Mencari dan Memaknai Peran di Rotasi Kehidupan

Bismillah...


Alhamdulillah... rasanya semua masih berjalan dengan baik, sudah tentu baik menurut Tuhan meski belum tentu benar-benar baik bagi kita..., manusia. Setidaknya kita sudah menjalankan tugas, untuk mengupayakan segala hal yang menjadi tujuan. Itu pun kalau punya tujuan. Kalau tidak ada tujuan? Maka sebenarnya kita hanya sedang berjalan saja, tidak peduli ada apa di depan - kita hanya terus berjalan bahkan dengan penuh keresahan dan kegelisahan.

Setelah menyelesaikan SKRIPSI yang membuatku tidak begitu khawatir bisa menyelesaikannya atau tidak, karena banyaknya kalimat-kalimat menyeramkan yang banyak digaungkan oleh para senior sehingga skripsi menjadi sesuatu hal yang bisa saja sangat menyiksa. Dan terjadilah, aku merasa tersiksa sendiri saat itu tapi tidak bisa menghindar. Sebelum skripsi, tidak menyiapkan dengan baik dan benar malah meratapi skripsi itu sendiri, bersamaan dengan hal-hal menyeramkan yang dibuat oleh pikiran sendiri. Buah dari cerita horor - lagi-lagi dari para senior. Maka kelak, cukuplah semua itu kita pendam sendiri. Kita boleh memotivasi, tapi dengan REALSOLUSI. Bukan dengan hal-hal tidak enak yang kita alami. Menurutku, skripsi adalah sesuatu yang mulia. Di sana ada banyak sekali ilmu yang memang perlu kita cari kebenarannya, kemudian kita bagikan kepada banyak orang. Jadi, tidak perlu membayangkan hal yang menyeramkan seperti yang dikatakan kebanyakan orang. Lebih baik siapkan dirimu, perbekalan untuk - ibaratnya berkarya, melahirkan skripsi sebagai syarat mendapat gelar Strata I, meski kenyataan selanjutnya tidak selalu sesuai harapan...


-Januari 2021-
Awal tahun yang cukup menggembirakan, karena rasanya lega sudah bisa menyelesaikan kewajiban tetapi juga cukup mengkhawatirkan karena harus menghadapi fase berikutnya. Mencari-cari kegiatan yang masih bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Di bulan Januari, ada project dari Sakeena Family. Saat itu, Sakeena Family berkolaborasi dengan The Little Giantz atau tim produksi kartun animasi Islami; Nussa Rara. Buku yang diterbitkan bulan Januari 2021 ini adalah Semua Titipan Allah.

Buku Semua Titipan Allah seperti menjadi reminder/disclaimer di awal tahun 2021. Menceritakan tokoh Nussa yang hanya diberikan satu kaki, sedangkan dia memiliki mimpi besar di bidang sepak bola. Bisa bayangin? Punya satu kaki kanan, kanan kirinya adalah kaki palsu tetapi masih punya tekad untuk main sepak bola. I know, masih banyak di luaran sana yang mungkin lebih parah daripada Si Nussa ini. Tahukah kamu? Seeemuuua di muka bumi ini, bahkan apa yang ada pada diri kita ini adalah titipan. Di mulai dari kata TITIPAN.

Menyadari bahwa semua adalah titipan Allah akan membuat kita lebih berhati-hati dan waspada. Berhati-hati karena barangkali selama ini kita merasa apa yang didekat kita, segala yang sudah menjadi milik kita akan tetap selalu menjadi milik kita. Kemudian kita terlena, menikmati hal-hal yang kita miliki tanpa mengupayakannya untuk dirasakan juga oleh orang lain. Waspada karena bisa saja Allah mengambil secara tiba-tiba tanpa permisi (tentu saja), apa yang sudah sangat amat kita jaga dan kita rawat dengan baik tetapi kita takabur, merasa bahwa "jika saya yang merawat, maka sudah sepantasnya saya akan memilikinya lebih lama". Padahal Allah lebih tahu mana yang lebih baik bagi kita. Allah yang berhak atas semua yang kita miliki. Lantas, kenapa kita masih ((merasa paling berhak))?

