Maafkan Aku, Bu. Aku Telat!

Memangkas waktu yang tak sebentar.
Melewati banyak sekali hal-hal yang sebelumnya tak pernah diketahui. Hanya mendengar dari sana-sini sesuatu yang tak pasti. Menyadari bahwa ini satu-satunya jalan yang tidak bisa dihindari. Berusaha untuk menghadapi kenyataan yang dalam ekspektasi begitu menyeramkan dan kenyataannya memang sangat menyusahkan. Meski perlu diakui lagi, bahwa semua sudah menjadi kehendak Ilahi.

Malam itu...
Malam setelah aku melewati 4 bulan lamanya; berkutik dengan sesuatu yang sesungguhnya tak ku inginkan tetapi harus ku hadapi. Apapun rasanya, bagaimanapun prosesnya, aku harus tetap menyelesaikan apa yang sudah menjadi pilihanku di awal. Sebab tak kuasa atas kesulitan yang diberikanNya; ya aku menganggap semua ini sudah menjadi kehendakNya. Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kata lemah, akhirnya air mata itu jatuh, deras, membasahi seluruh permukaan wajah. Hanya bisa diam, karena INGIN TERLIHAT KUAT, INGIN TERLIHAT TIDAK TERJADI APA-APA, INGIN TERLIHAT SEMUA YANG KU JALANI LANCAR-LANCAR SAJA.

Tapi kenyataannya, tidak.

Malam itu...
Terus mencoba untuk menguatkan diri, sendiri. Berbicara kepada diri sendiri, "Ayolah! Kamu kuat! Kamu bisa!"
Sudah berkali-kali berkompromi dengan diri, tapi sangat sesak jika semua tidak dicurahkan kepada tokoh utama yang menjadi alasan empunya rasa menjadi tak mampu mengendalikan kesedihan. Ada beberapa kata yang harus diungkapkan. Tokoh utama itu adalah IBU.

Malam itu...
Meski masih mencoba beberapa jam, tapi tetap kesedihan, kegelisahan, rasa bersalah, semua menjadi satu. Menggumpal, menyesakkan dada. Ingin sekali, mendekati Ibu. Mengungkapkan apa yang beberapa bulan ini terjadi, mencurahkan segala rasa, dan ingin mengobati segala resah dengan petuah-petuah Ibu. Tidak tahan lagi untuk memendamnya sendiri. Karena, Ibu yang selama ini membuka banyak kesempatan kepada anak-anaknya yang ingin sekali merengek atas kesulitannya berjalan sendiri menghadapi rintangan kehidupan. Ibu yang selalu menjadi rumah dalam bentuk pelukan, ibu yang selalu mendengar tanpa menghakimi, ibu yang selalu menyuguhkan manisnya secangkir petuah. Ibu...

"Maafkan aku, Bu! Aku telat!"

Maaf Bu...
Kata itu, yang aku ucapkan kepada Ibuku. Aku merasa bersalah karena tidak bisa menepati ucapanku sendiri padanya. Aku sudah banyak menyusahkan Ibu. Dan aku menjadi begitu lemah ketika belum mengutarakan permintaan maaf kepada Ibu. Sangat sedih. Sangat amat sedih; Ibu harus mengeluarkan uang lagi untuk satu semesterku menyelesaikan tugas akhir, yang kita kenal dengan nama SKRIPSI.

Bukan...
Bukan karena aku malu, bukan karena aku merasa kalah, bukan karena aku merasa bodoh dalam hal ini. Atau aku minder karena seharusnya aku selesai tahun ini, tetapi kenyataannya belum selesai. Bukan hal-hal yang seperti ini. Aku bahkan tidak peduli. Semua sudah menjad jalan takdir masing-masing. Setiap manusia memiliki proses bertumbuhnya sendiri dan tidak ada yang sama. Kalaupun sama, tentu masalahnya akan berbeda-beda. Allah sudah menyediakan sesuai porsi masing-masing dari kita.

