Ada COVID-19 Saat Proses Skripsi... (Ga cakeeep!)

Bismillah...

Beberapa waktu terakhir dunia terasa sepi tetapi juga ramai. Seperti diguyur air bah yang membuat semua orang berteriak, kemudian senyap karena semua orang tenggelam. Ada satu penyebab kecil yang menjadikan semua begitu nampak besar. Dunia sedang sakit, katanya. Tapi kataku, dunia sudah cukup banyak dan sering tersakiti sejak manusia semakin menggunakan otaknya dengan baik tetapi tidak dengan ambisinya. Ketamakan.

Kita tidak pernah bisa menerka apa yang akan terjadi. Terlebih sebagai manusia biasa yang menjalani hidup cukup nyaman di Kota yang jauh dari persaingan rakus para petinggi negeri atau pebisnis entitas raksasa. Kita hanya tahu bahwa besok bangun pergi beraktivitas dengan nyaman (meski masih banyak malas-malasan). Tidak ada pertarungan apapun selain sama-sama ingin bersaing dalam penampilan yang fashionable agar terlihat 'wah' ketika berada di luar rumah. Atau sekadar julid ngalor-ngidul untuk menghabiskan waktu nganggur. Atau mencari tempat yang cukup instagramable asal sesuai dengan kantong dan memesan beberapa minuman yang sekiranya dapat menjadi penyembuh dahaga sembari (lagi-lagi) julid ngalor-ngidul, sambatan, dsb.

Dan sekarang, kita sedang menghadapi keadaan yang cukup pelik. Entah itu karena para 'bedebah' itu, atau karena hukuman atas dosa-dosa kita sendiri. Tapi bukan itu persoalannya, sebab daripada menyalahkan semua keadaan yang tidak pernah kita sangka sebelumnya lebih baik kita mempersiapkan diri kita sendiri. Ya kita justru harus lebih fokus terhadap diri kita sendiri untuk menghadapi kenyataan saat ini.

COVID-19 (Coronavirus Disease 19)

Sebuah makhluk yang membuat dunia mendadak geger. I won't give a sh*t about it. Tapi ternyata virus ini mampu menghambat segala aktivitas perduniawian. Ku kira hanya manusia di negara asal si virus yang akan mengecap pahit getir dampaknya. Akhirnya semua harus merasakan dampaknya. Aku semakin membenci sekali negara itu, meski kenyataannya tidak berguna sama sekali jika aku membencinya - sekuat tenaga. Sial!

Aku tidak akan membahas seputar virus ini. Bodoamat. Dia hanya makhluk yang tidak dapat dilihat kasat mata. Dia hanya makhluk sialan yang entah bagaimana caranya dia bisa datang di dunia ini. Astaghfirullah~ tentu saja dia juga tetap ciptaan Allah. Apapun kenyataannya, dia ada karena Allah menghendakinya, 'kan? Memang itu yang pertama perlu disadari, bahwa virus ini ada karena Allah menciptakannya. Virus ini begitu membuat berantakan segalanya karena Allah yang menghendakinya. Dan virus ini dihadirkan oleh Allah di sekitar kita bukan tanpa maksud dan tujuan, tentu ada banyak sekali hikmah yang perlu kita sadari.

Yang kedua, adanya virus ini di dunia kemudian membuat lumpuh segala aktivitas semestinya tidak membuat kita juga lumpuh. Ntah, itu lockdown, social distancing, self-carantine, etc. Semua itu perlu dilakukan untuk, katakanlah, kebaikan kita semua. Memang beberapa rencana yang sudah kita susun sedemikian epic-nya akan terhambat karena hal-hal tersebut. Akan tetapi ada banyak waktu kita saat harus diminta untuk #dirumahaja untuk lebih mematangkan semua rencana yang sudah disusun, menyiapkan beberapa amunisi yang digunakan untuk kembali berperang di kehidupan luar setelah semua kembali normal. Bukannya, digunakan untuk sambat apa lagi menyerah. Apa lagi sampai gak mau mikirin lagi. Janganlah begitu, kita ini semakin besar ujiannya, semakin andalan juga sebenarnya kekuatan kita untuk menghadapi si ujian. Kita dipercaya oleh Allah bahwa kita masih bisa menghadapi semua ini.

