Sebuah Perspektif #2: Aku Salah Jurusan?!
Bismillahi...
Rasanya hari, bulan, dan tahun berjalan begitu cepat. Semua berputar tanpa kita sadari dengan jelas. Kemudian banyak hal yang kita lewati. Kecuali, kita; kemarin, sebelum saat ini, memilih untuk berdiam diri. Takut untuk bergerak, takut untuk keluar kamar, takut untuk bertemu orang di luar sana, dan ketakutan yang lain (yang sebenarnya kita ciptakan sendiri).
Rasanya hari, bulan, dan tahun berjalan begitu cepat. Semua berputar tanpa kita sadari dengan jelas. Kemudian banyak hal yang kita lewati. Kecuali, kita; kemarin, sebelum saat ini, memilih untuk berdiam diri. Takut untuk bergerak, takut untuk keluar kamar, takut untuk bertemu orang di luar sana, dan ketakutan yang lain (yang sebenarnya kita ciptakan sendiri).
Aku sempat mengalami hal yang tak pernah bisa ku
nalar sendiri sampai saat ini. Banyak sekali. Yang setelah ku pikir-pikir; oh,
semua itu ada muaranya. Untuk menuju muara tersebut, aku harus merasakan
rasanya jatuh, terbanting, terbentur, bahkan yang lebih parah aku ingin
menghabisi diriku sendiri. Menitik nol-kan diri. Off. Itu hal yang mengerikan,
membunuh jiwa sendiri. Sebab apa? Ada banyak hal, yang paling membekas adalah
aku pernah tidak memaafkan diriku sendiri. Aku membenci diriku sendiri.
Semua itu ku lewati dengan hal yang entah apa aku
menamainya. Sesadarku, aku seperti tidak melakukan apa-apa. Aku hanya ingat,
berada di titik lemah dan aku tidak melakukan apa-apa. Bahkan aku tidak berdaya
atas diriku sendiri. Dan seiring berjalannya waktu, semua itu bisa aku pahami.
Ya, kita bukanlah makhluk yang benar-benar memiliki independensi.
Kita tidak bisa 100% menggunakan istilah
berdikari. Kita bukan siapa-siapa, kita hanyalah manusia. Setelah aku memahami
semua itu, yang sekali lagi, entah, bagaimana aku bisa mengerti dan
memahaminya. Aku sadar, semua ini adalah ulah Sang Maha Perkasa. Ini semua
adalah kerjaan si Invisble Hand (julukan yang ku dapat dari
dosenku baru-baru ini).
Ini pelajaran pertama yang membawaku pada
pemahaman yang menyeluruh untuk kehidupan, aku hanya bisa mengambil intinya.
Dan sekali lagi, aku berpikir demikian bukan karena aku sendiri yang ingin
berpikir demikian. Ini juga karena Rahman dan Rahim Sang Maha Penolong. Dia
masih mencintaiku dan menyayangiku, Dia masih menyelamatkanku dengan
pemahaman-pemahaman itu, dan Dia masih mau membawaku untuk terus berada di
jalanNya.
Berawal dari pemahaman itu. Tidak lantas Dia
selalu memuluskan perjalanan hidupku. Justru aku semakin diberi banyak ujian
dan cobaan. Dia ingin tahu apakah aku benar-benar bisa merealisasikan pemahaman
yang di berikanNya padaku...
Baik. Dari semua pemahaman itu.
Ada secuil cerita dari perjalanan hidupku yang
tidak terlalu banyak atraksi. Dan sedikit cerita dari temanku yang cukup penuh
atraksi. Dia tidak mau disebutkan namanya, katanya kasih saja nama MILYHYA (aku
agak enggan dengan sebutan ini, ribet). Dari semua cerita yang akan kutuliskan,
mungkin kita belum bisa menuliskan pencapaian luar biasa secara fisik, sebab
kita sedang dalam proses menjalani apa yang kita sadari itu suatu kesalahan.
Tapi kita akan berhikmah dari cerita ini.
Beberapa waktu sebelumnya, aku menceritakan
sedikit tentang bagaimana aku bisa berlapang dada karena aku tidak bisa masuk
ke PTN yang aku harapkan; di twitter. Baiklah ini tentang pendidikan. Kesalahan
Indonesia yang cukup aku pahami, kenapa masih begini-begini saja bahkan semakin
menurun kalau kita ukur pakai -rating- Semoga tidak berlanjut ke yang lebih
rendah lagi.
Semua permasalahan di negara kita bermula dari pendidikan. Itulah
kenapa kita memang harus mengakui bahwa kita tertinggal jauh dari yang lain.
Mulai dari rendahnya pemerataan kesempatan belajar, rendahnya mutu akademik
(terutama sains), rendahnya efisiensi internal seperti masa studi yang terlalu
panjang sehingga melampaui standar, rendahnya efisiensi eksternal; sistem
pendidikan atau relevansi pendidikan, yang menyebabkan meningkatnya
pengangguran tenaga terdidik hingga moral pendidikan yang kian memprihatinkan
(begitu kata Ustadz Aan Chandra Thalib "Si Pengembara"). Ya, do'a
kita, semoga Indonesia lebih baik ke depannya.
