I was confused, Return to Allah, and Allah Answers

Bismillah...
Alhamdulillah.

Rasanya sudah lama tidak menulis. Beberapa waktu hanya membaca dan memendam banyak kata. Juga memikirkan banyak hal, yang entah hal tersebut tiada ujungnya. Mungkin memang ada beberapa hal yang tidak hanya untuk dipikirkan, tapi dijalani.
Selama ini permasalahanku itu-itu saja. Kenapa jadi ngerasa kalau lama-lama lebih dungu dari keledai (kadang). Selalu mengulangi salah yang sama, diperbaiki. Besoknya ketemu lagi dengan permasalahan yang sama. Entah sampai kapan, intinya; tetap dijalani saja.

Selamat datang sekaligus selamat tinggal Oktober.
Ini tulisan pertama di Bulan Oktober. Tapi sebentar lagi Oktober akan habis. Akan banyak cerita yang akan kutulis di Bulan ini. Mungkin cukup random. As usual.

Oya! Selamat Hari Blogger Nasional!
Today, trending tagar di Twitter #HariBloggerNasional . Jadi tahuku ya dari situ, hhh. By the way, aku menulis semua di Blog ini memang dengan tujuan untuk menyimpan semua cerita. Meski sebenarnya cukup di otak. Tapi untuk mencarinya tidak bisa semudah mencari berkas cerita yang kutulis di Blog ini. Hari ini, harapanku blog ini bisa bermanfaat aja untuk banyak orang. Meski tulisanku gak lumayan rapi. Setidaknya ada kutipan yang bermanfaat, walau sedikit. Nanti, entah kapan, semoga aku bisa berkarya nyata, semua orang membaca Blog ini, dan mengetahui bahwa aku sudah memiliki buku. Buku yang akan membawa perubahan, buku yang tidak hanya bertuliskan tentang kehidupan duniawi, tapi juga kehidupan kekal. Buku yang sedikit menye, tapi juga memberitahu bagaimana cara bangkit. Buku yang terpampang di Toko Buku besar di Indonesia. Atau di dunia sekalipun. Ya aku harus berproses dulu. Harapanku; aku ingin dikenang karena tulisanku. Bukan karena lainnya. Cukup tulisan. Baiklah, kita lihat berapa tahun lagi. Semoga Allah mengijabahi. Aamiin...

***

September / 1-27 Oktober.

Aku hampir lupa apa saja yang terjadi di Bulan ini. Mungkin yang pertama aku ingat adalah Si Mas sudah di wisuda (kayaknya wisudanya itu Bulan September deh) wkwk. Mas siapa sih? :v, ada lah pokoknya. Dia melewati banyak kesulitan sebelumnya. Dan memang semua kesulitan itu, dia sendiri yang menyebabkannya. Kenapa ya, manusia sebegitu anehnya. Bikin onar, dapat kesulitan, dan berakhir pada kegelisahan, keresahan, kemurungan, kesedihan, stress, dsb. Kalau sudah begitu, bingung. Setelah bingung gak tahu mau ngapain. Terus begitu terus. Dan ada manusia yang seperti ini. Ya kamu, Mas. Atau mungkin ada yang lain juga.

Awalnya aku gak ngerti lagi jalan pikiran dia. Mungkin ini yang dinamakan kemakan akibat dari perilaku buruknya sendiri. Atau kesandung kaki sendiri. Apa sih?/ Ya gitulah pokoknya.
Jadi dia itu dulunya suka banget seenaknya sendiri, hidupnya dibawa santai aja gitu, terus maksa jadi hedonis. Lama-lama ambruk juga. Skripsi telat. Lulus pun telat. Dia kacau parah sih. Tapi alhamdulillah-nya, sekarang sudah lebih bisa mengontrol dirinya sendiri. Dan so far, sehabis wisuda(h), dia masih terus berjuang sampai stress-stress-an buat mencari pekerjaan.