Dan yang terakhir, jangan pernah meremeh-temehkan apapun. We know, meski dengan cara yang berbeda, death comes to all of us. It must! Tapi bukan berarti kita enjoy dengan tetap beraktivitas kemanapun yang kita mau, melakukan apapun yang kita mau, dan menghiraukan beberapa himbauan dan aturan yang sudah disampaikan oleh para pakar. Atau yang lebih menggelitik lagi, kita gak mungkin hanya menjawab, "Kita tidak boleh takut hanya dengan virus, kita harusnya lebih takut kepada Allah", "Jika kita mati karena corona, ya sudah itu memang takdir kita". Jangan seperti aliran jabriyyah, kalau kata Ustadz Akmal Syafril, menurut aliran jabriyyah; manusia hanya bersikap pasif dan mengikuti saja apa kehendak Allah SWT atas dirinya. Padahal ulama sudah ijma' (sepakat) bahwa jabriyyah adalah pemikiran sesat. Ustadz Akmal juga menambahkan, bahwa memang manusia harus takut kepada Allah SWT, namun itu bukan berarti dia harus hidup tanpa perhitungan dan menantang setiap bahaya. Di titik ini, Kita perlu berpikir; bukankah tubuh ini juga amanah dari Allah SWT? Kalau ia dibiarkan rusak begitu saja, alias tidak dijaga dan dirawat, bagaimana kelak kita akan mempertanggung jawabkannya?

Jangan benturkan ikhtiar dengan tawakkal. Disebut tawakkal kalau sudah ikhtiar. Kalau tidak ada ikhtiar namanya sembrono.

Cara-cara ikhtiarnya tentu teman-teman barangkali sudah lebih handal daripada sayeee. Yang penting tetap patuhi saja apa yang disampaikan oleh para pakar, terus jangan pernah meremehkan apapun di saat seperti ini, banyak-banyakin berdoa yee, emm,.. berpikir ini akhir zaman? iya memang benar, rasanya tak pernah ada yang mengatakan bahwa akhir zaman semakin menjauh.

Itu hanya sedikit saja untuk menyadari dulu tentang hal yang tidak bisa dianggap kecil. Ya, kita mesti sadari dulu apa yang sebenarnya sedang terjadi sehingga sesuatu yang terhambat karenanya bisa tetap diatur dengan baik, tidak terabaikan, dan harus yakin masih ada harapan untuk menjalankannya kembali setelah semua pulih.

Sebagai seorang mahasiswa/mahasiswi semester akhir. Tentu kondisi seperti ini merupakan sebuah ujian yang lumayan juga beratnya. Betul tidak? Apa lagi kalau bukan karena...

Tugas Akhir (Skripsi); di tengah Kasus Covid-19

Yosh!
Semua harus diliburkan; social distancing, self-isolation. Semua kegiatan harus diundur waktu pelaksanaannya. Semua kelihatan percuma karena kemarin semangat bgt-ngebut-gaspolll dan sekarang mandek. Sedih? Ya lumayan sedih. Rencana manusia memang kalah dengan kehendakNya. Dan kehendakNya, yang mau kita sukai atau tidak, kita harus tetap ridho, dengan begitu Dia akan ridho juga kepada kita. Tentu saja, perjalanan skripsi ini akan terhambat, kelulusan, wisuda, juga akan terlambat, tidak tepat pada waktunya. It's okay! 