Ok. Kembali ke PTN.
Beberapa twit-ku yang menjadi asal muasal semua
tulisan ini :
"Tahun 2018: Alhamdulillah saya mulai
berpikir dg baik mengenai value hidup. Dulu saya sangat mengidamkan untuk masuk
PTN dan ambil sastra, karena suka menulis, membaca, dsb. Tapi gagal. Semua
teman dekat berkuliah di PTN luar kota. Terlihat wah, memukau."
"Sy hanya menetap di kota kecil sy dan
kuliah di Uni Swasta, prodi Akuntansi. Nyeleweng dari harapan. Tp tidak minder
samsek. Seiring berjalan waktu, ternyata thn ini dg menetap di kota sendiri sy
lebih bisa pny kesempatan untuk lebih bermanfaat bagi orang sekitar."
"Banyak sekali tawaran untuk saya,
seperti mengajar privat, menjadi guru literasi di MI, dan yang paling tidak
saya sangka saya diminta menjadi guru mengaji teman sekelas saya. Saya memang
terlihat seperti mahasiswi Prodi PAI dibanding Akuntansi"
"Bersyukurnya thn ini bgt, sy bisa
mnyadari dg jelas bahwa kebahagian dalam menuntut ilmu adalah bukan mencari
yang tertinggi gedungnya, terjauh tempatnya, termewah fasilitasnya, dan
ternama. Tp kesungguhan dan semangat berkompetisi orang yg menuntut ilmu
tsb."
"Jadi berpikir juga ingin mencoba
membantu untuk menghidupkan akuntansi yang berbasis syariah ke depannya.
Sesederhana itu memang, tapi setidaknya ada nilai manfaatnya bagi mereka."
"Saya bersyukur meski menuntut ilmu di
kota saya sendiri, ilmu, tenaga, pikiran, dan lainnya yang saya miliki bisa
bermanfaat bagi orang lain yang ada di sekitar saya."
"Alhamdulillah, Allah selalu tahu apa
yang terbaik bagi hambaNya, bukan?..."
---
Setelah menulis itu, aku tidak menyangka saja ada
yang aware. Temanku sendiri.
Jadi, aku bikin Q&A gitu sama dia. Dia punya
pengalaman yang tak pernah kuduga juga sebelumnya. Ternyata setiap orang di
dunia ini memang memiliki kisahnya masing-masing, sesuai porsinya juga.
Q1: Apa rencanamu setelah lulus SMA dulu?
Jika kuliah, pengen dimana? Jika tidak kuliah, pengen ngapain?
A1: Pengennya lanjut sekolah kedinasan, You know
lah, auto jadi orang. Tapi gak semua juga sih wkwk.
//Baiklah awal yang sama. Tapi mindset ku lebih
ke bukan jadi orang wkwk. Tapi jadi ibu peri. Uwlallaa~
Canda.
Intinya, aku hanya bepikir bahwa aku masih ingin
menuntut ilmu lagi. Tanpa embel-embel lain. Aku masih ingin belajar. Itu saja.
Q2: Bagaimana perjuanganmu di tahap
pencarian Universitas?
A2: (Siap-siap, karena jawabannya hampir seperti
cerpen)
Sejak SMP mulai kepo tentang jurusan kuliah, tapi
pada saat itu otak ku gak nyampe buat
mikir sampai situ.
Lanjut SMA, mulai ada sosialisasi perkuliahan.
Tapi masih juga gak nyampe. Ini jurusan besoknya mau jadi apa, prospeknya kayak
gimana bla bla bla, penuh tanda tanya.
Dan pada saat kelas 12 ada sosialisasi dari salah
satu sekolah kedinasan di Indonesia, STAN. Mas-mas dari STAN tsb menjelaskan
dengan rinci mulai dari cara masuk STAN, prospek kerja setelah wisuda, sampai
gaji. Dan dari situlah aku mulai tertarik dengan sekolah kedinasan yang satu
ini.
Singkat cerita, di salah satu SMA Ponorogo
mengadakan Try Out STAN, yaudah auto ikut ya itung-itung nyari pengalaman baru,
suasana baru, ilmu baru. Dan OH GINI TO RASANYA wkwkwkkwk.
Selanjutnya dapat kabar kalo di Ponorogo itu
sendiri ada bimbel yang khusus STAN. Kepoin dulu dari daftarnya berapa,
kelasnya ada berapa, sekelas orangnya berapa, masuknya kapan aja. Dan
singkatnya aku ngambil yang kelas...apa ya aku lupa.