Dari buku Semua Titipan Allah, buku anak dengan tokoh animasi, aku pun belajar; kelak apapun di depan yang akan aku alami, aku dapatkan, dan aku miliki memang hanyalah titipan Allah. Bahkan kesehatan pada jiwa dan raga ini,  apapun-lah, tak terkecuali. Jadi untuk menghadapi kenyataan yang tidak pernah bisa diduga, akankah mudah atau sulit, berat atau ringan, menggembirakan atau menyedihkan, setidaknya cukup memiliki kesadaran sehingga dapat menghadapi dengan sebaik-baiknya. Ternyata, kita akan lebih siap lagi dengan segala kemungkinan di depan karena kita juga sadar dan berpasrah bahwa apapun masalahnya - Allah pasti sudah menyiapkan solusinya. Kalimat tersebut, akan relevan di bulan ketiga.

Kekhawatiran yang menjadi kesadaran di Bulan Januari ini sangat ku syukuri, sebagai bentuk hidayah Allah yang tidak bisa didapatkan tanpa adanya upaya. Ya, hidayah tidak akan datang dengan sendirinya. Tidak bisa. Selain karena Allah tidak akan mengubah sebelum kita juga berubah, Allah pun juga sudah menitipkan banyak modal kepada kita; digunakan untuk berpikir, bernalar, memaknai, merencanakan, menyusun, mengaplikasikan, dsb. Allah titipkan akal dan hati kepada kita... manusia. Barangkali itulah kenapa Allah selalu menekankan di beberapa firmanNya; "apa kamu gak mikir?". Ya, Allah bilang gitu karena kita sudah dikasih akal buat mikir dengan benar lewat ilmu, bukan buat halu terus akhirnya mengeluh. Kalau sudah begitu, merasa dirinya paling terpuruk sedunia. Parahnya lagi, nyalahin orang lain juga, merasa tertinggal karena pencapaian orang lain kelihatannya sudah lebih di depan. Semoga, bukan aku, kamu, atau kita.


-Februari 2021-
Di bulan kedua, aku mencoba hal baru seperti membuat video (yang berarti) harus berbicara di depan kamera dan upload di Youtube. Bisa ditonton di sini;
Aku terinspirasi dari seorang teman yang begitu inspiratif dalam hal perkontenan. Karena merasa excited, aku berupaya sendiri untuk bisa menghasilkan karya juga. Inilah yang seharusnya ku miliki sejak dulu; Amati, Tiru, Modifikasi. Jadi tidak perlu mengotori hati dengan rasa iri dan dengki atas pencapaian orang lain. Justru kita belajar dari mereka semua yang sudah mampu berupaya menghasilkan sesuatu, karya nyata yang bermanfaat bagi banyak orang. Kalaupun bukan karya, ya tidak masalah, kita juga bisa belajar dari pengalaman-pengalaman orang yang sudah mencapai masa kejayaan... finansial, misalnya. Kita bisa mengambil manfaat baik, mungkin dari strateginya dalam berproses, mungkin dari kesabarannya, atau mungkin dari ketangguhannya dalam menghadapi banyak kegagalan, dsb.

Banyak sekali, hal positif yang bisa kita pilih, kalau kita mau. Sayangnya, kebanyakan memilih untuk menepi. Baik, menepi itu perlu. Barangkali untuk menenangkan gejolak dalam diri. Tapi kalau terlalu lama menepi tanpa adanya upaya untuk ikut berperan kembali dalam rotasi kehidupan ini, apakah itu justru membuat kita semakin merugi? Menghabiskan waktu hanya untuk memantau. Belum lagi, masalah-masalah lain datang silih berganti. Hal yang pasti selain kematian di dalam kehidupan yang fana ini, adalah masalah. Jangan membiarkan masalah dan tidak menyelesaikannya sementara masalah lain akan terus berdatangan, entah itu lewat saja atau menetap cukup lama. Maka, segera bangkitlah. Ikutlah berperan di muka bumi ini. Bahkan sesederhana membuang sampah pada tempat sampah atau tidak membeli minuman kemasan plastik dan membawa tumbler air minum ke mana-mana.

Semakin berupaya untuk meningkatkan positive vibe dalam diri dan berpengaruh di sekitar, hal-hal positif pun mulai hadir silih berganti. Saat aku sebagai manusia biasa ini, sempat mulai resah dan gelisah kembali karena belum ada tanda-tanda kehadiran sarana untuk menuangkan rasa ingin bermanfaat bagi banyak orang. Aku mengendalikan pikiranku agar tetap bersih dan tidak berdebu. Jadi ku fokuskan pada hal-hal apa yang bisa aku lakukan, bukan fokus pada hal yang bisa dikeluhkan. Alhamdulillah, beberapa kegiatan akhirnya mencariku, aku menemukannya, kita berkolaborasi untuk melahirkan kebermanfaatan, insyaaAllah ridha Allah menjadi tujuan utama.

