Berani Mencoba Meraih Peluang! #BeautyEntrepreneur

Bismillah...


Segala bentuk ujian dan cobaan memang akan terus silih berganti. Selama kita masih hidup keduanya seperti teman dalam perjalanan. Lika-liku hidup ini memang banyak lakunya, karena kalau tidak, artinya kita sudah mati. Bukan mati raga, tapi matilah jiwa kita. Perjalanan hidup akan membawa kita pada banyak hal yang tentu belum kita ketahui, sebab kita akan mengetahuinya setelah mengalami lagi dan kemungkinannya kita akan bertemu dengan hal-hal yang kita telah lalui sebelumnya. Alhamdulillah, hidup 22 tahun sudah merasakan beberapa hal, belum banyak, tapi rasanya kalau diukur dengan banyak dan tidak ya tentu tidak akan pernah banyak. Umur kita, siapa yang tahu? Maka selama nyawa masih dikandung badan, selama itulah kita akan terus merasa kurang. Fase-fase hidup akan silih berganti.


Cerita #dirumahaja
Selama pandemi COVID19 yang menuntut kita untuk tetap #dirumahaja semakin lama membuat aku pribadi semakin jenuh. Meski bisa digunakan sembari mengerjakan Tugas Akhir Perkuliahanku tapi tetap saja ada rasa yang tidak nyaman dalam diriku ketika harus terus-terusan memandangi laptop dan tidak memiliki tujuan yang cukup jelas. Kalau waktu digunakan untuk mengerjakan Tugas Akhir saja, rasanya ada yang sedang ku sia-sia. Apa itu? PELUANG.

Banyak sekali hal yang bisa aku mulai saat ini selain hanya menyelesaikan kewajiban akhirku sebagai mahasiswi. Selain belum tentu setelah aku meluluskan studiku dan mendapat gelar S.Ak, aku akan langsung mendapatkan pekerjaan. Dan aku juga perlu melatih diriku untuk mulai mandiri yang benar-benar mandiri. Merasakan kenikmatan dan ketidaknikmatan dalam mencari pundi-pundi rupiah. Ok, ini realistis! 

Baiklah. Rezeki memang selalu kita dapat, karena ya memang Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang tidak akan membiarkan kita begitu saja. Semua kebutuhan yang kita dapat setiap hari tanpa sama sekali kita minta, Allah tetap memberikan secara cuma-cuma. Tapi Allah memberi semua itu bukan berarti tanpa pelajaran. Segala rezeki, mulai dari kesehatan kita. Allah berikan dengan maksud; kita juga harus menggunakannya untuk kebermanfaatan. Entah kebermanfaatan apa yang ingin dilakukan, hakikatnya kita memang harus memenuhi kebutuhan psikologis kita untuk menjadi bermanfaat. Suatu waktu saya pernah membaca atau mungkin pernah menuliskannya juga di blog ini, bahwa jika kita tidak melakukan hal yang bermanfaat, yang benar-benar menggugah gairah kita untuk struggle, maka sangat rentan kegalauan melanda yang berujung jadi overthinking dan parahnya jadi frustasi.

Dari kesadaran atas semua itu, aku saat itu berusaha travelling ke dalam diri sendiri.
Menjelajah apa yang ingin aku tahu, ingin aku eksplor, dan ingin aku pelajari. Aku mulai menyelami samudra dalam jiwaku sendiri. Apa yang ingin aku lakukan? Dan apa yang tidak ingin aku lakukan?
Jawabannya luar biasa!

AKU HARUS PUNYA INCOME!

Hahaha, itu yang dikatakan olehku ke diriku sendiri. Aku harus punya pemasukan. Apakah yang dimaksud pemasukan itu hanya uang? Ternyata tidak, aku ingin mendapatkan hal-hal yang baru dan menantang, yang bisa memberikanku penuh dengan hal-hal positif, dan yang benar-benar membuatku menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aku masih sangat haus akan pengalaman hidup. Rasanya memang belum cukup terus sampai detik ini, maunya tambah-tambah terus. Akhirnya diriku mau speak up padaku. Bahwa yang diinginkannya sudah jelas. Nah, selanjutnya aku harus melatih diriku sendiri untuk yakin bahwa ini harus dilakukan.