Pokoknya kelas itu cuma ada 5 orang. Beda sama
kelas satunya lagi, yang isinya 20an orang. Ya tanpa pikir panjang langsung
bilang sama ortu mau daftar situ, ngambil kelas itu dengan alasan biar bisa
fokus (tapi mahal juga sih bayarnya, sekitar harga PlayStation 2 pada tahun
2009). Karena dulu pernah sih, ikut (-ikutan) bimbel mapel biasa pas SMP yang
isinya 20an orang. Dan itu menurut aing ZONK! Gak tau juga menurut orang lain
:v
Lanjut cerita, kelas itu tadi ada 3 kelas, A-B-C. Dan aku dapat yang C. First impression kaget lah, orang sekelas cuma aku yang laki-laki. Oiya kelas C ada 6 orang. 4 orang dari SMA 1, 1 dari MAN 2 (akselerasi) and me.
Bimbingan cuma 6 bulan aja, lanjut daftar. Aku ambil di Malang, lanjut tes, and finally masih ZONK!
Kecewa, pasti. Tapi dari sudut pandang lain aku
mulai mencari-cari kesalahan kekuranganku dimana. And pada akhirnya harus
mengikhlaskan :)
Goodbye kedinasan!
Lanjut, daftar di API Madiun (Akademi Perkereta Apian) lagi-lagi ZONK!
WTH God, whats wrong with me?!
Daftar lagi di MMTC Yogyakarta.
Minta izin ke ortu, eh malah ditanyain begini,
"Itu besok kerjanya mau jadi apa?
Syuting-syuting berita gitu?!" (Dan kayaknya doi agak kurang setuju gitu.
Disisi lain aku tetep ngeyel pengen daftar situ, cause aku lebih suka dengan
hal-hal videograper gitu)
Sebelum daftar, bayar administrasi dulu via bank
B**.
Daftar pertama ZONK! Why, karena teller ya salah
masukin nomor rekeningnya, fck!
Oke Rp. 150.000,- melayang gitu aja~
Daftar kedua, aku minjem uang kas sebesar Rp.
100.000,- dan okelah semua berjalan lancar.
Nah disini daftarnya On-Line. Dengan laptop butut
yang berprocessor intel core-i3 aku berani mendaftarkan diri. Tapi... terjadi
kejanggalan, laptopnya error entah kenapa pas upload bukti transfer gak bisa
dan itu pas hari terakhir, why god why?!
Dan pada akhirnya Rp. 300.000,- melayang~
Ini gak cerita ke ortu, takut dimarahi.
Disisi lain aku mengorbankan tes SBMPTN yang
dimana tesnya itu barengan sama tes MMTC Yogyakarta. And yes, aku gak ikut tes
dua-duanya. Lemes!
Sempet ditanya sama ortu kenapa gak ikut, tapi
aku diem wkwkwk.
Udah saringan SNMPTN gak lolos, tes sana sini gak
lolos juga, MANTUL PAK EKO!
Seiring berjalannya waktu si ibuk nawari, kalo
kuliah "disini" aja gimana?
Ya aku sih gpp, asal mau ngragati wkwk.
Dan yaudah daftar, disaranin masuk Ke jurusan
Akuntansi. (Lintas jurusan? SIAP AKMJ!)
Dan alhamdulillah udah smt 5 (saat tulisan ini
diketik)
//Ok. Mari ambil nafas terlebih dahulu. Lepaskan
perlahan~ Huffhh... Astaghfirullah :D
Membaca jawaban bagian ini aku sedikit emosional
dan greget. Sebelumnya, aku juga sudah pernah menuliskan bagaimana lika-liku ku
berjuang untuk PTN, bukan detailnya sih. Tapi beberapa pertimbangan yang aku
gunakan saat harus berbingung-bingung memilih Uni. Ada di tulisan ini, klik Tak Butuh Tips Untuk Memilih Universitas
Si MILYHYA benar-benar berjuang untuk apa yang
dia inginkan. Dengan penuh ambisi dan semangat yang membara. Tapi pada akhirnya
dia gagal, berkali-kali gagal. Kemudian dia sampai harus mencoba lagi dengan
tetap menggunakan ambisinya. Bahkan sampai mengabaikan ridho orang tua. Ini
salah memang, dan untuk hikmah bagi kita semua. Jangan sekali sok tatag, dengan
bekal ambisi saja.
Tapi mari kita akui, bahwa semangat pantang
menyerahnya patut kita apresiasi dengan pelukan berupa do'a : Semoga dia
terus bersemangat dan dilancarkan jalannya untuk menjalani dan menyelesaikan
apa yang sedang dia hadapi.
Bagaimana denganku?
Biasa saja sih.
Saat itu aku tetap pada pendirianku. Berusaha
untuk tidak jibeg memikirkan tentang Uni yang akan menjadi tempatku
menuntut ilmu. Yhaa~ biasa. Adanya apa sih, SNMPTN coba, SBMPTN coba juga.
Pokoknya saat itu aku memilih yang #antibiayabiayakleb.