Sebenarnya sudah kerja. Sebelum sekarang dia masuk ke jurnalistik, tapi kayak ada pemberhentian karyawan gitu. Dia pun masuk ke jurnalis tanpa restu orang tua. Entahlah, orang tuanya gak setuju kalau dia harus jadi seorang jurnalis. Why? Aku baru menemukan juga. Ada orang tua yang melarang anaknya untuk bekerja di passion-nya dia sendiri. MEH! Ok. Emang sih, kerjaannya Si Mas gak sesuai sama jurusan kuliah. Lagi-lagi -- banyak orang yang terlalu mempedulikan apa kata orang lain. Sedangkan yang melakukan itu lho, siapa? Mungkin rasanya memang berat atau mungkin juga biasa saja, karena aku belum berada di fase itu. Tapi kalau dipikir kenapa kita harus melakukan hal yang dimana hal tersebut bisa buat orang lain puas, tapi di kita sendiri, justru jadi kesengsaran. Aku kadang heran sama yang begini ini. Standar kita ditentukan oleh mulut orang lain. Like - why?

Ya! Aku gak berani sih ngomong gitu ke Mas. Kalau pun dia baca ini, ya alhamdulillah. Dia sekarang bekerja sebagai ojol. Gr*b. Alhamdulillah, dia masih mau tandang. Gak malas. Setidaknya ada yang sedang dia usahakan. Tapi mungkin ada sisi lain yang membuatnya jadi tekanan batin. Mungkin karena lagi - orang tuanya. Aku mau mengomentarinya, tapi aku pikir gak ada hak. Kita itu tidak bisa menyamakan ukuran standar kita ke orang lain, kan? Jadi ya mungkin itu jalan yang harus Mas tempuh. Aku di sini, cuma bisa mendo'akannya. Semoga dia menemukan jalan yang lebih baik untuk pekerjaan yang diharapkannya.

Kadang aku tidak yakin dengannya. Mau menunggu atau tidak. Ya, hari ini aku sedang menyadari hal yang cukup rumit. Yang barangkali sudah kutuliskan berkali-kali. Kalau pun Mas tidak bisa datang, aku yakin Allah pasti menyiapkan hal yang lebih indah. Aku memilih bersabar. Jika dipersimpangan tidak sesuai dengan apa yang aku ekspektasikan, ya sudah, lagi-lagi, IKHLAS. Semua pilihan selalu beresiko. Segala resiko, ada hikmah yang dapat diambil. InsyaaAllah. Kalau datang, artinya memang aku berhasil atas sabarku. Dia juga berhasil atas perjuangan sulitnya. Aku memilih jalan pasrah. Tetap berjalan, tapi penuh kepasrahan. Sakit atau tidak, aku sendiri yang bertanggung jawab. Sekali lagi, risk. Sabar.

Di sisi lain, aku juga gelisah dengan hal ini. Karena perempuan itu gelisah, resah, dan gundah ya apa lagi - tidak ada kepastian. Tapi anehnya, kenapa aku masih saja stay ya?
Memang aku berpikirnya; karena perjalananku juga masih jauh. Banyak hal yang harus aku selesaikan, sampai aku benar-benar memikirkan tentang pasangan hidup. Hal yang ingin aku raih juga. Meskipun semuanya random abis. Aku bingung, selalu saja bingung. Mulai dari hal kuliah, pekerjaan, dan uang. Bagaimana nanti aku bisa menyelesaikan kuliahku? Ya selesaikanlah! Hmm... Apa yang harus aku kerjakan sekarang? Ya. ya. ya kuliah. Bagaimana caranya aku dapat uang? Ya kerja. Aku harus kerja dimana agar dapat uang? DSB.

Banyak sekali pertanyaan yang kubuat sendiri, kujawab sendiri.
Makanya aku tidak terlalu khawatir (kadang). Aku hanya perlu menjalani ini semua. Kemudian dengan tetap sadar, bahwa aku sedang berjalan di masa yang krusial. 20 tahun. Masa yang benar-benar membingungkan.

Baiklah, sepertinya bincang tentang Si Mas yang akan datang atau tidak sudah cukup. Biarkan dia berjuang di sana dan aku harus menyelesaikan masalahku sendiri di sini.

Jadi, begini...