Keyakinan itu tidak bercampur dengan keraguan
Berusaha untuk yakin adalah modal awal. Yakin bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang tidak akan pernah membuat segala ikhtiar kita seakan sia-sia. Dan keyakinan seperti itu adalah aliran dari niat yang benar. Maka dalam melakukan beberapa hal, luruskan niat karena Allah. Aku pun masih selalu berusaha untuk seperti itu, karena kadang sebagai manusia biasa kita juga bisa tergiyur oleh gemerlap dunia yang membuat kita benar-benar lupa diri.

Setelah yakin maka harus siap dengan risiko. Sadar bahwa apapun pilihan yang kita pilih dengan keyakinan itu, sudah pasti ada risiko-risiko yang juga harus kita hadapi. Maka kesadaran itulah yang membuat diriku semakin berani. Aku merasa sangat mengenali diriku sendiri, tahu apa yang diinginkan dan tidak diinginkannya. Keberanian itu terus memenuhi jiwa-jiwa mudaku. Dan ketakutan yang ada dalam diriku ku minta untuk pergi dan jangan kembali. Selamat datang kembali, jiwa idealis!!!


Welcome My Brave, Good Bye My Fear
Awalnya memang hanya mencoba. Apakah keberanian ini benar-benar nyata? Ternyata NYATA. Aku tidak sedang bermimpi saat memulai sesuatu yang sudah sering ku dengar tapi baru ku lakukan. Aku berani untuk segera memulai, tanpa mempedulikan babibubebo-nya ketakutan yang justru takut dengan semangatku yang membara, karena berani mencoba.

Ya begitulah. Sebenarnya keberanian atau ketakutan kita, hanya kita sendiri yang mampu mengendalikannya. Kita memberi ruang pada siapa di antara keduanya. Dan kali ini aku sudah cukup jengkel dengan ketakutan-ketakutan yang justru membuatku merasa semakin rapuh. Jiwaku memberontak dan bahkan ingin membunuh ketakutan itu sendiri.

Dulu banyak sekali membuat planning, yang harus sesuai sama keinginan. Tiap waktu mikir supaya semua tampak sempurna. Kemudian kalau semua sudah siap, baru DO! Padahal di situ masih ada banyak keraguan, takut begini, takut begitu, atau alah nanti aja deh masih ada waktu. Dan nyatanya, itu semuuuaaa membuatku merasa rugi. Waktu terus berputar, kita masih didekap oleh ketakutan, tidak segera melepasnya atau mengusirnya jauh-jauh, dan sok-sokan bikin PLANNING. Dasar aku yang dulu!

Sekarang, sudah sadar kalau mau A, mau B, mau C, ya let's do now!
Melatih diri untuk berani, tanggap, dan siap. ((BTW, mau jadi militer apa gimana?)) :D


Berani Memulai untuk Menjadi Seorang Businesswoman @oriflame.id
Setelah melewati proses di atas, yang aku lakukan adalah segera memulai untuk meraih sebuah peluang. Sebenarnya banyak aja sih, peluang untuk mendapatkan income. Aku yakin banyak sekali hal-hal yang bisa dilakukan, asal kita mau, dan konsisten. Tapi kali ini, aku tidak akan asal memilih lagi.

Berani memulai meraih peluang di Oriflame, adalah sebuah kemunafikkan yang sudah tak bisa ku munafikkan lagi, karena dulu aku begitu ogah-ogahan mencoba bisnis yang satu ini. Bahkan saat beberapa minggu join, aku masih mengutuki bisnis ini. Aku tulis juga lho di blog ini. Tapi setelah aku melewati banyak sekali hal, mendapat banyak sekali insight positive dari para Senior Manager, akhirnya aku sadar tentang sesuatu hal. Pada intinya, kita semua tidak bisa instan mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita. Dan saat ini, aku benar-benar merasakan banyak kenikmatan. Ya, kenikmatan dalam berproses. Bukan hanya kenikmatan pada hasil.

Apakah Oriflame hanya mengajarkan hal-hal seperti itu? Tentu saja, lebih banyak dari itu.
Tunggu cerita selanjutnya ya!

Komentar

Postingan Populer