Awalnya aku gayaan gak tanya siapa-siapa, hanya
Ibu dan Bapak semata yang kuajak berunding. Mereka memang dua insan madani yang
selalu ku puja setelah Rasulullah, muach. Jadi, aku tidak seperti temanku yang
lain. Mbuh nyapo aku mesti bedo dhewe. Yang lain sibuk bolak-balik ke
Guru BK. Sekolahku memang sangat memfasilitasi segala hal, termasuk Guru BK
yang mumpuni keahliannya mengatasi bocah-bocahnya. Ya, banyak yang curhat,
minta solusi, petuah, nasehat, dan informasi. Untungnya saja, anak-anak tidak
lantas berpikir syirik untuk meminta dibuatkan jimat kebal wirang atau kebal
kegagalan. Ya lah, kami Muhammadiyah #antisyiriksyirikkleb. Ga terima? Wkwk,
canda zhayang :*
Guru BK di sekolah juga sangat perhatian terhadap kami siswa/i kelas 12. Selalu seperti itu, setiap tahunnya. Alhamdulillah, good job!
Tapi aku malas, ruang BK selalu ramai. Sedangkan,
u know wht... aku paling risih dengan keramaian, kegaduhan, dan melihat
kebingungan yang terjadi pada banyak orang. And, ya, aku menghindari semua itu.
Ketika temanku bingung, wira-wiri, munyar-munyer, sambat. Aku hanya duduk santai di dekat jendela kelas sumber angin sepoi-sepoi sambil (seperti biasa) membaca buku. Atau aku hanya menyaksikan ekspresi mereka yang sedang biduh dan bahkan ada yang justru makin murung selepas bertemu guru BK. Aku hanya, ya flat, sambil berdo'a, kurang lebih seperti ini,
Ya Allah aku memilih bersikap
seperti ini dan tolong berikanlah hambaMu petunjuk pada setiap langkahnya. Dan
bukan karena nafsuku untuk memiliki hal yang di mata manusia pasti akan baik.
Namun, di matamu aku tidak tahu, baik atau tidak baik. Aku hanya bergantung
padaMu.
Kurang lebih aku berdo'a seperti itu selama
beberapa minggu/bulan aku melihat teman-temanku bingung. Dan aku sendiri yang
tidak terlalu bingung. Wkwk. Bukan aku sendiri juga sih. Ada sekitar tiga teman
yang sepertiku, ya siapa lagi, mereka yang satu kajian denganku. Teman-teman
surga, insyaaAllaah, aamiin. Kita berusaha untuk tidak terbawa arus globalisasi
yang cukup liberal wkwk apasih!
Setelah mulai SNMPTN tanpa konseling ke guru. Aku
mulai mendaftar dengan bismillah. Pokoknya aku memilih yang ingin kupilih,
bukan memilih pilihan yang dibuat agar terpilih. Paham ga? Ya, gitulah pokoke.
Singkatnya saja, finally. Aku gagal. It's ok.
Lanjut lagi, SBMPTN. Ini pengalaman yang paling
bikin aku nyesek. Walaupun bapak dan ibu tetap saja berkata tidak apa-apa. Tapi
aku sangat membenci, kenapa aku pakai ikutan SBMPTN segala. Waktu itu kedua
orang tuaku mengantar dan aku sangat bersemangat. Ya, meski kenyataannya aku
sempat tertidur saat mengerjakan soal sbm. Asli, mataku koyo di pulut e--
Maklum, kemarin malamnya kami tidak bisa tidur nyaman, cari hotel habis semua,
mau cari yang lain kebingungan karena macet banget Malang. Oya aku di Malang
tesnya. Akhirnya berhenti di pinggir jalan, dan ya tidur dengan keadaan
seadanya. Gak nyenyak. Tidur ayam. Paginya, saat tes, ngiiiantuk...
Saat mengerjakan pun, aku juga pusing. Gakuat
ya Allah, iki soal opo!
Mataku yang sudah mblereng tambah mblereng lagi.
Aku pengen keluar dari kelas tapi kok kesannya seperti mundur dari medan
perang. Gak mau aku, i'm not loser! Gimanapun keadaanku aku harus kuat
sampai waktunya habis dan boleh keluar. Ok, aku tidur dengan pose yang gak ngetok-ngetoki.
Soalnya gimana? Aku menjawabnya beberapa menggunakan instingku yang bisa
dibanggakan. Dan sudah, hasilnya, gagal lagi. Lelucon hidup sudah ini semua.
Setelah gagal, apakah aku mencoba cara lain/?
Tidak. Aku tidak ingin lagi melakukan hal
yang terlalu banyak atraksi. Cukup. Aku sudah cukup lelah melihat keadaan
berdesakan dengan orang banyak, mengerjakan soal yang gak jelas jluntrungnya.