Bulan kedua, kembali ke hal yang tidak baru lagi tapi senantiasa terasa baru karena selalu bertemu dengan manusia yang berbeda. Meski sempat down, tapi Allah juga hadirkan manusia baik yang selalu memotivasi dan memantik semangat agar menyala lagi. Saat bisa up, Allah berusaha mengingatkan melalui beberapa hal, membantuku untuk berpikir lebih baik dan merasakan lebih dalam. Sebab terkadang kita sendiri itu, merasa kesulitan untuk mengerti dan memahami diri kita sendiri, maka kita akan selalu butuh bantuanNya, yang Maha Mengetahui segala hal. Februari menjembatani hal-hal baik yang akan hadir berikutnya bersamaan dengan upaya mengikhlaskan hal-hal yang di rasa tidak baik. Lagi-lagi, semua hanyalah titipan Allah.


-Maret 2021-
Sampai di bulan ketiga, dimana postingan ini ditulis.
Bulan ini, lebih baaanyak sekali yang ku pelajari sekaligus menjadi penentu bagaimana aku di bulan-bulan berikutnya. Setelah mengharap pada Sang Maha Memberi, datanglah panggilan untuk mulai berperan. Selain itu, panggilan dari hati pun juga sudah mulai menyuarakan semangatnya. Meski masih sempat meragu, ada beberapa gangguan, dan tidak begitu banyak dukungan.

Jadi begini...,
Sesuai dengan harapan kebanyakan orang tua, setelah anaknya lulus dari bangku perkuliahan dan mendapatkan gelar. Pasti berikutnya adalah mendambakan jabatan. Meski tidak secara langsung orang tua mengatakan hal itu, tapi semua harapannya terlihat jelas. Mungkin harapan itu memanglah baik, maksudnya agar mereka melihat anaknya mapan di aspek finansial. Tapi - di dunia ini kita perlu menimbang banyak sekali hal, mengingat kita tidak bisa meninggalkan satu hal untuk hal lain, tidak bisa hanya fokus satu hal dan tidak fokus juga untuk hal lain. Seorang kawan pernah berkata padaku, "Semua di dunia ini linier, saling berhubungan". Jika aku masuk ke circle yang menjanjikan kemapanan harta di mata orang-orang itu, aku tidak yakin apakah aku bisa memaknai kehidupan ini lagi atau tidak? Selama hampir 23 tahun, aku sudah cukup banyak dibentuk oleh orang tua. Diminta di sini, diminta untuk begitu, dipaksa untuk seperti ini, dilarang untuk pergi ke sana, sampai tidak diizinkan untuk sebuah niat baik meski masih boleh berada di circle-nya. Aku bukan sedang mencari kebebasan. Justru selama ini, aku sudah mendapatkan kebebasan. Bukan, bukan bebas melakukan apa saja. Aku sudah bisa memilih, aku bisa meyakinkan diriku sendiri 'bisa atau tidak bisa', aku bisa mengatasi kebingungan di dalam hatiku, aku mengerti jika aku butuh sesuatu aku harus melakukan apa, aku berani bertanggung jawab atas kesalahanku, aku paham kehidupan ini tidak bisa diambil satu sisi saja dan mengabaikan sisi yang lain, kehidupan ini masih sangat panjang meski tidak sepanjang di dunia, maka...

Aku, harus mempersiapkan kehidupan yang panjang itu.