Beberapa hal, cukup banyak, membuatku sangat bingung. Dan awalnya aku juga bingung harus bagaimana. Mulai dari mengenali diriku sendiri, memanage diriku sendiri, menjadikannya orang yang lebih baik dari sebelumnya. Aku bingung setengah hidup. Aku bingung, kenapa aku begitu santai? Tidak ada hal yang memaksaku, memojokkanku, atau mencekikku sama sekali. Semua berjalan damai.

Tahun-tahun ini, -/+ 3 tahun terakhir.
Aku semakin merasakan penurunan daya. Aku dihadapkan dengan sesuatu yang tidak nampak tapi berdampak besar. Tinggal di Kota Ponorogo sejak lahir menjadikanku anak yang masyaaAllah, beruntung. Hidup sejahtera, damai, dan (yaa..)bahagialah ya. Lama-lama aku harus menuju jenjang yang lebih tinggi, dan sampailah aku pada masa sekarang.

Banyak sekali, ya gak banyak sih. Cuma beberapa orang, tapi dengan banyak pertanyaan. Tapi pertanyaannya sama. Menanyakan kepadaku setiap kali bertemu, "Lisna, sekarang dimana?", "Lisna, kegiatannya apa?", "Lisna, gimana, sekarang sibuk apa?". OMyAllahSWT!

Ini aku belum kerja lo yha! Masih kuliah-kuliah gini aja.
Ok. Maksudku begini. Mahasiswa memang sering dituntut untuk aktif dalam berkegiatan, dsb. Tapi semakin aku menjadi the real Mahasiswa, fix, aku semakin lumpuh dalam berkegiatan. It mean, I am not productive. Like - I feel, I am in poor condition. Aku seperti, kodok di daratan. Ini masalah yang kutemukan. Seingatku, aku juga pernah menulis ini. Tapi entahlah.

Setelah aku menemukan masalah ini, baru saja. Ternyata jawabannya, karena lingkungan masyarakat. Di tempatku berpijak ini, tempatku berada adalah lingkungan yang santai, pasiv, dan terbiasa untuk bermalas-malasan, berleha-leha. Aku menyadari ini dari dosenku.

Ok, balik lagi.
Aku memang mulai seperti ini sejak setelah lulus SMA. Jadi sangat pemalas, mungkin masih sampai sekarang. Walaupun sekarang gak parah-parah amatlah. Setelah itu ditambah, lingkungan kelasku di kampus, wkwk. Sorry bukan aku mau menyalahkan kalian teman. Mereka banyak yang, ya begitulah, aku gak tega. Pada akhirnya, jadilah aku begini.

Giliran aku bertemu dengan orang yang aktiv. Aktivis. Aku pengen mlipir. Ya, true. Aku tidak punya kegiatan apa pun selain duduk di kelas, dan memikirkan tugas yang kadang tak pernah kupahami sama sekali. DAMN!

Setelah beberapa waktu kemarin aku kebingungan. Aku menghabiskan liburanku untuk berpikir saja, berpikir lagi, dan berpikir terus. Sampai aku masuk kuliah lagi. Dan aku masih saja berpikir, gak jelas. Aku mulai mengambil langkah awal. Aku mengakui keburukan dulu, pertama. Aku mengakui semua yang buruk, ku ingat kembali, dan aku mengatakannya di hadapan Allah. Ya, tidak ada jalan lain. Aku selalu memohon padaNya. Inilah yang membuatku merasa lebih baik aku masih bisa mengingatNya. Bahkan aku ingin mengakui kesalahan, keburukan, semuanya, padaNya. Tidak ada cara awal yang baik, selain hal ini.