Kenapa? Apakah karena aku gagal kemudian aku putus asa? Tidak juga. Karena aku
sudah tidak punya feeling lagi. Aku juga tidak mau membuat ortu terlalu mikir,
keluar uang, dan harus ngurus yang lainnya. Ini terlalu rumit, coy. Sekali
lagi, aku tetap harus menyadari adikku ada tiga, rupa-rupa warnanya. Aku tidak
mau egois. Jadi ku lawan saja ego-ku untuk masuk PTN. Melawan ambisiku.
Menggeser semangatku ke hal lain. Mengubur dalam-dalam semua itu, sembari
meminta petunjuk selanjutnya ke Allaah.
Bapak dan Ibu memberiku banyak sekali nasehat.
Sampai aku bisa mengubah perspektifku. Dan sampai aku bisa menemukan value ku
mengenai pendidikan, mengenai menuntut ilmu yang baik dan benar. Ortu tidak
menyalahkan, bahkan mengembalikan semua padaku. Akhirnya, aku memilih Uni yang
sekarang. Swasta. Di dalam Kota ku sendiri. Ok, aku harus menetap di Kota
kelahiranku kembali. Jurusan Akuntansi. Ya aku menimbang jurusan ini yang
sekiranya paling bisa digunakan dimana saja, bisa masuk ke tempat apa saja, dan
intinya jurusan ini lulusannya ya cukup dibutuhkanlah untuk ummat.
Meski aku sendiri harus mengawalinya dari
uuuawal. Aku harus perkenalan dulu. Gak apa-apa, sekali lagi, aku bisa berpikir
dengan baik tentang semua ini. Alhamdulillah, Allaah menuntunku. Bismillah,
kesalahan atau bukan kesalahan, ini tetap jadi jalan ninjaku.
Q3: Adakah kesulitan atau masalah saat kamu
mencari Universitas? Sebutkan!
A3: Ada. Sejak SMA aku merasa buta jurusan.
Terlebih aku orangnya gak mau tahu sama begituan, cuma berpatok sama sekolah
kedinasan saja pada saat itu. Dari pihak BK, aku rasa juga kurang memberikan
sosialisasi terhadap PTN/PTS di Indonesia. Mereka (BK) cuma memberikan
sosialisasi terhadap Universitas yang murid-murid di sekolahku banyak ketrima
lewat jalur SNMnya. Jadi, masalah proker kedepannya mau ngambil jurusan apa,
kerjanya apa itu sedikit menjelaskannya, jadi males. Dan disisi lain, aku juga
males nyari-nyari info tentang dunia perkuliahan. Beda sama zaman sekarang,
semua serba instagram. Hmm.
//Kalau aku sih gak. Masalahnya hanya aku tidak
mau mengambil resiko yang mungkin lebih besar. Hanya itu. Aku bisa disebut
kurang sungguh-sungguh oleh orang lain. Tapi aku punya alasan yang serius
kenapa aku memilih jalan seperti ini. Jadi, tidak semudah kau mengomentari
semua ini, Guguk!
Q4: Apa jurusan yang paling kamu minati? Dan kamu
ingin berada di sana.
A4: Seputar videograper. Kalau di kampus saat ini
itu ILKOM. Kan ILKOM dibagi menjadi beberapa konsentrasi gitu, salah satunya
ada yang tentang video-video gitu. Alasannya ya passion aja. Lebih nyaman
pokoknya.
//Kalau aku sih, tahu sendiri ya. Awalnya pengen
banget kuliah sesuai passion, tapi sekarang lebih paham aja passion-ku harus kuarahkan
kemana. Pengertian dan pemahaman itu muncul dari kegagalan yang sering kualami
juga.
Q5: Bagaimana perasaanmu setelah mendapatkan
Universitas? Sesuai atau tidak dengan keinginanmu. Berikan alasan!
A5: Seneng sih, nih aing dah mahasiswa woy!! Tapi
disisi lain ya agak gimana gitu, dari saudara, tetangga, temen banyak
dipaidonya, ngapain kuliah disini bla bla bla, sampek waleh aku. Auto minder.
//Sama aku juga seneng wkwk. Tapi di sisi lain
aku juga kadang merasa kurang berwawasan luas, ngerasa berada di wadah yang
sempit. Tapi it's ok, everything will be change. Dan untuk omongan orang lain.
Alhamdulillah nya, entahlah semua ini emang atas kendali Allaah. Tbh, belum ada
yang secara langsung ngomong atau bertanya kenapa aku kuliah di sini gak di
sana aja. Belum ada samsek.
Cuma aku sering dicurhatin teman yang justru
dapat judge dan bla bla bla itu. Atau bahkan ada juga yang terkesan
merendahkan. Sering banget dapat cerita semacam itu. Tapi aku sendirinya belum
pernah ngalamin yang sampai begitu, sampai menggores hati yang menjadikannya
terluqa~
Kalaupun ada, mungkin sikap yang akan ku ambil
adalah aku akan semakin merendah. Mungkin dengan menjawab, ya memang segitu
kemampuan saya, yang penting masih mau bersungguh-sungguh menuntut ilmu dan
berkompetisi dengan yang lain.