Meski aku tahu, mungkin bagi sebagian orang hal ini begitu berlebihan barangkali. Tapi, niat ini sudah begitu lama mengakar di jiwa ku. Setelah mempelajari beberapa hal pasca sidang skripsi. Aku memiliki sudut pandang yang mungkin jauh berbeda dengan orang tua ku. Perempuan yang idealis dengan pemikiran barunya, yang entah itu sudah di filter dengan baik atau ditelan mentah-mentah. Aku selalu yakin bahwa ketika aku melakukan sesuatu dan mendapatkan insight baru mengenai kehidupan. Ada Allah di sana, Allah yang mengarahkanku dan memberikanku semua itu. Sekalipun, aku tidak pernah mendengar kata hatiku sendiri yang entah dari mana. Selalu ada do'a dan harap bahkan cemas sebelum itu, memohon kepada Sang Maha pembuat skenario kehidupan. Pertanyaan, kekhawatiran atau sekadar pembicaraan denganNya selalu dijawab dengan apik dan manis, tak jarang Dia juga menjawab dengan kepahitan-kepahitan yang bahkan setelahnya ku sadari, rasa pahit itu layaknya jamu yang sangat pahit tanpa adanya penawar yaitu rasa manis. Sengaja, Allah berikan kepahitan dalam hidup ini justru sebagai obat, bahwa selama ini kita telah lama mengidap penyakit yang berasal dari ketamakan terhadap dunia.

Awal bulan ketiga, aku mulai untuk mengupayakan beberapa hal. Kebetulan yang pertama ada di pandanganku adalah sebuah perusahaan yang membutuhkan finance staff. Karena relate dengan jurusanku, maka apply melalui sebuah platform yang basic-nya jasa lowongan kerja. Sampai ada sesuatu, yang hadir lagi di mataku. Ku apply dua tempat sekaligus, kedua-duanya adalah hal yang aku merasa senang jika bisa bergabung di sana. Allah berkehendak, aku bisa memasuki kedua tempat tersebut. Selanjutnya, aku hanya tinggal meyakinkan diriku kembali, akankah aku bisa memberikan yang terbaik di sana? Berupa apa? Apakah aku akan benar-benar sangat dibutuhkan di sana dalam waktu jangka panjang? Sebelum itu, aku perlu memperbaiki arah langkahku.

Jadi, rencana-rencana dalam hidup itu perlu. Meski kadang masih terlihat tidak linier, tapi setidaknya kita berani merencanakan, artinya kita benar bersungguh-sungguh sedang ingin mengukur progress kita dalam kehidupan ini. Jika ada progress, kita bisa yakin bahwa tujuan jangka lebih panjang bisa diamankan. Hal ini tentu juga dipertimbangkan dari berbagai aspek, banyak sekali aspek, yang lagi-lagi semua saling berhubungan. Kita tidak bisa memungkirinya.

Maret, bulan yang menunjukkan secara nyata bahwa aku benar-benar di fase yang berbeda lagi. Mungkin tidak sendirian, meski rasanya sendiri. Ada banyak usia 20+ di luar sana yang sedang memperjuangkan sesuatu, apapun itu, pasti hal baik, niatnya baik, dan semoga caranya juga benar. Tidak dengan ambisi tak menentu arah, apa lagi obsesi yang sebenarnya hanya untuk memenuhi gengsi, tidak menghalalkan segala cara bahkan dengan mengorbankan kesejatian diri atau parahnya lagi - kehidupan orang lain.

Conclusion:
Menghadapi masa depan yang kita tidak pernah tahu bagaimana, hanya bisa dengan memperkuat diri. Menyadari siapa diri ini, apa maunya, bagaimana caranya mengendalikan internal dan eksternal dirinya, mengapa memilih jalannya saat ini, kemana tujuannya, kapan berhenti dan kapan berjalan kembali, dsb. Semua itu, perlu kita pertanyakan kepada diri sendiri - kita perjelas kembali, bukan agar semua yang kita lakukan tidak sia-sia, tetapi supaya kita bisa memanfaatkan apa yang Allah titipkan kepada kita dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada lagi hal yang perlu menyita fokus kita selain untuk meningkatkan diri lebih baik lagi, bertumbuh semakin subur dan baik, serta tepat sasaran dan tujuan yang diharapkan untuk jangka pendek atau jangka panjang. Meski hidup ini kadang kita biarkan mengalir, let it flow, tapi tidak selalu kita pasrah terhadap arus. Lagi-lagi, kita diberi modal oleh Allah untuk berpikir dan merasakan, gunakan untuk mencari dan memahami semua kejadian yang dialami kemudian ambil langkah dengan yakin, jangan lupa meminta petunjuk dariNya.

Semoga setelah tulisan ini, ada tulisan lain yang bisa lebih membawa manfaat bagi banyak orang. Bismillah, bersabar menanti hadirnya tantangan dan pengalaman baru.

Semangat semua!
Terima kasih sudah membaca.

Salam hangat,
Lisnadya.

Komentar

Postingan Populer