Mungkin...
Apapun yang sudah kita jalani, menjadi tempaan bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih kuat lagi. Meski kekuatan dari dalam diri itu semua tak lepas dari kekuatan dari Allah. Atau menjadi pengingat bagi diri kita; tentang kesalahan-kesalahan yang seringkali kita lakukan kemudian kita abaikan. Ada banyak sekali kemungkinan yang menjadikan masalah-masalah ini diberikan kepada kita. Tapi satu yang cukup untuk membuat kita sadar, kemudian menerima; adalah Allah yang tidak akan memberikan ujian dan cobaan di luar batas kemampuan hambaNya.

Seharusnya...
Aku lulus tahun ini. Itu kan yang kita inginkan? Tepat waktu. Kita merencanakannya, berekspektasi, dan terus memupuk harapan sehingga bertambah subur ia. Padahal, kehendak Allah lebih mutlak dari apapun yang kita usahakan. Meski tidak bisa dipungkiri juga, bahwa kita sudah sekuat tenaga mengusahakan apa yang menjadi tujuan kita. Sekeras apapun, senekat apapun, dan setidak masuk akal apapun; jika Allah menginginkan sesuatu pada kita, entah itu agar kita lebih sabar, lebih lebih sabar, lebih lebih lebih sabar lagi, atau Allah ingin kita menangis dan terus merengek kepadaNya sehingga kita lebih dekat lagi denganNya menjalani segala macam apapun problema kehidupan dengan ketaqwaan yang lebih mendalam, lebih besar, dan lebih banyak dari sebelum mendapatkan masalah.

Oya, kata Ibu, "Tidak apa-apa. Jangan berhenti!"
Setelah mendengar jawaban Ibu, hatiku semakin lapang, semakin percaya bahwa aku bisa melanjutkan semua ini lagi dengan restu Ibu dan semangat yang baru. Tangisanku berhenti sampai pada kalimat, 

"Man shobaro zhofiro; barang siapa yang bersabar maka ia beruntung."
Meski kesedihan atas satu masalah pada skripsi belum usai.
Tetapi Allah tetap memberikan hal lain yang menjadi harapanku. Satu per satu semua terwujud meski tidak seberapa. Aku pun tetap bisa melakukan apa yang menjadi hajatku. Aku tetap bisa memberi kepada orang-orang terdekat apapun yang bisa ku berikan, sehingga aku merasa benar-benar masih hidup karena bisa bermanfaat dan merasa beruntung dengan hal tersebut.

Allah tidak pernah memberikan skenario cerita tanpa hikmah.
Sekecil apapun kejadian; pahit atau manis. Semua pasti bisa kita petik banyak sekali makna, jika kita mau berpikir dan terus menelusuri jalan takdir yang Dia berikan kepada kita. Dengan cara? Terus mendekat kepadaNya, apapun keadaan kita.

Akhirnya...
Karena sudah di rasa ikhtiar tidak setengah-setengah tapi kenyataan tetap membawa kita untuk berjuang lagi lebih keras. Nikmati saja, telan saja. Apa lagi yang bisa kita lakukan? Ridho pada segala keadaan yang sudah menjadi kehendakNya. Bukan sekedar, ah ya sudahlah mau bagaimana lagi, tanpa makna. Tapi qadarullah, Alhamdulillah Allah masih ingin memberikan sesuatu yang pastinya leeebih baik karena keterlambatan ini. Allah masih ingin kita belajar. Bukan, bukan hanya belajar untuk mengerjakan skripsinya. Tapi belajar makna dalam fase kehidupan dengan lebih mendalam, deep. Supaya kelak ketika terjun dan menghadapi fase kehidupan yang berikutnya, kita gak kaget. Karena sudah ditempa lebih lama. InsyaaAllah...

Stay positive!
Allah always give you more than you need,
because Allah know everything more than you know.

InsyaaAllah, penerimaan atas nama Allah adalah penerimaan yang paling baik untuk diri kita.

Thanks for reading :)

Komentar

Postingan Populer