Menurutku, orang-orang yang berkomentar, maido,
atau apalah, mereka hanya menginginkan ekspektasi tingginya terpuaskan. Tentang
hal yang memukau dan berkilau, ataupun ternama sejagat raya. Kemudian
memberikan pujian. Mereka tidak mau tahu apa makna perjuangan dan bagaimana
mengatasi kegagalan. Mereka gak mikir gitu. Percayalah, mereka gak mikir saat
mau ngomong. Atau kemungkinan yang lain, mereka cuma berniat mau ngebandingin
orang terdekatnya dengan kita, anaknya mungkin yang wow dan kita b ae. It's ok.
Silahkan sudah, lu mau besarin kepala, mulut, dan dada, bodo amat. Kapasitas
cara berpikir kita dengan mereka, maybe so far!
Q6: Bagaimana sikapmu saat di Universitas tidak
ada jurusan yang kamu minati?
A6: I feel sad. Cukup!
//Lha piye neh ~
Kita gagal untuk mendapat jurusan yang kita
inginkan. Maka, mari kita ciptakan jurusan kita sendiri untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik ke depan. Apa lagi? Sebenarnya, yang kita butuhkan
adalah persiapan kita, kemampuan juga pemahaman kita yang akan kita gunakan
untuk menjalani hidup ke depannya kan? Jurusan? Menentukan banget emang?
Xixi~
So, enough. La Tahzan! Innallaha ma ana.
Q7: Apakah kamu salah memilih jurusan?
A7: YES!
//Aku sendiri gak tahu apakah aku salah atau
benar dalam pemilihan jurusan ini. Aku dulu sih, anak IPA. Tapi aku juga gak
yang keberatan yang terlalu banget untuk mencoba hal baru. Meski ngeluh tapi
gerak aja terus. Yang jelas, tidak ada jurusan/prodi yang mudah untuk di
jalani, Sayang. Semua menuntut kita untuk keluarkan tenaga, pikiran, dan uang.
Oya, dan juga kesungguhan. Jadi buat kalian yang bingung dan merasa salah.
Sudahlah, jangan gitu terus ah...
Q8: Bagaimana kamu menyikapi saat kamu menyadari
bahwa kamu salah jurusan?
A8: Awalnya pesimis. Tapi yaudahlah ya, udah smt
5 mau gimana lagi, gamau ribet daftar lagi, wira-wiri lagi, mikir lagi, keluar
duit lagi. Jalani dengan ikhlas saja.
//Alhamdulillah. Gak sampai pesimis sih aku. Cuma
mikir simpel. Dimanapun tempatku menuntut ilmu di situlah ridho Allaah berada.
Maka seharusnya kita semua bersemangat untuk segera menyelesaikannya dengan
baik. Setidaknya tidak mengecewakan dihadapan orang tua yang sudah membiayai.
Jangan sampai mereka terluka batinnya, atau merasa nelangsa melihat kita yang
seenaknya sendiri padahal sudah dimengerti oleh orang tua.
Q9: Apa rencanamu setelah menyadari bahwa tidak
mudah menjalani kesalahan memilih jurusan?
A9: Lebih digenjot lagi semangat kuliahnya,
belajarnya. Pokoknya jangan kasih kendor.
//Ya apa lagi kalau bukan begitu. Life like
riding bicycle, to keep ur balance u must keep moving. Moreover, u must also
more to -genjot semangatnya-
Dan tetap terus berusaha untuk sebisa mungkin
bermanfaat untuk orang di sekitar.
Q10: Apa yang kamu lakukan untuk menerima semua
yang sudah kamu jalani? (masih seputar salah jurusan)
A10: Mencoba mengikhlaskan apa yang telah
terlanjur terjadi. Toh, dibalik semua ini pasti ada hikmahnya.
//Jangan hanya mencoba ikhlas. Tapi ya ikhlaskan
sudah. Semua yang terjadi pasti ada sisi baiknya, akan terlahir hal baik,
InsyaaAllaah. Jika kita termasuk orang yang mau berpikir dan berhikmah. Allaah
boleh tidak ridho terhadap apa yang kita inginkan, tapi kita haruslah ridho
atas apa yang Allaah kehendaki. Allaah Mengetahui, sedangkan kamu tidak.
Q11: Apa passionmu?
A11: Seperti yang udah aku jelasin point diatas,
seputar videograper. Dan untuk saat ini ketambahan, photoshop, adobe
illustrator, dan main game.
//Ketahuan ya yang aku wawancara ini manusia
jenis apa, wkwk.