Mari kita merenung sejenak, sebagai seorang mahasiswa/mahasiswi yang beradab dan cerdas...
Dengan kondisi seperti ini, kita mungkin diminta untuk lebih banyak-banyak membaca. Bukan hanya sekadar baca, sudah. Tapi membaca dengan mata dan pemahaman. Bahwa semua ini memang tidak bisa kita hindari. Berada di tingkat untuk menuju fase the real of life adalah hal yang tidak mudah. Tapi inilah waktu kita, inilah saatnya kita, inilah pijakan kita. Adapun di dalam perjalanannya ada banyak hambatan; ya memang itu kejutan yang Allah siapkan. Kita tidak bisa menyalahkan siapapun. Ini semua hadir karena sudah sepaket. Dan sialnya, kita tidak mampu untuk menolaknya.

Maka rasanya kamu seperti 'belum siap' ketika lebih banyak mengeluh dan ancang-ancang untuk berputus asa. Nah pertanyaannya, selama ini kamu ngapain aja? Apakah kamu tidak pernah bersiap-siap untuk kehidupan di depanmu? Bersiap-siap itu maksudnya; kita memang menjalani semua dengan sekuat tenaga, bahkan bisa dibilang sudah menjalani hal-hal yang dirasa berat dengan baik. Tapi sudahkah kamu memasrahkan itu semua? Menyadari bahwa sekuat apapun kita mengusahakan semua tetap harus dipasrahkan. Bukan hanya usaha saja atau hanya pasrah saja. Jangan merasa kamu berjuang paling keras, kemudian kecewa ketika kenyataan adalah bukan hal yang kamu mau.

Ok!
Emang pada dasarnya manusia itu memang suka mengeluh ketika apa yang diinginkan tidak sesuai dengan kemauannya. Kecuali, mereka yang melaksanakan sholat, dsb. Ada di QS Al-Ma'arij. Tidak bisa dipungkiri. Tapi kita juga harus memahami apa yang Allah firmankan. Apa gunanya Al-Qur'an kalau tidak untuk pedoman hidup kita. Maka, bukanlah thread twitter atau highlights igstory yang kita jadikan rujukan untuk menjalani hidup tapi Al-Qur'an lah. Wkwkwk. Udah dikit itu aja.

Lanjut...
Bagaimana pun keadaan, skripsi harus tetap dilanjutkan sampai selesai. Memangnya kamu bisa menghindar darinya? Gak mikir, gimana perjuangan orang yang sudah membiayai sampai fase skripsi ini? Gak tahu diri banget kamu kalau putus asa begitu saja. Meski dengan jerih payahmu sendiri, kamu benar-benar tidak tahu diri kepada dirimu sendiri. Pantesnya kamu nyebur aja ke laut. Eh nggak ding, maaf, maaf. Janganlah, kamu harus tetap semangat. Tunjukkan kepada dunia bahwa kamu tidak bisa diremehkan. Corona saja tidak mau diremehkan, masa kamu mau diremehkan? Selama social distancing masih berjalan, selama itu juga kamu harus tetap jalan mengerjakan skripsimu. Kan bisa tuh; banyakin baca jurnal, pahami lagi penulisanmu, pahami lagi bahasanmu, dsb. Jangan cuma nontonin orang-orang kuker di medsos terus kamu ikutan ke bawa arus sambil sambatan. Ini #ntms juga sich. Tapi ayo, aku mengajak kalian para pejuang skripsi untuk tetap semangat dan jangan mau kalah dengan kondisi yang di obrak-abrik sama Si Corona.

Last...
Kalau percaya sama Tuhan, maka akan percaya juga tentang konsep kematian itu pasti, dan ada takdir yang memang tidak bisa diubah. Kita hidup di dunia untuk diuji. Baik dengan kesulitan dan kebaikan. Yang penting usaha maksimal dengan cara yang baik dan benar, bagi diri sendiri dan orang lain. Ada hal-hal yang tidak bisa manusia hindari sekuat tenaga dan itu bukan di dalam kontrol diri, satu-satunya cara ya menerima.

Sekian.

Komentar

Postingan Populer