuk juga, karena bukan sakitnya, tapi nyusahinnya bikin susah duduk di antara dua sujud dan tasyahud. Buat sholat gak bisa. Akhirnya, ku buatlah jalan-jalan sambil menghentak-hentakkan kaki macam pejoeang kemerdekaan '45. Bodoamat sama rasa sakitnya.

Kemudian agak sembuh dan kempes setelah minum jamu, yang mana jamu tersebut saya curigai mengandung suatu obat kimia. Asemmm! Kenapa obat kimia lagi siiiiiiiiiich??!! Aku menduga begitu, karena malamnya setelah minum obat jantungku berdebar dan terasa sesak. Reaksi yang hampir sama seperti saat minum obat dokter di bulan Juni. Gila! Aku merasa seperti mau meninggal. Kali kedua, pada yang sama~ Sama rasanya, seperti mau meninggal. Emang ini obat-obatan bikin ingat mati aja.

Belum selesai dan tuntas drama kaki.
Dipaksa keadaan untuk segera vaksyin, siaaalll!!!
Karena malesnya aku harus vaksyin, gak baca-baca dulu, gak searching dulu jenis-jenis vaksyin. Pokoknya daftar terus disuntik gitu aja. Taunya, habis disuntik aku sesak, lagi-lagi ku kira aku mau meninggal. Saat antri udah berdebar banget ini jantung, ku kira mau pingsan, ternyata masih kuat nahan sampai rumah. Beberapa menit udah agak reda karena aku baru sarapan wkwkwk. Setelah makan udah agak reda + minum tolak angin ditambah air panas. Dah sembuh! Gak ada efek lain, seperti demam, nyeri, dsb itu. Cuma sesak di awal yang ku pikir aku mau mati. Ketiga kalinya, ngerasa mau mati. Kita lihat nanti di dosis kedua, gimana reaksi tubuhku.

Menutup bulan Agustus dengan alhamdulillah, selain karena sangat patut disyukuri, ternyata aku masih bisa bernapas dan hidup sampai bulan September, dimana aku menulis tulisan ini.

Hidup dan mati tidak ada bedanya kalau saat hidup kita tidak bergerak karena Allah dan mati pun sia-sia karena mati tidak membawa apa-apa selain amal baik selama hidup.


-Bulan September 2021-
 Prepare to The New Phase in Life

Bismillahir rahmaanir rahiim.

Tunggu cerita selanjutnya...

 

Komentar

Postingan Populer