Untukku passion, yang jelas menulis. Semisal kamu
kasih tema, aku akan menuliskan sesuatu sesuai tema itu. Greget tapi kadang ya
sesuai mood. Aku moodyan orangnya wkwk. Untuk sementara ini, aku menulis ringan
saja di blog. Seperti saat ini. Yang belum bisa bikin greget mungkin karena
prodiku yang mengambil lebih banyak fokusku, aku harus memahami banyak hal
darinya. Jadi, masih sulit mau greget menerbitkan naskah jadi buku atas nama
diri sendiri. Ya semoga dengan adanya blog ini bisa memudahkan nantinya.
InsyaaAllaah, aku berusaha istiqomah nge-blog. Kali aja ada editor yang
ngelirik. Aamiin..
Q12: Bagaimana kamu merealisasikan passionmu?
A12: Untuk yang video itu, salah satu
merealisasikannya lewat tugas pada matkul smt 1 kemarin wkwkwk. You knowlah.
Untuk game, sempet bikin channel youtube, ikut turnament. Bahkan kepikiran
punya e-Sport sendiri, aamiin.
//Baguslah jika kita menyadari minat dan bakat
kita. Kemudian bergerak untuk merealisasikannya. Aku sempat mengobservasi,
buanyak sekali, entah itu laki-laki atau perempuan yang tidak mengerti mereka
punya passion apa dan mau ngapain enaknya kalau lagi nganggur. Gabut detected,
banget. Kayak sulit untuk mengenali diri sendiri gitu.
Sebenarnya semua orang pasti punya passion. Tapi
emang kadang tidak mau menggalinya lebih dalam. Ya, semoga yang belum menemukan
passionnya tidak lantas berdiam diri selamanya. Kita juga perlu atraksi untuk
tampil sebagai manusia yang berdaya di dunia ini dengan caranya masing-masing.
Q13: Adakah hal lain yang kamu khawatirkan
tentang masa depan? Semisal: bagaimana kamu menyelesaikan kuliahmu yang salah
memilih jurusan.
A13: Ada. Rasa takut akan kegagalan dengan alasan
salah jurusan itu pasti ada. Terlebih untuk masa depan. Ya gimana lagi kalo gak
dijalani dengan lebih baik, kalo cuma direnungi tanpa adanya tindakan untuk
perubahan ya sama aja jalan ditempat.
//Benar. Ketakutan dan kekhawatiran itu
sebenarnya ada karena kita kurang dalam penerimaan ikhlas keadaan yang ada.
Kita belum ikhlas barangkali. Sedangkan hidup di dunia ini sementara, tidak
lebih lama dari pohon besar di sampinh rumah. Semestinya kita menerima semua
kegagalan, dan yang penting juga tidak perlu terlalu memikirkan penerimaan
orang lain, sebab mereka juga hanya mengenal dan menilai kita sebentar saja.
Kemudian hilang sudah.
Penerimaan itu tidak ada maknanya sama sekali
jika dibandingkan dengan ketenangan hati. Dimana saat kita bisa menerima diri
sendiri, saat kita bisa lebih sibuk menata hidup kita agar memiliki akhir yang
lebih baik.
Q14: Apakah kamu siap atas segala resiko atas
keputusan yang kamu ambil? Apakah kamu mudah untuk ikhlas?
A14: Inshaa Allah selalu siap!
//Selain memilih atas pilihan di dalam hidup.
Kita juga harus punya tanggung jawab yang besar dalam keputusan yang sudah kita
ambil dan jalani. Dan tanggung jawab itu boleh jadi harus kita lakukan di luar
zona kita. Tidak ada urusannya dengan kita, tapi kita dipaksa untuk bertanggung
jawab. Maka peran ikhlas di sini sangat diperlukan. Maksudnya di sini, adalah
kita selalu siap atas resiko yang datang tak terduga dan meminta tanggung jawab
kita.
Q15: Bagaimana kamu membijaki kesalah itu?
A15: I don't know its happened. Kalau mungkin ini
takdir dari YME, yasudah ini memang yang terbaik. Aku selalu menyertakan
"selalu ada hikmahnya" dalam setiap kegagalanku.
//Dari mana, untuk apa, mau kemana? Barangkali,
boleh jadi, kesalahan itu bukan benar-benar kesalahan. Tapi pemaknaan lain.
Semisal jawaban dari, pertanyaan/kalimat pertama paragraf ini, Innalillahi
wa inna ilaihi ro'jiun. Jadi, intinya kita harus mengembalikan semua ke
Allaah. Maksudnya apa? Allaah menginginkan kita kembali mengingatnya. Bukan
hanya untuk kematian untuk mengucapkan kalimat itu. Gimana? Nyambung?
Q16: Apakah kamu punya value dalam hidup?
Sebutkan satu saja! Contoh: Aku menentukan keputusan dengan cara menimbang dari
sisi pengetahuan dan agamaku.
A16: LOGIC IS EVERYTHING dengan sedikit dicampur
dengan ilmu islam.
//Yang penting jangan sampai menuhankan
logikanya. Banyak yang keblinger. Bahaya.
Q17: Apa prinsip hidupmu dalam menjalani masa
depan?