Pada suatu hari setelah masa-masa perenungan dan pengakuanku sendiri, hehe. Mulailah Allah sedikit-sedikit menunjukkan cahayaNya, inikah yang disebut Cahaya Ilahi? :D
Setelah itu aku mencoba memberanikan diri untuk mengambil jalan pada setitik cahaya yang Allah berikan. Alay banget ga sih? Tapi ini beneran kok. Saat itu aku kebingungan. Apa pun kubingungkan. Terus Allah tunjukkan kebesaranNya. Sedikit. Tapi aku mensyukurinya, jadilah cahaya lain muncul, dan aku semakin bersyukur, cahaya lain muncul. Meskipun, lagi-lagi -- bodohnya aku. Aku tidak mengambil jalan tersebut, lagi-lagi -- aku kebingungan. Rasanya aku ini memang ngewuhne. Tapi Allah tetap saja menuntunku. Karena ya, aku tidak berhenti untuk selalu meminta kepadaNya agar selalu dituntun. Memang hal seperti ini perlu dipelajari dan disadari. Jarang orang yang "melek" kalau semua hal itu Allah yang ngatur, jadi masih ada aja yang ngeluh, dsb. Ya, pentingnya berpandangan hidup Islam ya begini. Mungkin nanti aku bakalan nulis tentang Worldview Islam. Bukan sok-sokan sih. Tapi setidaknya aku mulai mengerti dan memahami, maka kusampaikan saja. Apa salahnya.

Ok, kembali pada masalahku.
Dihadapkan dengan banyak pilihan setelah aku bingung harus melakukan apa. Dan setelah Allah melemparkan (wih melemparkan) beberapa pilihan, aku menjadi bingung lagi. Semoga Allah hanya tersenyum geli melihat hambaNya yang aneh ini. Aku benar-benar bingung lagi. Tapi gak parah sih. Mungkin sudah mulai bisa menentukan. Hanya saja kembali ke keburukan awalku, ya, malas. Mau mengawali untuk melaksanakan pilihan itu sendiri, aku belum greget. Karena terbiasa malas. Aku benar-benar pasiv. Makanya BB juga naik. Apa-apa enak di sini. Tapi ya tidak memungkiri, lama-lama, primitif. Makanya di samping aku bingung, mikir, mencari, aku juga mengasupi otak dengan hal-hal yang mengasah keintelektualanku (gayamuhhh!!!) wkwk. Ya serius sih. Aku mulai ngebut membaca, apa pun kubaca, asal itu ilmu yang serius. Maksudnya, ya tentang kehidupan dan proses-prosesnya. Hidup di dunia dan akhirat. Segala ilmu yang sekiranya bisa kubuat bekal untuk masa depan. Semua kuawali dari membaca. Dan cukup banyak untuk mengurangi hal-hal yang unfaedah. Nahan diri banget. Tapi kalau mau baik, itu gak ada yang gak harus membunuh hawa nafsu diri sendiri. Gitu sih.

Pada akhirnya, pertanyaan serem yang sering aku dengar itu. Akan kucarikan jawabannya yang tepat. Mungkin jawaban, "Apa pun saya kerjakan. Asal itu baik, benar, dan bermanfaat." berani gitu gak ya kalau ditanya Ustadz :D

Ok. Konklusi;
Banyak hal yang membuatku bingung tidak lantas kujadikan alasan untuk beristirahat. Aku memang sering mengatakan istirahat, tapi untuk berpikir. Sebisa mungkin saat aku berada dalam keadaan bingung dan tak menentu arah, aku menghindari kesenangan yang melalaikan atau permainan yang menghibur. Justru kubuat otak ini semakin terus berputar. Otak yang kupaksa bukan hanya kupaksa tanpa diiringi hal lain. Aku berusaha untuk mengembalikan beban-beban ke Allah. Aku benar-benar 0% dan yakin Allah pasti tahu apa yang sedang aku pikirkan. Dan benar saja, Allah selalu mendengar, Dia selalu menjawab. Tidak pernah tidak. Dan jawaban itu seringkali tidak kita sadari. Makanya, mendekat kepada Allah, kembali padaNya, adalah satu-satunya jalan awal. Tidak ada jalan lain selain itu. Mungkin bergerak dengan sekuat tenaga pun belum tentu bisa. Mungkin bisa tapi hatimu lama-lama kelu, dan mati rasa. Hampa.


Sekian.
Alhamdulillah malam minggu produktiv. Curhat sendiri. Di blog sendiri. Nice.
Semoga bermanfaat.

Komentar

Postingan Populer