A17: Always on of everything and don't forget to
Allah. Because "what u do and what u gave, its something that, u get
too"
//Membaca jawaban ini, aku teringat Novel Tere
Liye - Rembulan Tenggelam Di Wajahmu. Intinya; hal sekecil apapun yang kita
lakukan bahkan sampai yang tidak kita sadari akan kembali pada kita. Allaah
selalu punya cara sendiri untuk mengembalikannya tanpa kita sadari juga. Maka
dalam setiap tindakan harus benar-benar kita menyadarinya.
Q18: Apakah kamu menyukai tantangan?
A18: Yes. Salah jurusan adalah salah satu
tantangan dalam hidupku wkwk. Dimana aku yang tidak suka dengan hal yang berbau
hitung-hitungan tapi aku malah menyelaminya.
//Namanya hidup harus penuh atraksi biar greget,
y khan? (dibuat santei aja gitulo~ yang punya jurusan salah, yang salah
salah jurusan, jurusan bis) Yang paham aku ngomong kayak siapa, pasti
ngekek :D
Q19: Bagaimana cara kamu mencari solusi untuk
permasalahan tentang kekhawatiran masa depan?
A19: Sholat, cerita sama orang terdekat, kadang
sempat menyendiri berbisik dengan semesta.
//Yaaa ayyuhalaziina aamanusta'iinuu bish-shobri
wash-sholaah, innallaha ma' ash-shoobiriin. Jawabannya mirip Al-Baqarah 153,
sih ini. Sabar dan sholat, memang solusi tepat untuk kekhawatiran.
Q20: Adakah hikmah yang bisa kamu ambil dari
kesalahan memilih jurusan, atau mungkin hikmah yang lain? Yang bisa kamu
gunakan di masa depan.
A20: Tentu ada
1. Sejak kuliah dalam kota, si ibuk sekarang
absen kantornya sudah On-Line. Ya auto gapteklah, namanya juga orang tua.
Mintalah beliau untuk diajari. Disisi lain alhamdulillah gajinya nambah, uang
saku juga nambah.
2. Ketemu dengan orang-orang baru, ketemu orang
sekelas yang mayoritas mau menerima apa adanya. Termasuk ketemu kamu, sampek
nulis kek gini wkwkwk.
3. Lebih dekat dengan ortu. Banyak sih
temen-temen ku yang ngeluh HOMESICK karena kuliah diluar kota. Tapi ya
alhamdulillah aku tidak merasakan kangennya masakan ibu :)
4. Gak taunya doi juga kuliah disini, jurusan
juga sama. Jadi kalau membutuhkan satu sama lain jadi enak untuk diskusinya.
Jadi ada semangat baru, walaupun salah jurusan wkwk.
//Bhaiiik... Semua memang sudah terskenario
dengan baik insyaaAllah.
-
Ok. Aku menulis semua ini menghabiskan waktu
>24 JAM.
Inti dari semua tulisan di atas adalah dengan
banyaknya masalah dan keadaan yang tidak kita inginkan. Membuat kita semakin
menambah berbagai macam emosi.
Kita pernah merasa kalah, kecewa, putus asa,
gagal, terpuruk, dan berbagai hal yang meresahkan. Bersyukurlah, sebab kamu
sedang mengisi wadah pengalaman emosimu menjadi lebih banyak. Hingga ketika
nanti, seiring berjalannya waktu dan perjuanganmu untuk bertahan hingga
terlewati semuanya. Kamu menjadi pribadi yang semakin kaya perasaannya.
Suatu hari, itu semua akan sangat berguna ketika
ada masalah serupa datang lagi. Atau masalah serupa menimpa orang lain atau
orang-orang terdekat. Kita bisa menjadi penunjuk jalan keluar.
Suatu hari, itu semua akan sangat berguna ketika
menjadi orang tua. Saat anak-anak kita tumbuh dalam masa pencariannya,
masa-masa transisinya, juga masa-masa krisinya. Kita bisa hadir sebagai orang
tua yang menjadi tempat bertanya, menunjukkan arah, membantu anak-anak tumbuh
lebih baik dari kita. Menjauhkannya dari kesendirian, ketidakberdayaan, sampai
keterpurukan (depresi)
Semua yang telah terjadi ataupun terjadi hari ini
akan memperkaya emosi kita. Semua hal yang terjadi tentu dengan maksudNya. Kita
saja masih sering salah memahami, berprasangka buruk, dan menyerah di awal.
Mari menjadi pribadi yang lebih berbesar hati.
Dan tetap bisa berpikir dengan pemahaman yang baik pada problem di setiap
fase-fase hidup. Terakhir, jangan gunakan ambisi dan gengsi untuk meraih suatu
hal terlebih hanyak untuk mendapat pengakuan yang memukau dari orang lain.
Perbaiki niat untuk menuju jurusan yang di ridhoi
Allaah.
Innamal a' maluu bin niat, khan my lov?
Sekian.
Danke.
Komentar
Posting Komentar